Kamis, 23 Februari 2017

Demokrasi Menurut Terminologi Komunisme dan Sosialisme

Demokrasi Menurut Terminologi Komunisme dan Sosialisme

A.              Konsep Dasar Sosialis-Komunis
a)   Pengertian Sosialis-Komunis
Sosialisme menurut William Ebenstein dan Adwin Fogelman “Ismeisme Dewasa ini” (hal. 248), tentang sosialisme di negara-negara terbelakang memilki banyak arti sebagai berikut :
1.      Di negara yang sedang berkembang sosialisme berarti komitmen untuk mengangkat rakyat yang miskin menuju tingkat hidup yang lebih tinggi dan mempersempit jurang antara orang yang kaya dengan yang miskin.
2.      Istilah sosialisme di negara-negara berkembang bararti persaudaraan kemanusian dunia yang berlandaskan hukum.
Sedangkan sosialisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (hal 1085), sosialisme berbagai suatu ajaran atau paham kenegaraan dan ekonomi yang berusaha supaya harta benda, alat-alat produksi dan perusahaan menjadi milik negara. Komunisme menurut William Ebenstein dan Edwin Fogelman “Ismeisme Dewasa ini”(hal 12), mengutip dari Manuscript-nya Marx bahwa komunisme merupakan pengahapusan yang pasti atas hak milik pribadi, alienasi diri manusia dan karena itu merupakan pemberian yang nyata dari hakekat kemanusiaan , oleh dan untuk manusia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisme komunis merupakan paham atau aliran yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik yang dikontrol oleh negara.
·         Ciri-ciri paham sosialis komunis
1)      Tiap manusia pada hakekatnya sama, sehingga tidak adanya kelas-kelas dalam masyarakat.
2)      Golongan ini selalu bersikap mendua terhadap negara. Di satu pihak negara merupakan masin penindas dari kelas yang satu terhadap kelas yang lain. Di pihak lain Negara juga membutuhkan mereka.
3)      Dalam mencapai tujuannya mereka menghalalkan segala cara.
4)      Mereka selalu menjanjikan pada pihak tertindas dan kaum miskin tentang persamaan hak bagi setiap anggota masyarakat, kebebasan dan kemerdekaan serta hasil pembangunan dinikmati secara sama rata sama rasa.

b) Konsep Dasar Sosialis-Komunis
a)      Konsep Dasar Sosialisme
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie Nouvelle.
Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
Konsep dasar dari sosialisme sebenarnya telah dikembangkan oleh Plato dalam bukunya republikca. Plato menggambarkan bahwa penguasa tidak mempunyai kekayaan pribadi, semua yang dimiliki negara baik itu hasil produksi maupun konsumsi dibagikan dengan rata kesemua rakyat yang ada di negara tersebut. Kekuasaan yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat tergambar jelas dalam konsep Plato tersebut. Bisa jadi konsep ini yang menjadi landasan dari pemikiran atas lahirnya paham sosialisme di Eropa kala itu.
Tahun 1750-1840 di Eropa terjadi revolusi industri yang diawali oleh Inggris. Revolusi ini ditandai dengan perubahan dari produksi yang dulunya dikerjakan dengan tangan manusia menjadi dikerjakan dengan mesin-mesin. Akibat dari revolusi industri ini adalah munculnya industri besar-besaran, lahirnya kelompok borjuis dan buruh, urbanisasi dan lahirnya kapitalisme modern. Dampak paling mencolok dari revolusi industri ini adalah kesenjangan antara kaum buruh dan kaum borjuis. Nasip mereka tidak dipedulikan oleh majikannya, mereka harus hidup di perumahan kumuh dan mengais-ngais makanan. Mereka diekploitasi, jam kerja mereka dalam sehari bisa lebih dari 12 jam. Revolusi sosial yang meletus di Inggris pada awal abad ke-19 ini akhirnya melahirkan sebuah paham baru yang mengusahakan industri di suatu negara tidak hanya dikuasai oleh individu tetapi juga harus ada ikut campur dari negara sehingga lebih demokratis dan bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat seluruhnya. Paham inilah yang kini dikenal dengan sosialime.
Sosialisme muncul di Eropa sebagai sebuah gerakan protes terhadap ekonomi kapitalis. Mereka menuntut reformasi secara sosial dan ekonomi sehingga tidak ada lagi kelas sosial dan penguasaan ekonomi liberal yang hanya menguntungkan individu-individu pemilik modal. Francois Babeuf, seorang penulis perancis abad ke-19, berpendapat bahwa semua orang mempunyai hak yang sama pada kekayaan diatas bumi. Pendapat ini memperkuat bahwa pada dasarnya tidak ada kelompok pemiliki modal dan kelompok buruh yang terpisah dalam kelas-kelas sosial seperti yang terjadi pasca revolusi industri. Bahkan pendaat yang lebih ekstrim dikemukakakn oleh Henri Saint Simon yang mengusulkan penghapusan hak waris sehingga mengharuskan setiap orang untuk bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka.


b)      Konsep Dasar Komunisme
Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan Marxisme. Komunisme adalah ideologi yang digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut “Marxisme-Leninisme”. Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan proletar, namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai. Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang menyebabkan komunisme menjadi “tumpul” dan tidak lagi diminati. Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme juga disebut anti liberalisme.
Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos. Komunisme adalah salah satu paham pemikiran konsep yang berkembang menjadi sebuah kerangka ideologi semenjak Uni Sovyet mengadopsinya pada sekitar awal abad ke-20. Di dalam sistem komunisme, menjelaskan dasar-dasar asumsi bahwa negara terdiri dari pengklasifikasian masyarakat ke dalam perjuangan antar kelas. Komunisme sebagai sebuah paham yang sangat mendetail, yang mempu menjelma sebagai aturan bagi segenap negara, tidaklah kemunculanya terjadi secara tiba-tiba, tetapi terlebih dahulu berkembang dan menemukan bentuknya sendiri melalui cara pandang beberapa penganutnya.
Komunisme sendiri berasal dari ide hasil cetusan oleh Karl Marx, seorang filsuf. Lalu kemudian setelah dia meninggal, lahirlah pelbagai macam perdebatan yang muncul sebagai pengaruh dari perbedaan penafsiran yang muncul oleh para pengikutnya, termasuk para pengikutnya di Rusia, yang merupakan daerah pertama kali yang menjadi tonggak berdirinya struktralism menjadi negara dengan konsep komunism sebagai landasan tetap. Entah pun itu adalah paham sosialisme, sebagai salah satu hasil tafsir dari kerangka pemikiran Marx maupun komunisme. Antara keduanya memiliki perbedaan dari segi pengaplikasian konsep Marxist tetapi tetap sama pada intinya secara ide. Yang menjadi letak perbedaanya, sosialisme memandang perjuangan kelas-kelas sosial dapat diupayakan lewat tahapan yang srategis, tepat guna dan juga progresif . sosialisme memperjuangan ide kesetaraan kelas dalam Marxisme dengan memanfaatkan sistem politik yang sedang dipakai saat itu tanpa harus lewat revolusi, sehingga dapat diasumsikan bahwa sosialisme ini adalah marxisme berbentuk moderat. Sedangkan Komunisme lebih jauh berargumen bahwa satu-satunya cara agar dapat menciptakan kestabilan dan keadilan dalam masyarakat yakni dengan cara-cara garis keras : merubah tatanan politik dan menghilangkan kelas-kelas. Cara yang dilakukan oleh komunisme ini jelas sangat kontradiktif dan bertentangan dengan sistem yang ada, tidak jarang komunisme diklasifikasikan sebagai Marxist radikal yang diikuti oleh penggunaan metode-metode ekstrim untuk mencapai tujuan ideal yang dicita-citakan Marx.
Kedua paham ini pun menemui titik temu ketika simpatisan sosialisme dan marxisme terhimpun dalam jumlah kuantitatif yang massif di Rusia, yang kemudian melahirkan gerakan perjuangan melalui partai-partai, Bolshevik sebagai wadah para komunisme dan Menshevik sebagai partai kaum sosialisme.Namun, sebagai sebuah sistem yang pernah diterapkan hampir di seperempat bagian benua, tentu ada masa kebangkitan dan ada juga masa kehancuran. Berbagai negara nyatanya banyak gagal pada setiap upaya untuk menjalankan sistem sosialisme radikal ini dalam kehidupan pemerintahan. Setelah akhirnya Uni Sovyet ini pada awal dekade 90-an terpecah yang ditandai dengan memisahnya negara-negara bagian menjadi negara-negara merdeka yang berdaulat penuh, dengan proporsi sistem pemerintahan yang perlahan menggunakan pola demokratis, yang lalu pola semacam ini diikuti oleh banyak negara yang semula menerapkan komunisme berubah haluan mengikuti sistem demokratis yang pada saat itu dipandang sangat ideal sebagai alternative dari sistem yang ada sebelumnya(komunisme).




B.     Awal Perkembangan Sosialis-Komunis
a)      Awal Perkembangan Sosialisme
Tokoh Pencetus Sosialisme: Karl Marx adalah orang yang mengenalkan adanya ideologi sosialisme ini, beliau lahir di Trier- Prusia, 5 Mei 1818.  Ayahnya bernama Heinrich Marx, seorang penganut agama Majusi, tetapi sebelum Karl Mark lahir ayahnya berganti menjadi penganut Luther semata–mata demi karirnya sebagai pengacara. Karl Marx dibesarkan oleh ibunya yang bernama Henrietta Pressburg yang berasal dari Belanda. Karena latar belakang keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan, Heinrich mengasuh pendidikan anaknya sendiri di rumah hingga usia 12 tahun. Karl Mark selanjutnya di sekolahkan di sekolah senam di Trier, selanjutnya barulah Mark meneruskan studi di Universitas Bonn Tahun 1835, saat itu usia Karl Mark mencapai 17 tahun. Karl Mark lebih menyukai studi mengenai filsafat, meski ayahnya menginginkan studi di bidang hukum yang bisa langsung dipraktekan di masyarakat. Pada perioda ini Karl Mark banyak menulis puisi dan essai yang berhubungan dengan makna hidup, dengan menyelipkan keyakinan dia tentang ateis, karena pengaruh filsafat Young Hegelians ( pengikut ajaran Hegel ), yang selama jenjang waktu itu menguat di masyarakat Berlin. Karl Mark memperoleh title Doctor pada Tahun 1841 setelah merampungkan thesis The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature.
Karl Marx menikahi Jenny von Westphalen, termasuk wanita terpelajar putri seorang ningrat dari Prussia pada tanggal 19 Juni 1843. Marx and Jenny dikarunia 7 putra tetapi karena jatuh miskin, putra Karl hanya tinggal 3 hingga dewasa. Penghasilan utama Mark dan keluarganya adalah berasal dari Friedrich Engels, karena jasa Karl sebagai penulis artikel di koran milik sahabatnya itu. Tak lama kemudian setelah menikah ia terpaksa meninggalkan jerman untuk dapat suasana yang lebih libaral di Paris. Di Paris ia bergualat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis dan politik Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian, sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentukan orientasi intelektualnya.

Pada tahun 1848, Marx menerbitkan manifesto Komunis, Manifesto digambarkan oleh marxians sebagai”Pagam Kebebasan Buruh Dunia,”dan itu adalah platform Liga Komunis. Ini menganjurkan penghapusan properti di tanah, dan aplikasi semua sewa tanah untuk kepentingan publik yang berat lulus properti atau pajak penghasilan, penghapusan semua hak warisan, penyitaan semua milik imigran dan Negara mengendalikan semua komunikasi dan transportasi, serta penghapusan buruh pabrik dan pendidikan gratis untuk semua anak di sekolah umum. Lalu pada 28 september 1864, marx dan Engels mendirikan organisasi “Asosiasi Pekerja Internasional” di St Martin’s hall di London, yang terdiri dari Inggris, Perancis, jerman, Italia, Swiss, dan polandia Sosialis, yang didedikasikan untuk menghancurkan. Sistem ekonomi yang berlaku”. Kemudian dikenal sebagai Sosialis Internasional Pertama, yang delapan tahun kemudian menyebar ke new York dan bergabung dengan Partai Sosialis. Beberapa partai Sosialis awal adalah : Partai Sosialis Demokrat Denmark (1870), Swedia Partai Sosialis (1889), Partai Buruh Norwegia(1887),Partai Sosial Demokrat Australia(1888), Partai Buruh Belgia(1885),Belanda Demokratik Sosialis-Pekerja Partai(1894),Spanyol Partai Buruh Sosial (1879),Partai Sosialis Italia (1892),dan Federasi Sosial Demokrat Britania Raya (1880).
Sejarah awal : Sejarah sosialisme berawal pada pergantian abad ke 19. Saat itu tatanan sosial di hampir seluruh negara-negara Eropa dibentuk oleh feodalisme, di mana pada sistem ini terdapat perbedaan hak yang didasari oleh keturunan. Keturunan tersebut mencakup bangsawan, pendeta, dan petani. Diatas tingkatan tersebut adalah raja, yang memiliki keuasaan absolut, sedangkan dibawah tingkatan tersebut adalah kaum buruh yang tidak memiliki hak apapun. Dalam perekonomiannya, sistem ini ditopang oleh dua sektor, pertanian dan manufaktur. Pada sektor pertanian, tenaga kerja dipekerjakan secara paksa dan tidak mendapatkan upah. Hal ini menghambat kemajuan di bidang pertanian. Pada sektor manufaktur, buruh yang tergabung dalam gilda (perkumpulan yang mendapat hak dan perlindungan) yang dapat menentukan kebijakan. Mereka menentukan berapa jumlah buruh yang dapat dipekerjakan, menetuntukan metode pengerjaan , harga produksi, serta upah. Pada kedua sektor tersebut, kita dapat melihat bahwa sistem feodal dapat mengakibatkan terkekangnya proses produksi atas tradisi yang memperlihatkan adanya kekuasaan pada golongan tertentu. Dalam jangka panjang hal ini akan mempengaruhi pada aspek sosial dan ekonomi pada negara itu sendiri.
Dengan keterbatasan kebebasan dan pengekangan hak yang dirasakan oleh rakyat, lahirlah liberaslisme sebagai gerakan pembebasan yang menentang feodalisme. Liberalisme menyatakan bahwa kekuasaan politik hanya dapat dipergunakan oleh masyarakat secara keseluruhan. Tidak ada kekuasaan politik yang absolut. Rakyat diikutsetakan dalam kontrol atas kekuasaan politik tanpa memandang latar belakang. Dari segi ekonomi, liberalisme memeberikan kebebasan kepada setiap individual untuk mempunyai hak milik serta kebebasan melakukan perdagangan tanpa batas. Namun hal itu membuat kaum borjuis memanfaatkan sistem liberalisme untuk kepentingan ekonominya. Kebebasan liberalisme memberikan jarak antara orang-orang yang berpendidikan dengan yang tidak. Mereka yang tidak mampu secara ekonomi dan tidak berpendidikan, yang merupakan mayoritas, tidak dapat bersaing dalam liberalisme. Secara tidak langsung hal ini menggambarkan bahwa mereka tidak mendapatkan kebebasan atas sistem liberalisme. Seiring waktu berjalan, populasi mereka terus meningkat dan mereka harus bekerja dengan upah rendah, sehingga mengorbankan seluruh anggota keluarganya, termasuk anak-anak, untuk bekerja dengan menelantarkan pendidikan. Faktor produksi yang dimiliki secara individu pun tidak dapat menjangkau jumlah dari buruh yang tersedia, akhirnya terjadi pengguran dimana-mana. 
Kebebasan yang ada pada liberalisme tidak menyelesaikan masalah yang terjadi pada feodalisme. Liberalisme, dalam sistem ekonomi kapitalisme, tidak memperhatikan kesamaan, solidaritas, persaudaraan, serta keadilan kebebasan. Maka lahirlah sosialisme atas jawaban dari masalah liberalisme. Sosialisme mengubah kepemilikan pribadi atas faktor produksi menjadi milik umum., membuat sistem produksi sosialis yang diatur oleh masyarakat, yang memberikan dampak positif berupa perindustrian pada sosialisme tidak akan menciptakan penindasan dan kesengsaraan bagi kaum buruh seperti pada liberalisme, tetapi akan menjadi sumber kesejahteraan bagi kaum tersebut. Konsep sosialisme tercipta karena adanya industrialisasi yang sempurna. Di Jerman, konsep sosialisme banyak dipengaruhi oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, yang mengatakan bahwa sosialisme merupakan penyempurnaan dari semua yang berkaitan dengan industrialisasi.
Konsep sosialis pada suatu negara memberikan kesempatan bagi kaum ekonomi lemah untuk mendapatkan kebebasan dengan meningkatkan semangat solidaritas dan menggabungkan diri mereka ke dalam suatu kelompok, sehingga kekuatan mereka dapat mempengaruhi negara untuk melakukan perubahan atas kondisi sebagian rakyatnya, yang merupakan kaum ekonomi lemah, agar mendapatkan jaminan dan hak dari negara. Dengan menggabungkan diri ke dalam kelompok, katakanlah sebuah organisasi atau partai politik, mereka yang lemah dapat menyatukan rasa solidaritas, tidak hanya memikirkan diri sendiri, dalam jumlah yang besar sehingga membentuk satu kekuatan untuk memperjuangkan hak yang sama. Jumlah yang besar itu pula dapat dimanfaatkan untuk menyaingi kaum borjuis yang mempunyai hak istimewa dalam mendominasi mayoritas kelas ekonomi lemah. Sosialisme sebenarnya merupakan pengembangan dari liberalisme, karena pada dasarnya sosialisme memerlukan demokrasi. Namun sosialisme menghilangkan hambatan-hambatan yang dibuat oleh kaum elit pada konsep liberal.
Pada praktiknya, pelaksanaan progam sosialis dapat dilakukan dengan pembentukan partai politik sebagai dasar atas perubahan unsur pokok dalam masyarakat serta sebagai alat untuk menjalankan prinsip sosialis itu sendiri dalam suatu negara. Kedua, dengan melakukan pembentukan perkumpulan bagi kaum buruh untuk memberikan suatu kekuatan dalam melakukan perundingan serta meningkatkan kinerja buruh itu sendiri. Terakhir, dengan membentuk koperasi yang bertujuan melaksanakan cara hidup serta kinerja secara sosialis, demi meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat.
Sebelum Perang Dunia I, teori yang sangat populer di kalangan kaum sosial demokrat adalah bahwa kapitalisme akan diruntuhkan dengan cara revolusi. Revolusi itu sendiri dianggap sebagai jalan sosialisme yang tepat, yang dapat diartikan dalam berbagai interpretasi berbeda. Revolusi dipahami sebagai pergolakan yang radikal dari suatu kondisi sosial tanpa ada kejelasan mengenai caranya, apakah dengan paksaan atau secara damai. Revolusi dianggap sebagai pergolakan radikal yang komperhensif dan berjalan dalam waktu yang sngkat dari suatu kondisi sosial. Definisi lain mengatakan revolusi adalah pergantian tatanan sosial yang bersamaan dengan penegakkan demokrasi. Revolusi juga difahami sebagai perubahan yang dipaksakan dari konstitusi politik, yang bertentangan dengan hukum yang berlaku saat itu. Interpretasi revolusi tersebut dipakai tanpa ada definisi yang jelas, tidak dapat dipastikan istilah mana yang tepat dalam konteksnya. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan antara teori dan praktik sosialis.
Sebagai jawaban dari perbedaan tersebut, berkembanglah revisionisme sebagai konsep dasar bagi pembaharuan sosialis, di mana revisionisme memperinci teori dengan mengaitkannya dengan realita yang terjadi pada keadaan sosial. Revisionisme memberikan kritik terhadap elemen marxis yang menghalangi kerja konstruktif dan menegaskan hal-hal yang kondusif bagi perubahan. Dilihat dari keadaan yang sebenarnya, revisionisme didasari atas beberapa elemen. Sistem kapitalis berkembang tidak seperti apa yang diramalkan Marx. Marx meramalkan bahwa pada akhirnya sistem kapitalis akan mengakibatkan kesengsaraan bagi kaum buruh, mengakibatkan krisis yang disebabkan oleh kapitalisme itu sendiri, menunjukkan perkembangan yang cenderung sederhana atas struktur sosial, dan lain sebagainya. Namun pada kenyataannya struktur sosial justru berkembang menjadi semakin komplek, krisis yang terjadi akan cenderung mereda sehingga tidak ada tanda-tanda kapitalisme akan jatuh, dan kehidupan kaum buruh yang ternyata tidak memburuk, bahkan penghasilan mereka terus mengalami peningkatan. Fakta bahwa tidak adanya tanda kejatuhan kapitalisme dari segi ekonomi membuat Eduard Berstein merumuskan konsep mengenai jalan dan tujuan sosialisme yang baru. Pertentangan antara marxisme dengan revisionisme dalam gerakan sosialis telah memberikan pandangan bahwa revolusi dapat menghilangkan halangan-halangan yang tidak demokratis memsang benar adanya, akan tetapi pembangunan masyarakat sosialis itu sendiri haruslah dilakukan secara bertahap. Karena pada dasarnya sosialisme bukanlah rencana yang sudah jadi yang langsung dapat diterapkan di masyarakat, melainkan prinsip yang digunakan dalam upaya pendemokrasian masyarakat secara komprehensif.
Pada tahun 1917, ketika partainya muncul sebagai pemenang dala Revolusi Oktober, Vladimir Lenin merealisasikan konsep sosialismenya. Partai Bolsevik mengubah namanya menjadi Partai Komunis pada tahun 1918. Akan tetapi, teori dan praktik partai ini ditentang oleh kaum sosialis yang berorientasi demokrasi. Untuk menunjukkan perbedaan yang fundamental dengan kaum komunis, kaum sosialis ini menamakan dirinya sosial-demokarasi. Baik sosial-demokrasi maupun komunisme merupakan dua cabang marxisme, yang mana mereka menggunakan Marxisme untuk memperkuat posisinya. Perbedaan antara sosial-demokrasi dengan komunisme adalah terletak pada permasalahan fundamental, bahwa sosial-demokrasi mengambil unsur-unsur demokrasi dalam marxisme serta menjadikannya sebagai nilai di dalam dirinya sendiri yang harus dikembangkan di kehidupan masyarakat, sedangkan komunisme atau sering disebut dengan Marxisme-Leninisme mengambil unsur sifat ilmiah dari sosialisme yang condong pada dikatator proletariat dengan alasan sebagai keharusan sejarah sosialisme, yang sebenarnya merupakan lawan dari demokrasi. Lenin berpandangan bahwa negara dapat dijadikan masin yang kuat oleh kelas yang secara ekonomi mendominasi, untuk menundukkan kelas yang didominasi. Kaum komunis hendak membangun sistem diktatoral tersebut di atas posisi demokrasi. Pertentangan antara marxisme-leninisme dengan sosial-demokrasi mengakibatkan perpecahan dalam sosialisme itu sendiri. Kaum komunis mendasarkan diri kepada sosialisme ilmiah, di mana komunisme memahami sosialisme sebagai pemilikan negara ditambah perencanaan terpusat. Berbeda dengan sosial demokrasi yang mengartikan sosialisme sebagai pendemokrasian yang sempurna atas masyarakat. Tidak ada sosialisme tanpa demokrasi. Bagi sosial-demokrasi, setiap langkah untuk melaksanakan kebijakan sosialis harus berdasarkan kebebasan dan kesamaan seperti yang diinginkan mayoritas masyarakat.
Pada awalnya, sosial-demokrasi mengaharapkan bahwa sosialisme dapat menggantikan kapitalisme setelah kehancurannya. Akan tetapi, kehancuran kapitalisme yang diharapkan tidak juga terjadi. Selain menunggu kehancuran kapitalisme, sosial-demokrasi tidak memiliki program yang jelas untuk membangun masyarakat sosialis. Pada kenyataannya, sosial-demokrasi menyadari bahwa pencapaian sosialisme tergantung pada kondisi sosial dan mayoritas kekuatan politik. Hanya menggunakan prinsip saja tidak cukup, konsep yang lebih spesifik serta kehendak mayoritas sangat menentukan pencapaian sosialisme. Program-program yang konkrit juga dibutuhkan untuk mencapai tujuan sosialisme secara sempurna dan tepat. Program tersebut harus bisa melayani kepentingan kelompok masyarakat yang lebih luas, tidak hanya mementingkan kepentingan golongan saja. Kelas buruh misalnya, yang tidak mampu membangun mayoritas, maka program sosialis yang hanya mementingkan kelas ini walaupun dengan tujuan untuk melindungi, tidak akan disetujui. 
Dalam pelaksanaannya, kebijakan perubahan sosial-demokrasi harus bisa mendapatkan kepercayaan rakyat, yang akan memberikan dampak terhadap kesuksesan dari pelaksanaan sosial-demokrasi itu sendiri. Prinsip, konsep, maksud, serta tujuan harus jelas dan tersampaikan kepada rakyat agar tidak terjadi kesalahpahaman oleh rakyat atas perubahan yang dimaksud. Hal yang tidak diinginkan tersebut dapat memudahkan kaum konservatif dalam menggerakkan rakyat untuk menentang perubahan ke sosial-demokrasi yang dimaksud. Padahal, untuk merekalah perubahan ini dilakukan. Karena itu, pembentukkan partai sosial-demokrasi diperlukan untuk terus melakukan dialog dengan rakyat, memahami keinginan dan pandangan rakyat, serta untuk memberikan informasi kepada rakyat mengenai prinsip partai, usulan perubahan jangka panjang, dan mengenai hasil diskusi, sehingga dengan demikian rakyat dapat mengetahui maksud dan tujuan yang sebenarnya dari partai. Dengan demikian pula akan tumbuh kepercayaan dari rakyat terhadap partai dan terhadap perubahan sosial-demokrasi itu sendiri. Partai sosial-demokrasi harus menjadi partai rakyat. Dengan begitu sosial-demokrasi akan mendapat dukungan mayoritas, dari berbagai lapisan masyarakat.
Kegagalan komunisme memberikan pandangan bahwa sosialisme telah berakhir. Hal ini terjadi karena sebutan sosialisme yang dipropagandakan oleh kaum komunis. Mereka menggunakan sebutan sosialisme dan membuat konsep yang menguntungkan dirinya sendiri. Hal ini terbukti bahwa pada saat komunisme mulai jatuh, seluruh partai komunis mengganti nama partai dengan mengadopsi nama sosialisme. Partai Komunis Jerman misalnya, mengganti nama partainya menjadi Partai Demokratik-Sosialisme. Hal tersebut tidak menjadi masalah asalkan mereka juga menggati sistemnya menjadi benar-benar seboah sistem yang berorientasi pada demokrasi, mengutamakan kebebasan, keadilan, kejujuran , serta solidaritas sebagaimana yang dilakukan sosial-demokrat yang sebenarnya. Yang menjadi perdebatan adalah ketika demokratik-sosialisme tidak mengartikan sosialisme sebagaimana mestinya, ketika mereka hanya melakukan penjelmaan dengan merubah nama partai, yang pada dasarnya masih mengandung arti yang sama dengan komunisme.
Sosial-demokrasi sebenarnya merupakan jalan alternatif atas kegagalan komunisme. Model masyarakat komunis telah gagal di dalam teori maupun praktiknya. Komunisme tidak dapat memenuhi kebutujan bagi perkembangan masyarakat yang kompleks. Komunisme tidak mengambil pelajaran atas kesalahannya yang telah terjadi secara turun-temurun, yang sejak awal sudah mendapatkan kritikan dari kaum sosial-demokrat karena praktiknya yang sudah tidak dipercaya sama sekali. Komunisme pada akhir tahun 1980an sudah tidak mempunyai kemampuan untuk mengupayakan lagi kemajuan dalam dunia perindustrian yang semakin kompleks, dengan demikian sulit untuk mendapatkan kembali kepercayaan di mata rakyatnya. Komunisme, yang mengatakan bahwa dirinya merupakan penjelmaan yang sesungguhnya dari sosialisme ternyata tidak memiliki kemampuan untuk menjamin kemajuan yang berarti untuk masyarakat modern yang kompleks. Dilihat dari sudut pandang ekonomi, sistem ini tidak berhasil. Di masa sekarang, komunisme hanya menghasilkan keterasingan dan sinisme.
Nasib komunisme yang mengalami kegagalan tersebut ternyata tidak menjadikan sosialisme secara keseluruhan mendapatkan keuntungan. Masyarakat yang baru saja mengalami penindasan atas paksaan tanpa demokrasi dan melakukan penentangan terhadap komunisme, sangat membutuhkan kebebasan. Hal ini berarti bahwa gagasan liberalisme mengambil alih situasi. Dalam kondisi seperti ini, sosial-demokrasi tidak mendapatkan prioritas pada saat terjadinya demokratisasi. Terlebih lagi karena adanya penjelmaan komunis pada sosialis-demokrasi. Namun tetap, pada akhirnya sosial-demokrasi adalah satu-satunya jalan yang mungkin dan dinginkan masyarakat untuk bertindak sebagai pengatur pelaksanaan gagasan demokrasi dan kebebasan yang sama di dalam masyarakat modern yang kompleks itu. Sosial-demokrasi mengisi nilai-nilai dasar sosialisme, yaitu kebebasan, keadilan, dan solidaritas, hanya sebagai prinsip dari pengaturan terhadap sistem yang komplek serta sebagai alat kontrol bagi diri sendiri, sehingga jangan sampai sosial-demokrasi disalah artikan sebagai model yang ketat dan tidak fleksibel, ataupun sebagai wewenang umum bagi pengaturan negara.
Dalam sistem pasar sosialis, pasar berfungsi dengan baik apabila dapat memberikan kebebasan bagi konsumen untuk memilih dan memberikan kebebasan untuk memilih pekerjaanya sendiri. Akan tetapi, pasar mempunyai beberapa kelemahan yang mendasar, sehingga apabila terus dibiarkan berkembang menurut aturannya sendiri akan merugikan masyarakat dan hanya menguntungkan kaum ekonomi atas yang merupakan minoritas. Kelemahan pasar yang dimaksud antara lain perkembangannya yang akan mengarah pada konsentrasi kekuasaan dan mengakibatkan erosi dalam persaingan. Kemudian hanya akan memenuhi kebutuhan dari mereka yang mempunyai daya beli. Hal ini berarti bahwa tidak akan ada lagi pembagian pendapatan yang setara. Kelemahan berikutnya pasar tidak akan menyediakan kebutuhan dasar masyarakat, tidak adanya jaminan atas tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup, stabilitas moneter, perkembangan yang mantap dan perlindungan lingkungan.
b)      Awal Perkembangan Komunisme
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh. Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan Marxisme. Komunisme adalah ideologi yang digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut “Marxisme-Leninisme”. Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai. Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang menyebabkan komunisme menjadi “tumpul” dan tidak lagi diminati.
Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme juga disebut anti liberalisme. Secara umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama adalah racun yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata. Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.

Revolusi Bolshevik atau dikenal dengan revolusi oktober tahun 1917 dilakukan oleh pihak komunis Uni Soviet, dibawah pimpinan Lenin. Revolusi Bolshevik merupakan pintu gerbang awal kekuasaan komunisme di uni soviet pada masa itu. Dimana kelompok Bolshevik meresmikan berdirinya Republik Soviet Federasi Rusia (RSSFR). Revolusi Bolshevik sendiri muncul berdasarkan pada ajaran Marxisme yang sedang gencar dilakukan. Dimana isu anti Tsarisme, anti Feodal, dan Berbudakan menjadi salah satu tema jaran Marxisme. Berdasarkan aksi demostrasi menentang perubahan sistem tsarisme menggelora. Ajaran Karl Marx berperan dalam revolusi yang terjadi,karena ajarannya sesuai dengan kondisi pada masyarakat uni Soviet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar