Kamis, 23 Februari 2017

Pendekatan dalam Ilmu Politik

Pendekatan dalam Ilmu Politik

A.Pendekatan Negara
Menurut Roger F. Sultau dalam bukunya berjudul ‘Introduction to Politics’, “Ilmu Politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut; hubungan antara negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lainnya”

B. Pendekatan Kekuasaan
Menurut Haroled D. Laswell dan A. Kaplan dalam buku mereka ‘Power Society’ mengungkapkan bahwa “Ilmu politik adalah mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan”

C.                       Pendekatan Pengambilan Keputusan
Menurut Joyce Mitchell dalam buku berjudul ‘Political Analysis anda Public Policy’ mengungkapkan bahwa “Ilmu Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya”

D.                       Pendekatan Kebijaksanaan
David Easton dalam buku miliknya yang berjudul ‘The Polical System’ mengutarakan bahwa, “Ilmu Politik merupakan studi mengenai terbentuknya kebijaksanaan umum”

E. Pendekatan Pembagian (Distribusi)
Dalam buku berjudul ‘Who Gets What, When and How’, Harold laswell menutarakan bahwa “Ilmu Politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana’’

F.  Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan tradisional. Bahasan tradisional menyangkut antara lain sifat dari undang-undang dasar, masalahkedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif, dan badan yudikatif. Pendekatan ini bersifat normatif, membahas lembaga sesuai dengan UUD, dan peraturan lainnya. Pendekatan ini memakai standar Eropa Barat dan pendekatan ini pecah sebelum Perang Dunia II. Kajiannya berupa ilmu terapan yang regulasi dan struktur.

  G. Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku ialah bahwa tidak ada gunanya membahas lembaga-lembaga formal, karena tidak banyak member informasi proses politik yang sebenarnya. Pendekatan ini hanya menganggap lembaga-lembaga formal sebagai kerangka kegiatan manusia, bukan sebagai titik sentral. Namun dalam perkembangannya, muncul kritik bahwa pendekatan perilaku tidak mempunyai relevansi dengan realitas politik dan terlalu banyak memusatkan perhatian pada masalah yang kurang penting. Dan tidak peduli terhadap masalah-masalah sosial pada masa itu. Pendekatan ini pecah setelah Perang Dunia II, dan lebih melihat pada realita dan fakta.

  H. Pendekatan Neo-Marxis
Sementara para penganut pendekatan periaku sibuk menangkis serangan dari sarjana pasca-perilaku, muncullah kritik dari kubu yang lain. Kebanyakan kalangan Neo-Marxis adalah cendekiawan yang enggan menggabungkan diri dalam organisasi besar seperti partai politik atau terjun aktif dalam kegiatan politik praktis.
Para Neo-Marxis di satu pihak menolak komunisme dari Uni Soviet karena sifatnya yang represif., tapi tidak setuju dengan banyak aspek dari masyarakat kapitalis. Begitu pula mereka kecewa dengan kalangan sosial-demokrat karena dianggap gagal menghapuskan banyak kesenjangan sosial dan dilihat gagal mempertahankan nilai-nilai demokrasi. Kebanyakan kalangan Neo-Marxis ini adalah cendekiawan yang berasal dari kalangan borjuis yang enggan menggabungkan diri dalam organisasi. Hanya ada satu atau dua kelompok yang militan, antara lain golongan Kiri Baru ( New Left) Ada juka Pendekatan Marxis yang lahir karena adanya protes dari kaum proletan pada kaum borjuis yang melahirkan sosialis demokrat (proses evolusi) dan sosialis komunisme (proses revolusi). Sedangkan pendekatat Non Marxis lahir dari kaum borjuis asli.

  I. Teori Ketergantungan(Dependency Theory)
Adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga. Kelompok ini berpendapat bahwa imperialisme masih hidup, hanya saja dalam bentuk lain. Yaitu dominasi ekonomi dari negara-negara kaya terhadap negara-negara kurang maju(negara Dunia Ketiga). Negara-negara maju memang telah melepaskan tanah jajahannya, namun pada kenyataannya mereka masih mengontrol perekonomiannya. Yaitu ketergantungan pada pusat. Jika pusat (metropolitan) hancur, satelit (peri phery) pun ikut hancur.
 J. Pendekatan Pilihan Rasional(Rational Choice)
Inti politik menurut pendekatan ini adalah individu sebagai actor terpenting dalam dunia politik Bagaimanapun juga  Pendekatan Rational Choice sangat berjasa untung mendorong usaha kuantifikasi dalam ilmu politik dan mengembangkan sifat empiris yang dapat dibuktikan kebenarannya. Pada pendekatan pilihan rasional, semua harus rasional. Pendekatan ini lahir dalam keadaan damai dan penerpannya menitikberatkan pada efektif & efisien untuk mencapai tujuan.

 K. Pendekatan Institusional Baru

Institusional Baru merupakan bentuk penyimpangan dari institusional lama. Instit usional lama mengupas lembaga-lembaga kenegaraan(aparatur negara) seperti apa adanya secara statis. Sedang institusionalisme baru melihat institusi negara sebagai hal yang dapat diperbaiki kea rah tertentu. Pendekatan ini merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan. Pendekatan Institusionalisme Baru lahir sebagai penyimpangan dari Institusionalisme Lama. Perbedaan dengan Institusionalisme Lama ialah perhatian Institusional Baru lebih tertuju pada analisis ekonomi, kebijakan fisikal dan moneter, pasar dan globalisasi ketimbang pada masalah konstitusi yuridis. Pendekatan ini juga menginspirasi suatu negara  untuk merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar