Kamis, 23 Februari 2017

Aktivitas Politik Kerajaan Kutai sampai Sriwijaya

Aktivitas Politik Kerajaan Kutai sampai Sriwijaya

A.Kerajaan Kutai
            Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindhu – Budha pertama di Indonesia. Kerajaan ini berdiri pada tahun 400 Masehi. Kerajaan Kutai terletak di daerah Muarakaman di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Sungai Mahakam merupakan sungai yang cukup besar dan memiliki beberapa anak sungai. Sumber utama Kerajaan Kutai adalah tujuh buah  batu tertulis yang disebut yupa. Yupa ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanksekerta. Yupa diperkirakan ditulis pada tahun 400 Masehi ( abad ke -5 Masehi ).
            Dari Yupa itu dapat diketahui bahwa raja yang memerintah adalah Mulawarman anak dari Aswawarman dan merupakan cucu Kudungga. Raja Aswawarman dikatakan seperti Dewa Ansuman ( Dewa Matahari ). Raja Mulawarman merupakan raja terbesar / terkenal di Kutai. Ia pemeluk agama Hindhu – Syiwa yang setia. Tempat sucinya dinamakan Waprakeswara. Ia juga dikenal sebagai raja yang sangat dekat dengan Kaum Brahmana dan rakyat. Raja Mulawarman sangat dermawan. Ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk para Brahmana. Oleh karena itu, sebagai rasa terimakasih dan peringatan mengenai upacara kurban, para Brahmana mendirikan sebuah Yupa.
           Selain itu, disebutkan pula bahwa Aswawarman adalah Wangsakerta ( Pendiri dinasti ). Dari keterangan tersebut dapat dipastikan bahwa Kerjaan Kutai telah mendapat pengaruh Hindhu. Namun, pengaruh Hindhu diduga setelah Kudungga selesai memerintah. Hal itu didasarkan pada nama Kudungga sendiri adalah nama asli Indonesia. Oleh karena itu, Kudungga tidak disebut Wangsakerta.

B. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan tarumanegara merupakan kerajaan Hindhu tertua kedua di Indonesia, dan merupakan kerajaan Hindhu tertua di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri pada tahun 450 Masehi. Letaknya di sekitar Bogor, Jawa Barat. Rajanya terkenal bernama Purnawarman. Bukan pemeluk agama Hindhu, menyembah Dewa Wisnu. Sumber – sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara dibagi 2, yaitu :
Berita dari Cina Zaman Dinasti Tang
Berita Cina juga dapat dijadikan sumber sejarah kerajaan Tarumanegara terutama berita yang disampaikan oleh seorang musafir Cina yang bernama Fa-Hien yang berkunjung ke Jawa. Ia menyebutkan adanya kerajaan To-lo-mo ( Tarumanegara ) mengirimkan utusan  ke Cina pada tahun 528, 538, 665 dan 666 Masehi.
Prasasti yang menceritakan tentang Kerajaan Tarumanegara
·        Prasasti ciareteun : ditemukan di tepi sungai Citarum di dekat muaranya yang mengalir sungai Cisadane, dari daerah Bogor. Pada prasasti ini dipahatkan sepasang telapak kaki raja Purnawarman.
·         Prasasti kebon kopi : ditemukan di Kampung Muara Hilir, kecamatan Cibungbulang, Bogor. Pada prasasti ini ada pahatan gambar tapak kaki gajah Airawata ( Gajah Kendaraan Dewa Wisnu ).
·         Prasasti jambu : ditemukan di perkebunan jambu, Bukit Keloangkok, kira – kira 30 km sebelah barat Bogor. Dalam prasasti itu diterangkan bahwa raja Purnawarman itu gagah, pemimpin yang termahsyur, dan baju zirahnya tidak dapat ditembus senjata musuh.
·         Prasasti tugu : ditemukan di Desa Tugu, Cilincing Jakarta. Prasasti ini menerangkan tentang penggalian saluran Gomati dan sungai Candrabhaga. Mengenai nama Candrabhaga, Purbacaraka mengartikan Candra = bulan = sasi. Candrabaga menjadi sasibhaga dan kemudian menjadi Bhagasasi – bagasi, akhirnya menjai Bekasi.
·         Prasasti pasir awi ( Bogor )
·         Prasasti muara ciaten ( Bogor )
·         Prasasti lebak ( Banten Selatan ) : keberanian Purnawarman sebagai raja dunia.
Ke 7 prasasti tersebut berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.

C.                       Kerajaan Kalingga
Ratu Sima adalah penguasa di Kerajaan Kalingga. Ia digambarkan sebagai seorang pemimpin wanita yang tegas dan taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan Kalingga ( Holing ) diperkirakan terletak di Jawa bagian Tengah. Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Kalingga diperkirakan terletak di Jawa Tengah, Kecamatan Keling, sebelah utara Gunung Muria. Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita Cina, misalnya berita Cina dari Dinasti Tang. Sumber lain adalah Prasasti Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu. Melalui berita Cina, banyak hal yang diketahui tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan masyarakatnya. Kerajaan Kalingga berkembang kira – kira abad ke 7 – 9 Masehi.
            Ratu Sima memerintah sekitar tahun 674 Masehi. Ia dikenal sebagia raja yang tegas, jujur dan sangat bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas dan seadil – adilnya. Rakyat patuh terhadap semua peraturan yang berlaku. Untuk mencoba kejujuran rakyatnya, Ratu Sima pernah mencobanya dengan meletakkan pundi – pundi di tengah jalan. Ternyata sampai waktu yang lama tidak ada yang mengusik pundi – pundi itu. Akan tetapi, pada suatu hari ada anggota keluarga istana yang sedang jalan – jalan, dan tidak sengaja menyentuh kantong pundi – pundi dengan kakinya, hal ini diketahui Ratu Sima. Anggota keluarga istana itu dinilai salah dan harus diberi hukuman mati. Akan tetapi atas usul persidangan para mentri, hukuman itu diperingan dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu tegas dan adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara rakyat dan anggota keluarga (kerabat)nya sendiri.

D.                       Kerajaan Sriwijaya
            Berdasarkan prasasti ligor, pusat pemerintahan sriwijaya di Muara Takus,   kemudian pindah ke Palembang. Kerajaan Sriwijaya kemudian muncul sebagai Kerajaan besar di Asia Tenggara. Perluasan wilayah dilakukan dengan menguasai Tulang Bawang, Kedah, Pulau Bangka, Jambi, dll. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya bukan lagi merupakan Kerajaan senusa (satu pulau) melainkan merupakan Negara antarnusa (Negara yang berkuasa atas beberapa pulau). Sehingga Sriwijaya merupakan Negara nasional pertama yang ada di Indonesia.
            Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Balaputradewa. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja DewapalaDewa menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk para pendeta Sriwijaya yang belajar agama Budha di India. Selain itu, dalam prasasti Nalanda juga disebutkan bahwa adanya silsilah Raja Balaputradewa dan dengan tegas menunjukkan bahwa Raja Syailendra (Darrarindra) merupakan nenek moyangnya.
Faktor – faktor yang mendorong perkembangan Sriwijaya yaitu :
Letak geografis dari kota Palembang
Palembang sebagai pusat pemerintahan terletak di tepi sungai Musi. Di depan muara Sungai Musi terdapat pulau – pulau yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di Muara Sungai Musi. Keadaan seperti ini sangat tepat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan. Kondisi itu pula menjadikan Sriwijaya sebagai jalur perdagangan Internasional dari India ke Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai yang besar, perairan laut yang cukup tenang, serta penduduknya yang berbakat sebagai pelaut ulung.

Runtuhnya kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja. Hal ini telah memberikan kesempatan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai Negara maritim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar