BAB I
PENGERTIAN PSIKOLOGI
1. Arti Psikologi Secara Umum
Psikologi
berasal dari perkataan Yunani psycheyang
artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi
(menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
Berbicara
tentang hal jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa
dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup
jasmani yang menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior), yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses
belajar. Misalnya: instink, reflex, nafsu, dan sebagainya. Jika jasmani mati,
maka mati pulalah nyawanya.
Sedang
jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak
dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbuatan
pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan oleh
keadaan jasmani, rohani, sosial, dan lingkungan. Proses belajar ialah proses
untuk meningkatkan kepribadian (personality)
dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai dalam menghadapi
kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi jiwa mengandung
pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan, dan kecakapan-kecakapan.
Mengenai
soal jiwa sejak dahulu orang sudah memikirkan tentang asal tujuan jiwa,
hubungan jiwa dengan jasmani dan sebagainya. Tetapi bagaimana hasilnya? Sampai
sekarang belum ada seorang pun yang mengetahui apakah sebenarnya jiwa itu.
Ada
yang mengibaratkan bahwa jiwa dan badan itu sebagai burung dan sangkarnya.
Burung itu diumpamakan jiwa, sedang sangkar adalah badannya. Bila burung itu
terbang terus dan tidak kembali, maka matilah manusia. Ada pula yang mengatakan
bahwa jiwa dan badan itu seperti tuan dengan kudanya. Ada lagi yang mengatakan
bahwa setelah badan rusak maka jiwa lahir kembali dengan badan baru; dan ada
lagi yang mengatakan bahwa setelah manusia itu mati, jiwa tak akan kembali
lagi. Jadi tergantung dengan adanya berbagai kepercayaan itu. sampai-sampai ada
orang yang memelihara mayat dengan mummi agar jangan rusak, ada pula yang
membakar mayat supaya menjadi sempurna, dan sebagainya.
Ilmu
jiwa yang berdasarkan atas renungan-renungan untuk mencari jawaban: Apakah jiwa
itu? Dari mana asalnya? Bagaimana sifatnya? Di mana tempatnya? Apa tujuannya?
Ke mana pergi dan seterusnya, disebut ilmu jiwa kehikatan / ilmu jiwa metafisis
(meta = dibalik, sesudah; fisis = alam nyata).
Dalam
hal ini aliran baru tidak setuju dan tidak puas dengan renungan-renungan begitu
saja. Mereka menggunakan pengalaman dalam mempelajari sesuatu, yaitu dengan
mencoba, menyelidiki, membandingkan, menarik kesimpulan, berdasarkan atas
kenyataan dan hidup sehari-hari. Ilmu jiwa ini dinamakan ilmu jiwa empiris /
ilmu jiwa positif. Namun demikian aliran baru juga tidak meninggalkan sama
sekali pada ilmu kehikmatan / metafisis.
Bila
dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain seperti: ilmu pasti, ilmu alam, dan
lain-lain, maka ilmu jiwa dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang serba
kurang tegas, sebab ilmu ini mengalami perubahan, tumbuh, berkembang untuk
mencapai kesempurnaan.
Karena
sifatnya abstrak, maka kita dapat mengetahui jiwa secara wajar, melainkan kita
hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak tampak,
tidak dapat dilihat oleh alat diri kita. Demikian pula hakikat jiwa, tak
seorang pun dapat mengetahuinya. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya
dengan tingkah lakunya. Jadi tingkah laku itu merupakan kenyataan jiwa yang
dapat kita hayati dari luar.
Peryataan
jiwa itu kita namakan gejala-gejala jiwa, di antaranya mengamati, menaggapi,
mengingat, memikirkan, dan sebagainya. Dari itulah orang kemudian membuat
definisi: Ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
2. Pembagian Psikologi
Di samping adanya psikologi metafisis
dan psikologi empiris sebagaimana tersebut di atas, maka masih terdapat
pembagian lain sebagai berikut :
a. Berdasarkan
atas Lapangan/Obyek yang diselidiki
1.
Psikologi
Umum : yaitu ilmu jiwa yang mempelajari gejala-gejala
kejiwaan manusia dewasa yang normal dan beradab.
Di sini yang dipelajari
ialah sifat-sifat pada umumnya, artinya persamaan-persamaannya dari manusia
dewasa, yang normal dan beradab. Sedang sifat-sifat kejiwaan manusia yang belum
dewasa (misalnya anak) manusia yang tidak normal (misalnya orang gila), dan
manusia yang tak beradab (misalnya orang primitif), tidak termasuk ilmu jiwa
umum, melainkan termasuk dalam ilmu jiwa khusus.
2.
Psikologi
Khusus : yaitu ilmu jiwa yang mempelajari sifat-sifat khusus
dari gejala-gejala kejiwaan manusia.
Jadi menyelidiki
sifat-sifat yang berbeda pada manusia, seperti berbeda umur, kelamin, lapangan
hidup, dan lain-lain.
Yang termasuk psikologi
khusus adalah, sebagai berikut.
a. Ilmu
jiwa anak, yaitu ilmu jiwa yang mempelajari jiwa anak sejak lahir hingga
dewasa.
b. Ilmu
jiwa perkembangan, yaitu mempelajari bagaimana terjadi dan berkembangnya
kehidupan jiwa anak-anak normal.
c. Ilmu
jiwa kriminal, yaitu mempelajari soal-soal yang berhubungan dengan kejahatan,
misalnya untuk mengetahui dasar dan alasan-alasan berbuat jahat.
d. Psikopatologi,
yaitu mempelajari tentang penyakit-penyakit jiwa / kelainan-kelainan jiwa
seseorang.
e. Ilmu
watak (karakterologi), yaitu mempelajari watak seseorang / golongan.
f.
Massa-psikologi, yaitu mempelajari
gejala-gejala yang terjadi pada himpunan manusia banyak.
g. Ilmu
jiwa golongan/kemasyarakatan, yaitu mempelajari gejala-gejala jiwa dalam
golongan hidup, misalnya guru, hakim, buruh, pelajar, dan sebagainya.
h. Ilmu
jiwa bangsa-bangsa, yaitu mempelajari gejala-gejala dalam tiap-tiap bangsa,
misalnya bangsa Indonesia, India, Tionghoa, dan sebagainya.
b. Berdasarkan
atas Kegunaannya/Tujuannya
Berdasarkan kegunaannya ilmu jiwa dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu :
1. Ilmu
jiwa teoretis, ialah ilmu jiwa yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan untuk
gejala-gejala itu sendiri. Jadi, belum dihubungkan dengan praktek hidup
sehari-hari, melainkan mempelajari gejala-gejala tersebut sebagai pengetahuan
saja, untuk menambah pengetahuan tentang kejiwaan.
2. Ilmu
jiwa praktis, ialah ilmu jiwa yang mempelajari segala sesuatu tentang jiwa
untuk digunakan dalam praktek.
Termasuk
dalam ilmu jiwa praktis adalah sebagai berikut.
a. Psiko-teknik,
yaitu teori tentang cara menetapkan pribadi seseorang dan kecakapannya untuk
memegang jabatan tertentu.
b. Psikologi
pendidikan, yaitu mempelajari hal ikhwal jiwa untuk keperluan pendidikan. Jadi,
segala gejala-gejala yang berhubungan dengan proses pendidikan dipelajari
secara mendalam.
c. Ilmu
jiwa pengobatan, yaitu mempelajari gejala-gejala kejiawaan yang berhubungan
dengan penyembuhan penyakit. Para dokter selalu berusaha menyelami jiwa
orang-orang yang diobatinya, agar dapat mengetahui sebab yang sebenarnya dari penyakit
yang dideritanya, sehingga memudahkan cara mengobatinya.
d. Ilmu
jiwa kriminal, yaitu mempelajari soal-soal yang berhubungan dengan kejahatan.
Misalnya untuk mengetahui dasar/alasan berbuat jahat.
e. Ilmu
jiwa pastoral, yaitu mempelajari cara memimpin pengikut sesuatu agama serta
meyakinkan pengikutnya kepada ajaran-ajaran agamanya. Umumnya ilmu jiwa ini
dipelajari oleh para pemimpin agama.
f.
Psikiatri, yaitu ajaran untuk menyembuhkan penyakit jiwa/urat syaraf. Ahli
penyakit ini disebut psikiater.
g. Psiko-diagnostik,
yaitu teori tentang cara menetapkan tanda-tanda penyakit jiwa.
h. Psiko-terapi,
yaitu cara mengobati cacat-cacat jiwa dengan berbagai metode, misalnya sugesti,
hipnotis, psikoanalisis / ungkapan-ungkapan jiwa, dan sebagainya.
3. Objek Pembahasan Psikologi
Setiap
ilmu pengetahuan mempunyai objek tertentu dalam pembahasannya. Objek ilmu
tumbuh-tumbuhan misalnya membicarakan tentang tumbuh-tumbuhan. Objek ilmu hewan
ialah dunia hewan. Objek ilmu falak ialah matahari, bulan, bintang, dan
seterusnya.
Demikian
pula ilmu jiwa juga mempunyai objek, yaitu jiwa. Apakah sebenarnya jiwa itu? Di
muka telah disebutkan bahwa sampai sekarang belum ada seorang pun yang dapat
mengetahuinya. Ia adalah abstrak, tidak dapat dilihat, didengar, dirasa,
dicium, ataupun diraba dengan panca indra kita. Karena itulah maka pada mulanya
ia diselubungi oleh rahasia dan pertanyaan gaib, yang oleh ahli-ahli pada zaman
itu dicoba menerangkan dan menjawabnya dengan pandangan dan tinjauan filosofis
dan metafisis.
Ditinjau
dari segi objeknnya, maka psikologi dapat dibagi sebagai berikut.
1. Psikologi
metafisika
Meta = dibalik, di
luar; fisika = alam nyata. Yang menjadi objek ialah hal-hal mengenai asal
usulnya jiwa, wujudnya jiwa, akhir jadinya sesuatu yang tidak berwujud nyata
dan tidak pula diselidiki dengan ilmu alam biasa / fisika. Karena itu psikologi
tersebut dinamakan psikologi metafisis.
2. Psikologi
empiris (pengalaman)
Dalam abad-abad
kemudian para ahli dan pujangga lebih mengutamakan pada rasio (misalnya
Descartes). Ia mengatakan bahwa ilmu jiwa yang benar hanya diperoleh dengan
berpikir, bukan dengan pengalaman dan percobaan.
Akal adalah sumber
segala kebenaran. Ilmu pengetahuan harus diuraikan dengan kekuatan rasio; yang
semenjak lahirnya mengandung pengertian sejati dan kebenaran.
Dipengaruhi oleh aliran
rasionalisme, maka para ahli menyelidiki dan menguraikan proses-prose jiwa dan
gejala-gejala jiwa.
Bertentangan dengan
aliran rasionalisme, maka timbullaah aliran empirisme, yang dipelopori oleh
Bacon dan John Locke. Menurut ahli-ahli empiri ini ilmu jiwa tidak dapat
didasarkan dan diuraikan dengan falsafah / teologi, melainkan harus berdasarkan
pengalaman. Semua peristiwa diamati, dikumpulkan dan dari hasil pengalaman
nyata itu diambillah suatu kesimpulan / ketentuan.
Jalan penyelidikan
dengan induksi ini seterusnya di dalam perkembangan ilmu jiwa sangat berfaedah,
dan Baconlah yang dianggap sebagai Bapak Metode Induktif. Olehnya pernyataan
jiwa itu diselidiki dengan jalan empiri dengan pengamatan sendiri dan
percobaan. Dalam hal ini John Locke mengatakan, bahwa jiwa adalah bagaikan kertas
putih bersih yang dapat dilukis dengan adanya pengalaman-pengalaman. Karena
psikologi ini mempelajari gejala-gejala jiwa yang nyata dan positif, maka
psikologi ini disebut psikologi positif.
Untuk memperoleh
bahan-bahan, psikologi empiri kadang-kadang mempergunakan percobaan /
eksperimen. Oleh sebab itu, psikologi empiri juga dinamai psikologi eksperimen.
3. Psikologi
behaviorisme (tingkah laku)
Menurut aliran ini
psikologi ialah pengetahuan yang mempelajari tingkah laku (behavior) manusia. Aliran ini timbul pada abad 20, diperoleh oleh
Mac Dougall.
Behaviorisme tidak mau
menyelidiki kesadaran dan peristiwa-peristiwa psikis, karena hal ini adalah
abstrak, tidak dapat dilihat sehingga tidak dapat diperiksa dan dipercayai.
Oleh sebab itu ahli-ahli paham ini memegang teguh prinsip-prinsip :
-
Objek psikologi adalah behavior yaitu
gerak lahir yang nyata, / reaksi-reaksi manusia terhadap perangsang-perangsang
tertentu.
-
Unsur behavior telah reflex, yaitu
reaksi tak sadar atas perangsang dari luar tubuh. Maka psikologi ini terkenal
dengan nama behaviorisme.
4. Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu
Lain
Psikologi
sebagai ilmu yang mempelajari keadaan manusia, sudah barang tentu mempunyai
hubungan dengan ilmu-ilmu lain, yang sama-sama mempelajari tentang keadaan
manusia. Hal ini akan memberi gambaran bahwa manusia sebagai makhluk hidup
tidak hanya dipelajari oleh psikologi saja, tetapi juga dipelajari oleh
ilmu-ilmu lain. Manusia sebagai makhluk budaya maka psikologi akan mempunyai
hubungan dengan ilmu-ilmu kebudayaan, dengan filsafat, dengan antropologi,
sosiologi, biologi, dan lain sebagainya. Dalam bagian ini akan ditinjau
hubungan psikologi dengan beberapa ilmu pengetahuan sebagai berikut :
a. Hubungan
Psikologi dengan Filsafat
Psikologi
adalah ilmu yang sudah berkembang sejak abad ke-17 dan abad ke-18 serta tampak pesat
kemajuannya pada abad ke-20. Pada awalnya ilmu ini adalah bagian dari filsafat,
sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, misalnya ilmu hukum, ekonomi, dan sebagainya.
Namun kemudian memmisahkan diri dan berdiri sebagai ilmu tersendiri. Semuanya
itu bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu, dan
hasil ciptaan itulah yang menjadi objek / sasaran dan merupakan cabang ilmu
pengetahuan. Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan objek dari filsafat,
yang antara lain membicarakan soal hakikat kodrat manusia, tujuan hidup
manusia, dan sebagainya. Sekalipun psikologi pada akhirnya memisahkan diri dari
filsafat, namun masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat. Bahkan dapat
dikemukakan bahwa ilmu-ilmu yang memisahkan diri dari filsafat itupun tetap
masih ada hubungan dengan filsafat, terutama mengenai hal-hal yang menyangkut
sifat hakikat serta tujuan dari ilmu pengetahuan.
b. Hubungan
Psikologi dengan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu
pengetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologi.
Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan
yang cukup cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan
ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan
mempengaruhi perkembangan metode dalam psikologi. Karenanya sebagian ahli
berpendapat, kalau psikologi ingin mendapatkan kemajuan haruslah mengikuti
kerja yang ditempuh oleh ilmu pengetahuan alam. Apa yang ditempuh oleh Fechner
dan Weber sangat mempengaruhi cara kerja Wilhelm Wundt, yakni dengan
menggunakan metode psikofisik, yaitu metode yang tertua dalam lapangan
psikologi eksperimental, yang banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam
(Wood Worth, 1951). Kenyataan, bahwa karena pengaruh ilmu pengetahuan alam,
psikologi mendapatkan kemajuan yang cukup cepat, sehingga akhirnya psikologi
dapat diakui sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat,
walaupun pada akhirnya, metode ilmu pengetahuan alam ini tidak seluruhnya
digunakan dalam lapangan psikologi, oleh karena perbedaan dalam objeknya. Sebab
ilmu pengetahuan alam berobjekkan manusia yang hidup, sebagai makhluk yang
dinamik, berkebudayaan, tumbuh berkembang, dan dapat berubah pada setiap saat.
Sebagaimana
diungkapkan di atas bahwa psikologi mempunyai hubungan antara lain dengan
biologi, sosiologi, filsafat, dan ilmu pengetahuan alam, tetapi tidak berarti
bahwa psikologi tidak mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain di luar
ilmu-ilmu tersebut. Justru karena psikologi menyelidiki dan mempelajari manusia
sebagai makhluk dinamis yang bersifat kompleks, maka psikologi harus bekerja
sama dengan ilmu-ilmu lain. Tetapi sebaliknya, setiap cabang ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan manusia akan kurang sempurna apabila tidak mengambil pelajaran
dari psikologi. Dengan demikian akan mendapat hubungan timbal balik.
c. Hubungan
Psikologi dengan Biologi
Biologi
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kehidupan, berarti bahwa
semua benda yang hidup menjadi objek biologi. Oleh karena biologi berobjekkan
benda-benda yang hidup, maka cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung di dalamnya.
Maka baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun
masing-masing ilmu itu meninjau dari sudut yang berlainan namun segi-segi
tertentu, kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan. Biologi maupun antropologi,
keduanya tidak mempelajari perihal proses-proses kejiwaan, dan inilah yang
dipelajari oleh psikologi.
Seperti
telah dikemukakan di atas, bahwa disamping adanya hal-hal yang sama-sama dipelajari
/ diperbincangkan oleh kedua ilmu itu, misalnya soal keturunan. Dalam hal ini
baik psikologi maupun antropologi ingin membahasnya, misalnya masalah
keturunan, ditinjau dari segi biologi ialah hal-hal yang berhubungan dengan
aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain.
Soal keturunan juga dibahas/dipelajari oleh psikologi, misalnya tentang sifat,
intelegensi, dan bakat. Karena itu kurang sempurna kalau kita mempelajari
fisiologi, sebab ilmu-ilmu ini amat membantu di dalam mempelajari psikologi.
d. Hubungan
Psikologi dengan Sosiologi
Manusia
sebagai makhluk sosial juga menjadi objek sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, mempelajari manusia di alam
masyarakatnya. Karena itu, baik psikologi maupun sosiologi yang sama-sama
membicarakan manusia, tidaklah mengherankan kalau pada suatu waktu adanya titik
pertemuan di dalam meninjau manusia, misalnya tingkah laku. Tinjauan sosiologi
yang penting ialah hidup bermasyarakatnya, sedangkan tinjuan psikologi, bahwa
tingkah laku sebagai manifestasi hidup kejiwaan yang didorong oleh moral
tertentu hingga manusia itu bertingkah laku / berbuat. Karena adanya
titik-titik persamaan ini, maka timbullah cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubunganya dengan situasi-situasi
sosial. Menurut Gerungan, pertemuan antara psikologi dan sosiologi itulah yang
merupakan daerah psikologi sosial.
e. Hubungan
Psikologi dengan Pedagogik
Kedua
ilmu ini hampir tidak dipisahkan satu sama lain, oleh karena mempunyai hubungan
timbal balik. Pedagogik sebagai ilmu yang bertujuan untuk memberikan bimbingan
hidup manusia sejak dari lahir sampai mati tidak akan sukses, bilamana tidak
mendasarkan diri kepada psikologi, yang tugasnya memang menunjukkan
per-kembangan hidup manusia sepanjang masa, bahkan ciri dan wataknya serta
kepribadiannya ditunjukkan oleh psikologi. Dengan demikian, pedagogik baru akan
tepat mengenai sasaran, apabila dapat memahami langkah-langkahnya sesuai dengan
petunjuk psikologi. Oleh karena sangat eratnya tugas antara keduanya, maka
timbul educational psychology (ilmu
jiwa pendidikan).
f. Hubungan
Psikologi dengan Agama
Psikologi
dan agama merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya, mengingat agama sejak
turunnya kepada Rasul diajarkan kepada manusia dengan dasar-dasar yang
disesuaikan dengan kondisi dan situasi psikologi pula. Tanpa dasar agama sulit
mendapat tempat di dalam jiwa manusia. Di dalam agama terdapat ajaran tentang
bagaimana agar manusia mau menerima petunjuk Tuhannya, sehingga manusia itu
sendiri tanpa paksaan bersedia menjadi hamba-Nya yang baik dan taat. Itulah
sebabnya dapat dikatakan bahwa di dalam agama itu penuh dengan unsur-unsur
pedagogis yang bahkan merupakan esensi pokok dari tujuan agama diturunkan oleh
Tuhan kepada umat manusia. Unsur pedagogis dalam agama tidak dapat mempengaruhi
manusia kecuali bilamana disampaikan kepadanya sesuai dengan petunjuk-petunjuk
psikologi, dalam hal ini psikologi pendidikan.
Contoh
bahwa psikologi dan agama mempunyai hubungan erat dalam memberikan bimbingan
manusia adalah terhadap manusia yang berdosa pada manusia yang melanggar norma
tersebut dapat mengakibatkan perasaan nestapa dalam dirinya meskipun hukuman
lahirnya tidak diberikan terhadapnya. Psikologi memandang bahwa orang yang
berdosa itu berarti telah menghukum dirinnya sendiri, karena dengan perbuatan
pelanggaran tersebut, jiwa mereka menjadi tertekan, kotor, dan gelap yang apabila
yang bersangkutan tidak dapat mensublimasikan (mengalihkan kepada perbuatan
yang lebih baik) perasaanya akan mengakibatkan semacam penyakit jiwa (psichistania) yang merugikan dirinya
sendiri. Dalam hal demikian itulah pendidik agama sangat diperlukan untuk
memberikan jalan sublimatif serta katarsis (pembersihan jiwa) orang yang
menderita dosa.
Mengingat
eratnya hubungan antara keduanya, akhirnya lahirlah psikologi agama (psychology of religion), yang objek
pembahasannya antara lain: bagaimanakah perkembangan kepercayaan kepada Tuhan
masa kanak-kanaksampai dewasa dan kapan terjadi kemantapan hidup keagamaan
seseorang, bagaimana perbedaan tingkah laku orang yang beragama dengan yang
tidak beragama dan lain sebgainya. Tokohnya antara lain: Prof. Rumke, Straton,
dan William James.
5. Tujuan Mempelajari Psikologi
Pada
garis besarnya orang yang mempelajari ilmu jiwa adalah untuk menjadikan manusia
hidupnya baik, bahagia dan sempurna. Betulkah demikian? Memang, karena ilmu
jiwa sekarang ternyata telah memasuki bidang-bidang yang banyak sekali, banyak
persoalan-persoalan yang dapat dibantu dan diselesaikan oleh jiwa manusia.
Misalnya persoalan-persoalan manusia yang hidup di pabrik, di sekolah, di
sawah, dan sebagainya.
Dalam
ilmu jiwa manusia tidak ragu-ragu lagi mengubah cara-cara hidup, tingkah laku,
dan pergaulan dalam masyarakat.
Dahulu
orang menyangka, bahwa orang gila itu disebabkan karena badannya kemasukan
setan, tetapi orang sekarang sudah berubah pendapatnya. Dahulu orang menyangka
bahwa orang berbuat kejahatan itu hanya terdapat pada orang-rang dewasa saja,
tetapi sekarang orang berpendapat bahwa kejahatan itu juga terdapat pada
anak-anak, disebabkan warisan dari orang tuanya. Dahulu orang sering marah
terhadap anaknya apabila tidak mau belajar, tetapi ahli-ahli psikologi sekarang
tidak demikian. Demikian seterusnya.
Apa
sebab ahli-ahli psikologi tidak marah terhadap yang tidak mau belajar? Sebab
ahli-ahli psikologi sudah mengetahui jiwa anaknya. Mungkin pelajaran yang
diberikan kepada anaknya itu tidak sesuai dengan jiwanya dan bakat anak.
Karenanya anak tidak mau dan segan belajar.
Pada
masa dahulu orang menyuruh anaknya belajar dengan pukulan, tetapi orang
sekarang tidak dengan pukulan dan kekerasan. Para ahli telah sependapat bahwa
jiwa dan pembawaan manusia itu tidak sama. Di samping itu, masa peka bagi
tiap-tiap anaknya pun juga tidak sama. Maka harus ditinjau apakah anak itu
sudah waktunya belajar / belum. Kalau memang belum waktunyatentu mereka tidak
akan mau belajar.
Jadi
tegasnya, ilmu jiwa adalah bertujuan untuk memberi kesenangan dan kebahagiaan
hidup manusia. Dan orang yang ingin sukses dalam segala-galanya harus
mengetahui dasar-dasar dari ilmu jiwa.
a. Saudagar,
penting mengetahui dasar-dasar jiwa, supaya dapat melayani pembeli dengan baik.
b. Hakim,
tanpa mengetahui dasar-dasar jiwa tak mungkin mereka dapat menjatuhkan hukuman
dengan baik / tepat.
c. Polisi,
tanpa mengetahui dasar-dasar jiwa tak mungkin dapat mengetahui dan melaksanakan
kepidanaan yang baik.
Disamping
itu, ilmu jiwa juga sangat penting dalam kalangan pendidikan, bahkan sangat
erat hubungannya. Misalnya:
Ali
mengajar si B aljabar. Di sini ada dua objek, yaitu sebagai berikut.
-
Ali harus mengetahui jiwa si B.
-
Ali harus mengetahui pengetahuan
aljabar.
Oleh
karena adanya ilmu jiwa, maka timbullah soal-soal penting di dalam mengajar dan
mendidik. Sebab soal mengajar dan mendidk harus benar-benar mengetahui jiwa
seseorang:
Seperti
halnya seorang dokter, di dalam mengobati seseorang harus mengetahui soal-soal
syaraf, susunan tubuh, dan sebagainya. Begitu juga sopir harus mengetahui
tentang onderdil-onderdil mobil dan mesin-mesin dan sebagainya.
Namun
demikian, setelah kita mengetahui ilmu jiwa apakah usaha kita selalu sukses
100%: apakah benar-benar dapat bahagia dan sebagainya.
Ternyata
belum, karena segala sesuatu benar-benar hanya terletak di tangan Tuhan.
Manusia wajib berikhtiar, tetapi sedikit hasil ilmu jiwa yang telah dicapai
dalam kehidupan manusia khususnya dalam bidang pendidikan. Hal ini disebabkan
adanya:
-
Perbedaan warisan, yaitu sifat yang
diwarisi dari orang tua masing-masing berbeda.
-
Perbedaan lingkungan, misalnya: sifat
orang Jawa dengan Sumatera berbeda, sebab lingkungan mereka berbeda.
-
Perbedaan kelamin, misalnya sifat orang
laki-laki dengan sifat orang perempuan berbeda. Jiwa mereka pun berbeda pula.
Dan seterusnya.
Dari
uraian-uraian tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan, bahwa tujuan dan gunanya
mempelajari ilmu jiwa ialah:
a. Untuk
memperoleh paham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna
tentang tingkah laku sesame manusia pada umumnya dan anak-anak pada khususnya.
b. Untuk
mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk
mengenal tingkah laku manusia / anak.
c. Untuk
mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
BAB II
PSIKOLOGI UMUM
1. Tingkah Laku Manusia Berbeda dengan
Makhluk Lain
Manusia
bukan saja merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang harus hidup dengan
sesamanya dan selalu membutuhkan kerja sama dengan sesamanya (seperti halnya
dengan beberapa jenis hewan tertentu), tetapi lebih dari itu manusia mempunyai
kepekaan sosial. Kepekaan sosial berarti kemampuan untuk menyesuaikan perbuatan
seseorang akan berbeda-beda kalau menghadapi orang yang sedang marah, sedang
gembira, sedang sedih, dan lain-lain. Tingkah laku seseorang juga akan berbeda
dalam lingkungan orang-orang yang sedang berpesta, sedang memperingati
kematian, / sedang berdiskusi.
Tingkah
laku / perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang di
saat-saat tertentu) tetapi selalu ada kelangsungan (kontinuitas) antara satu
perbuatan dengan perbuatan berikutnya. Misalnya, seorang anak yang masuk
sekolah hari ini, akan bersekolah lagi besok dan bersekolah terus
bertahun-tahun akhirnya mempunyai kepandaian tertentu dan mendapatkan pekerjaan,
mempunyai penghasilan, berkeluarga, berketurunan, dan seterusnya. Pendek kata,
tingkah laku manusia tidak pernahberhenti pada suatu saat. Perbuatan terdahulu
merupakan persiapan bagi perbuatan yang kemudian sedangkan perbuatan yang
kemudian merupakan kelanjutan dari perbuatan sebelumnya. Dengan demikian adalah
keliru kalau seseorang memandang masa kanak-kanak / masa remaja misalnya,
sebagai suatu tingkat perkembangan yang berdiri sendiri, yang terlepas dari
tingkat perkembangan lain dalam kehidupan seseorang.
Tiap-tiap
tingkah laku manusia mengarah pada suatu tugas tertentu. Hal ini tampak jelas
pada perbuatan-perbuatan seperti belajar / bekerja, tetapi hal ini juga
terdapat pada tingkah laku lain yang tampaknya tidak ada tujuannya.
Seorang
anak misalnya, yang sedang bermain menyusun benteng dari pasir di pantai laut,
tiba-tiba merusak benteng itu dan mendirikan sebuah lagi ditempat lain.
Tampaknya anak itu melakukan sesuatu tanpa tujuan, tetapi pada hakikatnya ia
sedang mempelajari sifat-sifat pasir, bagaimana kalau dihancurkan dan
sebagainya. Bahkan pada orang yang sedang bermalas-malasan beristirahat /
berekreasi juga terdapat orientasi pada tugas, karena beristirahat merupakan
sebagian dari tugas yang harus dipenuhi agar ia bisa mengumpulkan energy
kembali untuk dapat bekerja lagi seterusnya.
Usaha
dan perjuangan memang terdapat juga pada makhluk lain selain manusia, misalnya
pada kucing yang mengendap-endap mengintai seekor tikus yang akan menjadi
mangsanya. Tetapi usaha dan perjuangan pada tingkah laku manusia adalah
berbeda, karena yang diperjuangkan adalah sesuatu yang ditentukannya sendiri,
yamg dipilihnya sendiri. Ia tidak akan memperjuangkan sesuatu yang sejak semula
memang tidak ingin diperjuangkannya. Misalnya seorang akan pergi ke suatu
tempat dengan bus.
Calon
penumpang bus demikian banyaknya, sehingga tiap orang harus berusaha/bersusah
payah kalau mau naik bus. Dalam hal ini meskipun banyak bus tersedia, orang
yang bersangkutan hanya akan berusaha naik bus ke jurusan yang dikehendaki saja,
sedangkan bus-bus ke jurusan lainnya akan dibiarkannya saja.
Dengan
perkataan lain, manusia mempunyai aspirasi yang diperjuangkannya, sedangkan
hewan hanya berjuang untuk memperoleh sesuatu yang sudah diberi oleh alam.
Harga diri, misalnya adalah suaru aspirasi yang dapat diperjuangkan oleh
manusiayang tidak terdapat pada makhluk hidup lainnya.
Unik
berarti berbeda dari yang lainnya. Jadi tiap-tiap manusia selalu mempunyai
ciri-ciri, sifat-sifat tersendiri yang membedakannya dari manusia-manusia
lainnya. Tidak ada dua manusia yang sama di dunia ini. Pengalaman-pengalaman
masa lalu dan aspirasi-aspirasinya untuk masa-masa yang akan datang menentukan
tingkah laku seseorang di masa kini, dan karena tiap orang mempunyai pengalaman
dan aspirasi yang berbeda-beda, maka tingkah laku-tingkah lakunya di masa kini
pun berbeda-beda.
2. Metode Penyelidikan Ilmu Jiwa
Dalam
ilmu jiwa kita mengenal adanya 4 macam metode yaitu, sebagai berikut.
a. Metode observasi, yang
meliputi introspeksi, introspeksi eksperimental, dan ekstrospeksi.
b. Metode pengumpulan, yang
meliputi angket, riwayat hidup, dan pengumpulan bahan-bahan.
c. Metode klinis.
d. Metode eksperimental, yang
meliputi eksperimen dan tes.
a. Metode
Observasi
Metode
untuk mempelajari gejala kejiwaan secara mengamati dengan sengaja, teliti, dan
sistematis. Metode ini dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu: introspeksi,
introspeksi eksperimen, dan ekstrospeksi.
1.
Introspeksi
Ialah
metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan meninjau gejala-gejala
jiwa sendiri secara sengaja, teliti dan sistematis (intro = ke dalam, spectare =
melihat).
Introspeksi
adalah sumber tentang pengetahuan jiwa yang utama, karena hanya kesadaran
tentang jiwa sendirilah yang dapat dikenal secara langsung. Akan tetapi
penyelidikan terhadap jiwa sendiri itu adalah pekerjaan yang sulit dan
membutuhkan latihan serta pengertian yang sebanyak-banyaknya, di antaranya
sebagai berikut.
Auguste Comte,
seorang ahli filsafat Perancis, mengatakan bahwa introspeksi tak mungkin
memberi hasil yang baik, karena tak ada orang yang dapat mempelajari
peristiwa-peristiwa jiwanya sendiri seperti objektif. Misalnya: seorang yang
sedang marah, tak mungkin ia dengan tenang dan objektif menyelidiki jiwanya.
Jika ia menyelidikinya, maka hilanglah kemarahan tersebut.
William Stern (Jerman)
mengemukakan keberatan-keberatan terhadap introspeksi ialah: bahwa introspeksi
yang diselidiki hanya bagian-bagian yang disadari saja, sedang bagian-bagian
yang tidak disadari tidak ikut dipelajari. Di samping itu hal-hal yang bersifat
rendah kadang-kadang disembunyikan, karena malu dan sebagainya.
Wilhelm Wundt, ahli
ilmu jiwa bangsa Jerman, mengatakan bahwa di dalam penyelidikan jiwa sendiri
lebih tepat dipakai istilah retrospeksi artinya melihat kembali (retro = kembali). Sebab dalam prakteknya
yang kita selidiki itu ialah peristiwa-peristiwa yang lampau, bukan yang sedang
terjadi.
2.
Instrospeksi
eksperimental
Ialah
introspeksi terhadap kejadian, yang ditimbulkan dengan sengaja yang dengan
mengadakan percobaan-percobaan (eksperimen). Metode ini diciptakan oleh Oswald
Kulpe seorang ahli jiwa Jerman (murid W. Wundt).
Jalannya
penyelidikan: kepada orang dikemukakan satu perkataan misalnya: lembu. Setelah
orang mencoba mendengar perkataan tersebut ia harus lekas-lekas menyebutkan bagian-bagiannya
dengan seteliti-telitinya. Kemudian orang disuruh menceritakan kembali dengan
teliti bagaimana ia mendapatkan jawaban-jawabannya (retrospeksi). Karena itu orang mencoba adalah harus orang
terpelajar.
3.
Ekstrospeksi
Ialah
metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mempelajari
peristiwa-peristiwa jiwa orang lain dengan teliti dan sistematis (ekstro
=keluar)
Untuk
melaksanakan ekstrospeksi ini, kita harus mempunyai bahan-bahan yang bersamaan,
artinya kita harus sudah pernah mengalami kejadian-kejadian yang akan kita
selidiki itu. Misalnya segala gerak-gerik orang lain, percobaan-percobaan roman
muka (mimik), gerakan-gerakan anggota badan (panto mimik) serta
perbuatan-perbuatan kita duga sebab, maksud dan tujuannya kemudian kita
cocokkan pada diri sendiri.
Jadi
sebelum kita mengadakan ekstrospeksi, terlebih dahulu kita harus mengetahui
sebab, maksud dan tujuan kejadian-kejadian dalam diri kita sendiri, kemudian
barulah kita melakukan ekstrospeksi. Jadi introspeksi adalah dasar utama bagi
ekstrospeksi.
b. Metode
Pengumpulan
Ialah
metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia dengan cara
mengumpulkan sebanyak-banyaknya, kemudian membanding-bandingkannya dan
mengambil kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum.
Metode
ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, adalah sebagai berikut.
1. Angket,
ialah penyelidikan yang dilakukan dengan memberikan daftar pernyataan mengenai
gejala-gejala kejiwaan yang ditujukan kepada sejumlah besar manusia, sehingga
berdasarkan jawaban yang diperolehnya dapat diketahui keadaan jiwa seseorang /
sekumpulan orang.
Menurut cara
mendapatkan jawaban, angket dapat dibagi:
-
Angket langsung: ialah angket yang
jawabannya dibuat sendiri oleh orang-orang yang diselidiki. Angket ini dapat
menghasilkan yang sebaik-baiknya karena jawabannya berdasarkan introspeksi yang
dilakukanoleh yang diselidiki.
-
Angket tak langsung: ialah angket yang
dijawab oleh seseorang mengenai keadaan jiwa orang lain. Misalnya, guru
menjawab pertanyaan-pertanyaan muridnya, dokte rmenjawab tentang pasiennya, dan
sebagainya.
Menurut
luas objeknya angket dapat pula dibagi:
-
Angket umum: ialah angket bertujuan
memperoleh gambaran selengkap-lengkapnya mengenai jiwa (psikografi) seseorang.
-
Angket khusus: ialah angket yang
bertujuan memperoleh gambaran-gambaran khusus mengenai satu hal saja. Misalnya
mengenai watak seseorang.
2. Metode
riwayat hidup (biografi) ialah metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan
dengan jalan mengumpulkan riwayat hidup sebanyak-banyaknya, baik yang ditulis
sendiri maupun yang ditulis oleh orang lain. Dalam penyelidikan ini buku-buku
harian dan kenang-kenangan besar sekali faedahnya.
3. Metode
pengumpulan bahan-bahan ialah dengan mengumpulkan permainan-permainan,
gambar-gambar, karangan-karangan, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat
dikumpulkan oleh orang tua, guru, lembaga, dan sebagainya. Pekerjaan ini besar
sekali artinya dalam penyelidikan perkembangan jiwa anak.
c. Metode
Klinis
Dinamakan metode klinis karana mula-mula
dipergunakan di rumah sakit untuk mengobati penyakit. Metode ini berlaku untuk
menyelidiki perseorangan, ialah dengan jalan mengikuti orang yang diselidiki
sambil mengemukakan pertanyaan-pertanyaan, tetapi selalu dijaga agar jalan
pikiran orang yang diselidiki tidak terganggu, sehingga dengan demikian
dapatlah dipelajari hidup kejiwaan. Metode ini berguna dalam menyelidiki jiwa
anak.
d. Metode
Eksperimental
Ialah dengan sengaja menimbulkan
gejala-gejala kejiwaan untuk diselidiki. Metode ini ada 2 macam, yaitu sebagai
berikut.
1.
Eksperimen
Ialah pengamatan secara
teliti dalam waktu tertentu guna mempelajari gejala-gejala yang ditimbulkan
dengan sengaja, untuk menetapkan sifat-sifat yang ditimbulkan dengan
gejala-gejala kejiwaan manusia. Jadi tujuan eksperimen ialah untuk mengetahui
sifat-sifat umum dari gejala-gejala kejiwaan manusia tersebut misalnya mengenai
pikiran manusia, perasaan manusia, kemauan manusia, ingatan manusia, fantasi
manusia dan sebagainya. Oleh sebab itu, eksperimen berguna dalam ilmu jiwa
umum.
2. Tes
Ialah suatu percobaan
yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab /
perintah-perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang
kejiwaan seseorang / segolongan orang.
Tujuan dari tes ini
ialah untuk mengetahui susunan jiwa dalam hal-hal yang khusus, misalnya
kecerdasan seseorang, ingatan, fantasi, dan sebagainya. Karena itu, tes berguna
dalam ilmu jiwa khusus. Dan inilah perbedaannya dengan eksperimen.
Macam-mcam tes, adalah
sebagai berikut.
Menurut pekerjaan yang
diselidiki tes dapat dibagi menjadi beberapa macam, di antaranya:
1. Tes
kecerdasan.
2. Tes
perhatian.
3. Tes
ingatan dan sebagainya.
Menurut
orang yang diselidikinya tes dapat dibagi menjadi 2 macam:
1. Tes
perseorangan.
2. Tes
gerombolan.
Menurut
cara menilai jawabannya, tes dapat dibagi pula dalam 2 macam, ialah:
1. Tes
alternatif, ialah menilai dengan betul / salah.
2. Tes
gradual, ialah menilai dengan beberapa tingkatan misalnya: salah sama sekali,
salah sedikit, agak betul, hampir betul, dan sebagainya.
3. Pengamatan
Manusia
memiliki indra untuk mengamati segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya.
Dari hasil pengamatan itu tinggallah kesan / tanggapan. Proses berfungsinya
alat indra terhadap sesuatu akan mengenai indra manusia. Karena manusia itu
merupakan makhluk yang aktif maka manusia terhadap situasi lingkungan itu
bersifat responsibel. Manusia secara normal akan selalu mencari objek-objek
dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya secara sadar maupun secara tidak
sadar. Makin baik daya reaksi terhadap lingkungan manusia akan makin banyak
memiliki kesan (tanggapan).
Reaksi
pengamatan dari seseorang dapat kami gambarkan sebagai berikut.
S – O – R
S:
Stimulus (perangsang)
O:
Organisasi
R:
Respons, reaksi individu setelah terjadinya suatu perangsang.
Dari
aktivitas manusia itu akhirnya akan timbul bentuk seperti berikut.
W – S – O – R – W
W
: World : lingkungan individu.
Tanggapan
yang sesuai benar dengan objeknya disebut tanggapan yang identik.
Dalam
proses manusia mengamati lingkungan, sering terjadi kesalahan-kesalahan
pengamatan, misalnya:
-
Halusinasi.
-
Ilusi.
-
Ilusi optik.
-
Oxilasi.
Tiap
manusia dalam memperoleh tanggapan itu tidak sama, hal ini dipengaruhi macam
tipe tanggapan manusia.
Macam-macam
tipe tanggapan:
1. Tipe
visual, artinya manusia itu mempunyai ingatan yang baik / kuat dari apa yang
dilihat.
2. Tipe
auditif, artinya manusia memiliki ingatan yang kuat dari apa yang didengar.
3. Tipe
motorik, artinya manusia mempunyai ingatan yang kuat dari rangsangan yang
bergerak.
4. Tipe
tekstual, artinya manusia mempunyai ingatan yang baik dari apa yang diraba.
5. Tipe
campuran, artinya semua indra memiliki kemampuan yang seimbang, sehingga pada
waktu seseorang mengindra menggunakan semua indra.
Karena
itu, alam kita mengajarkan harus memberikan kesempatan penggunaan semua indra,
agar memperoleh kesan yang baik.
Misalnya
dengan peragaan. Dengan tanggapan kita dapat mengasosiasikan dan mereproduksi.
4. Asosiasi
Asosiasi
ialah hubungan antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lain dan saling
mereproduksi. Dalam aliran ilmu jiwa daya, hukum asosiasi ini berlaku (Berbart
dan Aristoteles).
1. Hukum
serempak, artinya tanggapan-tanggapan yang serempak timbul bersama-sama. Contoh:
meja, kursi, papan, mangga, dan sebagainya.
2. Hukum
berurutan, artinya tanggapan yang mempunyai urutan timbul berhubungan dan
berurutan.
Contoh:
1 – 2 – 3 – 4
Indonesia raya merdeka
5 – 10 – 15
3. Hukum
persamaan, artinya tanggapan yang hampir sama berhubungan dan saling
mereproduksi.
Contoh:
Belut – ular sendok
Potret – orangnya – bajunya.
4. Hukum
berlawanan, artinya tanggapan-tanggapan berlawanan berhubungan dan saling
mereproduksi.
Contoh:
tinggi – rendah
perang – aman
bodoh – pandai, dan sebagainya.
5. Hukum
sebab-akibat
Tanggapan
–tanggapan yang mempunyai hubungan sebab akibat berhubungan dan mereproduksi.
Contoh:
hujan – banjir
bodoh – tak lulus, dan sebagainya.
Reproduksi
artinya kemampuan jiwa untuk mengeluarkan kembali tanggapan dan kesadaran.
a. Reproduksi
dengan perantara, artinya timbulnya itu akibat adanya perangsang dari luar.
Misalnya:
kapan penduduk Jepang di Indonesia?
b. Reproduksi
tanpa perantara, yaitu reproduksi yang datang dengan sendirinya.
c. Reproduksi
terikat, yaitu reproduksi yang timbulnya dengan sengaja.
d. Reproduksi
bebas, yaitu reproduksi yang timbulnya tidak disengaja dan timbulnya itu
bersifat apa adanya.
Dalam
mengenal hukum-hukum asosiasi itu sebenarnya kami cenderung pada pandangan ilmu
jiwa modern, yaitu bahwa hukum asosiasi bukan banyak seperti tersebut diatas,
tetapi hanya satu ialah hukum kontinuitas artinya taggapan-tanggapan yang
berdekatan / berasosiasi, tanpa mengingat, serempak, berlawanan, / berurutan.
Asosiasi
itu dipengaruhi oleh:
1. Keadaan
jasmani seseorang.
2. Tipe-tipe
seseorang.
3. Keperluan
bereaksi terhadap perangsang.
5. Ingatan (Memory)
Yaitu
suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan mereproduksi kembali
kesan-kesan/tanggapan/pengertian.
Memory/ingatan
kita dipengaruhi oleh:
1. Sifat
seseorang.
2. Alam
sekitar.
3. Keadaan
jasmani.
4. Keadaan
rohani (jiwa).
5. Umur
manusia.
Ingatan
itu digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Sifat
seseorang.
2. Alam
sekitar.
3. Keadaan
jasmani
4. Keadaan
rohani (jiwa)
5. Umur
manusia.
Ingatan
itu digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Daya
ingatan yang mekanis, artinya kekuatan ingatan itu hanya untuk kesan-kesan yang
diperoleh dari pengindraan.
2. Daya
ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk tanggapan-tanggapan yang
mengandung pengertian.
Sehubungan
dengan adanya ingatan yang berlainan, maka dalam mengajar, guru perlu
memperhatikan hal-hal tersebut. Terutama guru memperhatikan segi kelemahannya,
yaitu:
a. Dalam
menerapkan jangan terlalu cepat penyelesaian bahan pengajaran
b. Jangan
terlalu banyak bahan yang diajarkan.
c. Bahan
pengajaran itu harus sering diulang setiap saat (ingat hokum Jost) 10 x 2 5 x
4.
d. Mengusahakan
dalam mengajar, guru memberikan kesempatan penggunaan alat indra yang
sebaik-baiknya sehingga hasil pengamatan itu mendekati kenyataan, memberi kesan
yang dalam dan memperoleh tanggapan yang sejelas-jelasnya.
e. Melatih
anak untuk menggunakan cara-cara yang baik dalam menghafal, yaitu metode K, B,
dan C.
Hal-hal
yang mudah teringat ialah:
1. Suatu
hal yang sesuai dengan perasaannya.
2. Hal-hal
yang kita alami sebaik-baiknya.
3. Hal-hal
yang menimbulkan minat perhatian.
4. Hal-hal
yang mengandung arti bagi seseorang.
Gangguan
ingatan manusia.
1. Lupa
: Suatu peristiwa seseorang tidak dapat mereproduksi tanggapan meskipun ingatan kita dalam keadaan
sehat.
2. Amnesia
: yaitu peristiwa seseorang tidak mereproduksi tanggapan, karena ingatan dalam
keadaan tidak sehat. Misalnya geger otak.
3. Paramnesia
: amnesia yang ringan, jadi masih mampu mengingat sedikit-sedikit.
4. Dayayu
: yaitu peristiwa seakan-akan belum kenal sesuatu yang sebenarnya belum.
5. Jemais
yu : ialah peristiwa seakan-akan belum kenal kepada sesuatu yang sebenarnya
sudah.
6. Depersonalis
: yaitu suatu peristiwa seseorang tidak mengenal dirinya sendirinya.
7. Derealis
: yaitu suatu peristiwa seseorang merasa asing di dalam alam yang riil, yang
sebenarnya.
Misalnya:
Seseorang yang naik kapal terbang, ia hanya merasa bermain-main saja, maka ada
kecenderungan untuk lari keluar pintu. Hal ini sangat berbahaya.
Atas
hasil eksperimen gejala ingatan itu dapat dan banyak digunakan di sekolah,
yaitu:
1. Bahwa
ingatan itu bersifat individual (ingat tipe tanggapan).
2. Keadaan
jasmani mempengaruhi prestasi ingatan.
3. Prestasi
ingatan itu dapat diperlukan dengan:
a. Pemberian
secara logis.
b. Pemberian
secara sistematis.
c. Pemberian
secara skematis.
4.
Memperbanyak latihan-latihan fungsi.
5.
Ingatan itu baik, jika bahan itu diberikan sebagian-sebagian disertai
ulangan-ulangan (Jost)
6.
Memperhatikan tipe-tipe tanggapan anak.
7.
memperhatikan lingkungan yang baik agar prestasi ingatan itu meningkat.
6. Fantasi
Yaitu
suatu daya jiwa yang dapat membentuk tanggapan baru berdasarkan
tanggapan-tanggapan yang sudah ada (lama).
Menurut
aliran ilmu jiwa modern memberikan pengertian, suatu daya jiwa untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Dalam fantasi ini, manusia dapat menciptakan
sesuatu yang belum ada, sehingga merupakan suatu kreasi. Menurut jenisnya
fantasi itu dibedakan:
1. Fantasi
menciptakan.
2. Fantasi
terpimpin.
3. Fantasi
melaksanakan.
Fantasi
menciptakan artinya, fantasi yang benar-benar menghasilkan sesuatu yang baru.
Fantasi
terpimpin, artinya fantasi yang timbul karena sesuatu perangsang dari luar.
Fantasi
melaksanakan, artinya fantasi yang berada di antara fantasi menciptakan dan
fantasi terpimpin. Misalnya pada waktu orang menyanyikan suatu lagu, sesuai
dengan isi/irama lagu.
Berdasarkan
pengertian dalam fantasi itu, maka sebenarnya pengambilan bentuk:
a. Mengabstraksi
(abstraherend).
b. Menentukan
(determinerend).
c. Menghubungkan
(combinerend).
Guna
fantasi dalam kehidupan.
1. Dengan
fantasi para seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru yang dapat kita
nikmati.
2. Menimbulkan
simpati pada sesama manusia.
3. Dapat
mengambil kemanfaatan (inti) sejarah.
4. Dapat
merencanakan hidup kita di kelak kemudian.
5. Dapat
merintangi dan mengurangi kesedihan kita.
Bahaya
fantasi
1. Jika
fantasi itu terjadi berlebih-lebihan pada seseorang akan terjadi keputusan
dalam lamunan.
2. Karena
kiita dikuasai fantasi akan timbul rasa berdosa.
3. Timbul
pengertian dalam pepatah “Besar pasak daripada tiang”.
4. Menimbulkan
fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa pimpinan.
Macam-macam
tes fantasi.
1. Tes
Binet : melengkapi gambar.
2. Tes
Masselon : tes tiga kata.
3. Tes
Hindustri : yaitu tes yang digunakan
dua bahasa yang sudah dan belum dikenal oleh
anak, dan artinya bisa dijodohkan dalam baris kanan dan kiri.
4. Tes
Obsurditi : tes kemustahilan, yaitu
cerita disuruh mencari kemustahilan dalam isi cerita itu.
5. Tes
Rorcharch : yaitu tes menelaah bentuk
gambar.
6. Tes
Decoupage: yaitu tes yang dilipat lalu digantung, kemudian gambar apa yang
terjadi dalam guntingan.
Nilai
fantasi dalam pendidikan.
1. Dengan
fantasi dapat digunakan dalam pelajaran sejarah, ilmu bumi, ilmu alam, dan
sebagainya.
2. Dengan
memahami fantasi kita tidak akan lekas memberikan hukuman kepada anak didik.
3. Dapat
membentuk / mempengaruhi watak anak didik (fantasi terpimpin).
4. Dengan
alat-alat pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi anak didik
secara luas dan leluasa.
7. Berpikir
Berpikir
adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan
kita. Berpikir itu merupakan proses yang “dialektis” artinya selama kita
berpikir, pikiran kita dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakkan
hubungan pengetahuan kita. Dalam berpikir kita memerlukan alat yaitu akal (ratio). Hasil berpikir itu dapat
diwujudkan dengan bahasa. Intelegensi yaitu suatu kemampuan jiwa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan situasi baru secara cepat dan tepat.
Hubungan-hubungan
yang terjadi dalam proses berpikir.
1. Hubungan
sebab musabab.
2. Hubungan
tempat.
3. Hubungan
waktu.
4. Hubungan
perbandingan.
Proses
yang dilewati dalam berpikir.
1. Proses
pembentukan pengertian, yaitu kita menghilangkan ciri-ciri umum dari sesuatu,
sehingga timbul ciri khas dari sesuatu tersebut.
2. Pembentukan
pendapat, yaitu pikiran kita menggabungkan (menguraikan) beberapa pengertian;
sehingga menjadi tanda masalah itu.
3. Pembentukan
keputusan, yaitu pikiran kita menggabung-gabungkan pendapat tersebut.
4. Pembentukan
kesimpulan, yaitu pikiran kita menarik keputusan-keputusan dari keputusan yang
lain.
Pada
waktu kita membentuk pengertian itu ada tiga macam.
a. Pengertian
pengalaman, artinya pengertian yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang
berturut-turut.
b. Pengertian
kepercayaan, artinya pengertian yang terbentuk dari kepercayaan.
c. Pengertian
logis, yaitu pengertian yang dibentuk tingkat yang satu ke tingkat yang lain.
Dengan
pengertian itu kita dapat berpikir secara teliti, cepat, dan benar.
Dalam
mengambil kesimpulan ada 3 macam kesimpulan yaitu:
1. Kesimpulan
induksi.
2. Kesimpulan
deduksi.
3. Kesimpulan
analogi.
Kesimpulan
induksi artinya kesimpulan yang ditarik dari keputusan-keputusan yang khusus,
untuk mendapatkan yg umum.
Kesimpulan
deduksi, artinya kesimpulan yang ditarik dari kesimpulan umum untuk mendapatkan
keputusan khusus.
Kesimpulan
analogis, artinya kesimpulan yang ditarik dengan cara membandingkan situasi
yang satu dengan situasi yang lain, yang sudah kita kenal kurang teliti,
sehingga kesimpulan analogi ini biasanya kurang benar.
Contoh: Ibu sakit, tidur.
adik tidur
adik sakit
Perkembangan
pikiran anak sejalan dengan perkembangan kesadarannya, yaitu:
-
Taraf konkret.
-
Taraf bagan.
-
Taraf abstrak.
Adakah
hubungan antara berpikir dan bahasa?
Menurut
suatu pendapat bahwa hubungan antara bahasa dan berpikir itu mutlak, sebab
berpikir itu sebenarnya berbicara dengan batin, dan berbicara adalah berpikir
yang dilisankan.
Pendapat
lain bahwa antara bahasa dan berpikir itu tidak ada hubungannya dengan bukti
bahwa sesuatu yang dipikirkan, tetapi tidak dapat diwujudkan dalam bahasa.
Di
dalam berpikir itu ada istilah-istilah tentang:
1. Pengetahuan
artinya, tanggapan-tanggapan, pengertian-pengertian, keputusan-keputusan yang
ada dalam jiwa manusia.
2. Akal,
alat untuk berpikir / daya jiwa yang meletakkan hubungan antara
pengetahuan-pengetahuan.
3. Ilham/wahyu,
artinya sesuatu yang langsung yang diberikan kepada nabi.
Proses
berpikir menurut beberapa pendapat:
a. Menurut
ilmu jiwa asosiasi: yaitu bahwa berpikir itu berlangsung secara mekanis menarik
tanggapan-tanggapan yang sejenis dengan tanggapan tak sejenis.
b. Menurut
ilmu jiwa apersepsi. Dalam prooses berpikir itu jiwa adalah aktif memberikan arah
dan mengatur proses itu.
c. Menurut
aliran ilmu jiwa berpikir, yaitu bahwa berpikir merupakan pergaulan antara
pengertian-pengertian; sehigga proses berpikir itu dirahkan oleh:
1. Soal
yang dijumpai.
2. Berpikir
itu menggunakan pengertian-pengertian yang kompleks.
3. Berpikir
itu menggunakan bagan.
4. Berpikir
itu memerlukan cara-cara tertentu.
8. Inteligensi
a. Menurut
W. Stern, inteligensi adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri
dengan cepat dan tepat di dalam situasi yang baru.
b. Menurut
Vaan Hoes, inteligensi merupakan kecerdasan jiwa.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi inteligensi:
1. Pembawaan.
2. Kematangan.
3. Pembentukan.
4. Minat.
Pendapat-pendapat
mengenai pengembangan inteligensi.
Menurut
Binet, W. Stern, Bobertag bahwa inteligensi itu tidak dapat dikembangkan
(tetap).
Menurut
Prof. Kohnstam, bahwa inteligensi itu dapat dikembangkan. Adapun pengembangan
ini hanya segi kualitasnya yang dipenuhi dengan:
a. Pengembangan
itu hanya sampai pada batas kemampuan saja.
b. Terbatas
pada segi peningkatan mutu inteligensi.
c. Cara-cara
berpikir secara metodis.
Intuisi
adalah suatu bentuk berpikir yang prosesnya setengah tidak disadari, hasilnya
timbul secara spontan yang mengandung kebenaran, dan prosesnya tidak melalui
proses berpikir (tingkat-tingkat berpikir).
Macam-macam
tes inteligensi.
1. Test
Binet Simon yang diperbaiki oleh Rubertag ini untuk menyelidiki inteligensi
anak antara umur 3 – 15 tahun, sehingga dari hasil itu dapat mengetahui IQ
seorang anak.
2. Brightness
test / test Mosselon yaitu test three words (tes 3 kata).
3. Telegram
test, yaitu disuruh membuat berita dalam bentuk telegram.
4. Definitie,
disuruh mendefinisikan sesuatu.
5. Wiggly
test, yaitu menyusun kembali balok-balok kecil yang semula tersusun menjadi
satu.
6. Stenquist
test, disuruh mengamati sesuatu benda sebaik-baiknya, lalu dirusak kemudian
disuruh membentuk kembali.
7. Absurdity
test, yaitu disuruh mencari keanehan yang terdapat dalam suatu bentuk cerita.
8. Medallion
test, yaitu disuruh menyelesaikan gambar yang belum jadi / baru sebagian.
9. Educational
test (scholastik test), yaitu tes
yang biasanya diberikan di sekolah-sekolah.
9. Perasaan
-
Suatu fungsi jiwa untuk dapat
mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut “rasa senag dan tidak senang”.
-
Suatu pernyataan jiwa yang sedikit
banyak bersifat subjektif dalam merasakan senang / tidak senang.
Perasaan
ini mempunyai sifat-sifat:
1. Senang
dan sedih / tidak senang.
2. Kuat
dan lemah.
3. Lama
dan sebentar.
4. Relatif.
5. Tidak
berdiri sendiri sebagai pernyataan.
Perasaan
jiwa manusia itu digolongkan menjadi 2:
1. Golongan
Eukoloi = golongan orang yang selalu merasa senang, gembira, dan optimis.
2. Golongan
Diskoloi = golongan orang yang selalu sedih / tidak tenang, murung, dan
pesimis.
Nilai
Perasaan:
1. Nilai
perasaan bagi manusia pada umumnya:
a. Dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan alam sekitarnya.
b. Kita
dapat ikut serta mengalami.
c. Menimbulkan
rasa senasib dan sekewajiban sebagai manusia (perasaan religious).
d. Dapat
membedakan antara makhluk bahwa manusia merupakan makhluk yang mempunyai
perasaan.
2. Nilai
perasaan dalam pendidikan:
a. Dapat
mendidik ke arah kebaikan dan keburukan.
b. Dapat
menimbulkan kebahagiaan terutama perasaan rohani.
c. Jangan
cerita yang menimbulkan rasa takut kepada anak didik.
d. Menghindarkan
perasaan rendah diri pada anak didik.
e. Dapat
menanamkan rasa intelek pada anak didik.
Hal-hal
yang berhubungan dengan pengertian perasaan yaitu:
1. Suasana
hati, keadaan perasaan seseorang yang dipengaruhi oleh jasmani dan rohani.
2. Nafsu,
perasaan yang kuat sekali yang berlangsung lama.
3. Afek,
perasaan yang sangat kuat dan datangnya mendadak.
4. Kepekaan
perasaan, kepekaan seseorang terhadap rangsangan.
5. Cita
rasa, kepekaan berasa yang dapat menentukan bagus / tidaknya sesuatu.
6. Seni,
yaitu daya perasaan yang dapat dipergunakan untuk menciptakan sesuatu yang
indah.
7. Perasaan
diri, perasaan yang dapat menghasilkan sesuatu keindahan.
8. Mode,
yaitu sesuatu yang timbul karena hasrat meniru dan sesuai dengan perasaannya.
9. Kata
hati, daya perasaan yang membedakan baik dan buruk.
10. Kemauan/Kehendak
Yaitu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, dan
merupakan kekuatan dari dalam. Dalam mengenai gejala ini perlu memahami pula
arti sebagai berikut.
Dorongan:
suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung secara
tak disadari.
Dorongan
untuk mencapai syarat hidup tertentu disebut tropisme. Dorongan hidup yang
bekerja tanpa disadari disebut otomatisme.
Semua
dorongan manusia itu berpangkal pada 3 macam dorongan:
1. Dorongan
mempertahankan diri.
2. Dorongan
mempertahankan jenis.
3. Dorongan
mengembangkan diri.
Proses
kemauan yang memilih dan menentukan disebut keputusan kata hati.
Proses
kemauan sampai pada tindakan (perbuatan) itu melalui beberapa tingkat.
a. Motif
(alasan, dasar, pendorong).
b. Perjuangan
motif, sebelum mengambil keputusan itu sebenarnya dalam batin sudah ada motif
yang bersifat luhur dan rendah.
c. Keputusan,
kita mengadakan pemilihan antara motif.
11. Gejala Jiwa Campuran
Yang
termasuk gejala jiwa campuran yaitu:
1. Perhatian.
2. Kelelahan.
3. Sugesti/saran.
Menurut
LC Bigot dan Kohnstam ketiga hal tersebut dijadikan satu menjadi gejala jiwa
campuran.
Karena:
a. Gejala
jiwa ini tidak dapat dimasukkan ke dalam gejala-gejala jiwa yang sudah kita
pelajari.
b. Karena
pernyataan jiwa ini merupakan campuran dari ketiga-tiganya.
Pemisahan
ini hanya bertujuan agar mudah cara mempelajarinya.
1. Perhatian,
yaitu konsentrasi / aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian dengan
mengesampingkan yang lain.
2. Kelelahan,
semacam peringatan dari jiwa kita kepada jiwa dan rasa, yang sudah
mempergunakan kekuatan secara maksimal.
3. Saran,
pengaruh terhadap jiwa dan laku seseorang dengan maksud tertentu sehingga
pikiran perasaan dan kemauan terpengaruh olehnya, tanpa dengan pemikiran /
pertimbangan.
1.
Perhatian
Macam-macam
perhatian:
a. Perhatian
keindraan.
b. Perhatian
kerohanian.
c. Perhatian
yang disengaja.
d. Perhatian
yang tidak disengaja.
Hal-hal
yang dapat menarik perhatian:
a. Yang
sudah dikenal.
b. Yang
aneh baginya.
c. Yang
menyolok.
d. Yang
sesuai tingkat perkembangan jiwa.
e. Yang
sesuai dengan minatnya.
Perhatian
tidak dapat tetap, dan dipengaruhi oleh:
1. Keadaan
jasmani.
2. Keadaan
rohani.
3. Lingkungan.
4. Bakat/tipe
perhatian.
Macam tipe perhatian.
a. Tipe
memusat.
b. Tipe
memancar/membagi.
Tes
untuk mencari perhatian yaitu macam tes Bourd-on.
Mencoret angka-angka tertentu dari sejumlah deretan angka.
2. Kelelahan
a. Kelelahan
jasmani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kerja jasmani.
b. Kelelahan
rohani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kegiatan rohani.
Mengingat
hal tersebut maka dalam pengajaran:
-
Harus menarik perhatian.
-
Harus disusun daftar pelajaran yang
didasarkan kelelahan anak.
-
Sikap guru harus menyenangkan para
siswa.
-
Berilah hadiah kepada anak yang sudah
lelah jasmani dan rohaninya.
3. Saran (sugesti)
Memberikan
pengaruh kepada seseorang, sehingga orang tersebut mengikutinya.
Orang
yang sudah kena pengaruh disebut: sugestible. Sedang orang yang pandai memberikan
pengaruh disebut: sugestif.
Cara-cara
memberi sugesti:
a. Dengan
memuji/membujuk.
b. Dengan
menakut-nakuti orang yang disugesti.
c. Dengan
menunjukkan kelemahannya.
Alat-alat
sugesti ialah:
a. Pandangan
mata.
b. Dengan
suara/kata-kata.
c. Dengan
air muka.
d. Dengan
suri teladan.
e. Dengan
gambar-gambar.
f.
Dengan semboyan-semboyan.
Karena
pentingnya sugesti, maka sugesti ini sering digunakan dalam kehidupan yaitu:
a. Pengobatan
/ dokter/dukun.
b. Demonstrasi-demonstrasi
c. Pada
diri sendiri (auto sugesti).
d. Dalam
rapat-rapat raksasa.
e. Pada
obat/guna-guna.
f.
Pada pemeriksaan terdakwa.
g. Di
sekolah/pendidikan.
h. Dalam
perdagangan perusahaan dan sebagainya.
Akibat
sugesti ini ialah:
a. Jiwa
individu luluh menjadi jiwa masa.
b. Jiwa
masa itu menjadi jiwa yang kasar.
c. Kesanggupan
berpikir lunak.
d. Jiwanya
menjadi instinktif.
e. Perasaan
yang timbul itu hanya sesaat.
f.
Dalam masa perasaannya menjadi kuat, dan
pendorong.
Agar
sugesti itu berhasil harus dicari:
a. Penggunaan
alat sugesti yang tepat.
b. Sugesti
itu diberikan pada saat orang lelah.
c. Diberikan
secara sungguh-sungguh.
d. Arah
sugesti itu ditunjukkan dengan nyata.
e. Tujuannya
ditunjukkan sejelas-jelasnya.
Guna
sugesti dalam pendidikan:
a. Dengan
sugesti yang positif anak yang malas jadi rajin.
b. Mendorong
diri sendiri (auto sugesti).
c. Mengurangi
kesukaran dalam pelajaran.
d. Dengan
keteladanan sugesti menjadi lebih kuat.
e. Dengan
cara roman muka, suara yang baik akan lebih berhasil.
f.
Menggunakan semboyan-semboyan yang tepat
dapat mempengaruhi hasil belajar di sekolah.
Dengan
memahami semua gejala jiwa tersebut di atas, dapat dipakai sebagai pedoman
psikologi khusus.
BAB
III
PSIKOLOGI
ANAK
1. Sejarahnya
Sebenarnya
pendidikan anak itu sudah dimulai sejak Yunani dan Romawi Kuno, namun belum
memandang anak tidak sebagaimana mestinya.
Pada
abad ke-17 Yohan Amos Comenius yang pertama kali memandang anak sebagai anak
didik yang mempunyai sifat-sifat tertentu, yang tidak boleh dipandang sebagai
orang dewasa. Ini tertulis dalam buku Didactica
Magna.
Pada
abad ke-18 (abad rasionalisme) yang dipelopori oleh Jean Yaques Rousseau
memandang anak sebagai anak.
Yean
Johan Heinrich Pestalozzi, mempelajari kelakuan anak dalam masa permainan.
W.
Stern, mempelajari kehidupan anak sebagai tinjauan pendidikan dan ketabiban.
Frederich
Frobel menaruh cinta kepada anak dalam kehidupannya, dengan mendirikan taman
kanak-kanak yang terkenal dengan nama Kinder Garden.
Kinder
– anak
Garden
– kebun – taman
Wilhelm
Preyer, terkenal dalam penyelidikan tentang perkembangan anak sejak embrio
sampai 3 tahun, yaitu tentang gerak-gerik perkembangan jasmani, dan
perkembangan bahasanya.
G.
Stanley Hall, mendirikan perkumpulan nasional untuk pendidikan kanak-kanak pada
abad 19 merupakan perkembangan dalam ilmu jiwa. W. Stern, dalam bukunya
Psikologi Anak yang membahas anak dalam segi kepribadian.
Karl
Buhler, yang membahas masalah jiwa anak dalam tinjauan segi berpikir. K. Koffka
meninjau dari segi ilmu jiwa Gestalt.
Ketiga
tokoh ini mengikuti pandangan bahwa perkembangan jiwa itu bersifat asosiatif,
yang sesuai dengan pandangan Johan Frederich Herbart.
2. Kedudukan dan Tugas Psikologi Anak
Sehubungan
dengan psikologi anak merupakan psikologi yang mempunyai objek sendiri, yaitu:
1. Psikologi
kanak-kanak (0 – 5 tahun).
2. Psikologi
anak dari (6 – 12 tahun).
3. Psikologi
remaja dari (12 – 20 tahun).
4. Psikologi
adolesen (psikologi umum).
Dengan
demikian objek pokok dari psikologi perkembangan mempelajari tingkah laku anak
dalam masa umur 6 – 12 tahun.
Dipelajari
secara khusus ini karena dalam masa-masa itu tampak pertumbuhan dan perkembangan
yang berbeda-beda dari masa-masa sebelum dan sesudahnya.
Jadi,
psikologi anak mempelajari ciri-ciri khusus yang terdapat di antara masa
kanak-kanak dan masa puber (remaja).
3. Manfaat Psikologi Anak bagi
Pendidikan
Di
atas telah dikemukakan bahwa mempelajari psikologi anak adalah:
1. Untuk
perkembangan ilmu itu sendiri.
2. Guna
pengobatan dalam bentuk kelainan tingkah laku anak.
3. Dalam
hubungannya dengan pendidikan.
Tokoh-tokoh
yang menggunakan dasar pendidikan atas perkembangan psikologi perkembangan
adalah:
a. Frobel
di Jerman.
b. Dr.
Maria Montessori di Amerika.
Menurut
Langeveld bahwa:
1. Perkembangan
anak itu dipengaruhi oleh alam lingkungannya.
2. Dalam
usaha mendidik anak, pendidikan yang bertanggung jawab oleh karena itu
pendidikan harus merumuskan sebaik-baiknya.
3. Dalam
usaha mendidik belum ada usaha sempurna yatu dalam usahanya mengembangkan yang
positif yang ada pada anak.
Dalam
pembahasan fase-fase perkembangan anak tiap ahli mempunyai pandangan yang
berbeda-beda, misalnya:
1. Y. Byl,
membagi fase anak sebagai berikut:
a. Fase
bayi 0,0 – 0,2.
b. Fase
tetek 0,2 – 1,0.
c. Fase
pencoba 1,0 – 4,0.
d. Fase
menentang 2,0 – 4,0.
e. Fase
bermain 4,0 – 7,0.
f.
Fase sekolah 7,0 – 12,0.
g. Fase
pueral 11,0 – 14,0.
h. Fase
pubertas 15,0 – 18,0.
2. Aristoteles
Anak
dari lahir sampai dewasa digolongkan dalam 3 periode yaitu:
a. Masa
anak kecil bermain: 0,0 – 7,0.
b. Masa
anak belajar: 7,0 – 14,0.
c. Masa
pubertas menuju dewasa: 14 – 21.
3. Kretschmer
a. Periode
I (Fullunge periode I) = 0,0 – 3,0.
b. Periode
I (Storking periode) = 3,0 – 7,0.
c. Periode
II (Fullunge periode) = 7,0 – 13,0.
d. Periode
II (Storking periode II) = 13,0 – 20,0.
4. Montessori
a. Periode
penerimaan dan pengaturan alat indra = 0,0 – 7,0.
b. Periode
perencanaan abstrak = 7,0 – 12,0.
c. Periode
mempertahankan diri = 18,0 - …………….
5.
Sis Heyster
a. Stadium
I = 4,0 – 8,0.
b. Stadium
II = 8,0 – 10,0.
c. Stadium
III = 10,0 – 12,0.
Para
ahli dalam mengamati perkembangan anak, seakan-akan ada aturan tertentu,
sehingga cenderung mengatakan aturan sebagai suatu hukum yaitu:
1. Hukum
tempo perkembangan artinya, anak mempunyai tempo yang berlainan pada fase satu
dengan fase lain.
2. Hukum
irama perkembangan, anak dalam perkembangan itu mempunyai irama
sendiri-sendiri, ada yang lambat ada yang cepat.
3. Hukum
konvergensi, dalam perkembangannya anak itu terjadi dari pengaruh luar dan
dalam.
4. Hukum
masa peka, dalam mengalami perkembangan tertentu sampai pada puncaknya (masa
peka).
5. Hukum
kesatuan organis, perkembangan meliputi psiko-fisis dan sosial individual.
6. Hukum
predistinasi, perkembangan itu terjadi karena kehendak kodrat.
4. Hal-Hal yang Mempengaruhi
Perkembangan Manusia
Dalam
perkembangan manusia ada beberapa aliran / pendapat antara lain:
a. Aliran
konvergensi, bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh factor dasar dan
ajar. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern.
b. Aliran
nativisme, yaitu bahwa yang membentuk pribadi manusia itu berbentuk / berasal
dari faktor-faktor dari dalam. Aliran ini dipelopori oeh Yean Yaques Rousseau.
c. Aliran
empirisme, yaitu pribadi manusia ini ditentukan oleh faktor dari luar. Teorinya
disebut tabularasa. Pandangan ini dipelopori oleh John Locke.
Menurut
teori ini faktor dari luar lebih menentukan pada faktor dari dalam.
Menurut
W. Stern pribadi manusia itu dibentuk dari kedua faktor yaitu faktor luar dan
dari dalam. Oleh Ki Hajar Dewantara dikenal faktor dasar dan ajar / faktor
pembawaan dan lingkungan.
Faktor
rohani terdiri dari pikiran, perasaan, ingatan, fantasi, dan daya-daya jiwa
yang lain.
Faktor
dari luar itu terdiri dari faktor-faktor sosial dan non-sosial.
Faktor
sosial ini meliputi faktor sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Oleh
Ki Hajar Dewantara dikenal dengan nama Tri Pusat Pendidikan.
5. Perkembangan Anak sebagai
Makhluk Monodualis
Pengertian
Perkembangan
itu selalu berarti “Diferensiasi” artinya pada setiap tahap dari seluruh perkembangan
anak itu mulai adanya diferensiasi baru pada anak itu baik jasmani maupun
rohani. Ini tampak pada gerakan-gerakan yang ada pada anak. Dari
gerakan-gerakan spontan itu tidak teratur mempunyai arah yang jelas. Begitu
juga perkembangan-perkembangan yang lain, misalnya bahasa menulis / mencoreng.
Kedua
kalinya: setiap fase yang dialami seorang anak, merupakan masa peralihan yang
ada pada anak untuk arah fase berikutnya.
Dalam
setiap fase anak yang satu dengan anak yang lain tidak sama lamanya (ingat
tentang irama).
Ketiga,
bahwa perkembangan yang dialami anak meliputi perkembangan jamani dan rohani.
Karena itu dalam usaha pendidikan baik orang tua maupun guru (sekolah) selalu
menuju ke arah keseimbangan, sehingga tidak terjadi kelainan pada diri anak.
Keempat,
bahwa perlu dipahami perkembangan-perkembangan dalam keluarga, maka keluarga
menduduki tempat terpenting dalam pembentukan pribadi anak.
6. Masa Anak
Masa
ini juga disebut masa anak sekolah, yaitu masa untuk matang belajar, anak
tersebut sudah merasa besar dan tidak mau lagi sebagai kanak-kanak kecil. Anak
tersebut sudah lepas dari lembaga pendidikan dasar (TK).
Anak
ini sudah mulai matang untuk belajar yang sebenarnya, mereka ingin berusaha
untuk mencapai sesuatu sebagai perkembangan aktivitas bermain dan bekerja. Di
sini anak sudah ingin memperoleh kecakapan-kecakapan baru yang diperoleh dalam
sekolah maupun dalam saat bermain.
Pada
masa itu anak sudah memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat dibantu dalam
perkembangannya oleh guru di sekolah, yaitu:
1. Perkembangan
sosialnya.
2. Perkembangan
perasaannya.
3. Perkembangan
motoriknya.
4. Perkembangan
bahasanya.
5. Perkembangan
berpikirnya.
6. Perkembangan
dalam pengamatan.
7. Perkembangan
kesulitannya/religiusnya.
8. Perkembangan
tanggapan, fantasi.
9. Perkembangan
dalam mengambil keputusan.
10. Perkembangan
perhatiannya.
Dalam hubungan yang
demikian dapat dibedakan beberapa teknik bimbingan dan penyuluhan.
a.
Directive counseling
Dengan
prosedur atau teknik pelayanan penyuluhan tertuju pada masalahnya, counselor
yang membuka jalan pemecahan masalah yang dihadapi klien. Tokoh dari aliran
Wiliamson menunjukkan
alasan
bahwa:
1. Anak yang belum
matang mendiagnosis sendiri sukar memecahkan masalahnya, tanpa bantuan dari
pihak lain yang berpengalaman.
2
Anak yang berkesulitan, sekalipun sudah diberi petunjuk apa yang harus
dilakukan, mereka tidak mau dan tidak berani.
3.
Mungkin ada masalah yang berat untuk dipecahkan oleh anak tanpa bantuan dari
orang lain.
b.
Non-directive counseling
Dengan
prosedur ini pelayanan bimbingan difokuskan pada anak yang bermasalah (klien)
juga disebut clien centeret counseling. Adanya pelayanan bimbingan bukan
pelayanan yang mengambil inisiatif, tetapi klien sendiri yang mengambil
prakarsa, yang menemukan sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan dari pihak
lain.
Tokoh
dari aliran ini Cart Rogers memaparkan alasan sebagai berikut.
1.
Setiap
individu mempunyai kemampuan yang besar untuk menyesuaikan serta memiliki dorongan yang kuat untuk berdiri sendiri.
2.
Penyuluh
hanya sebagai pengantar dan membantu klien dalam menciptakan suasana damai,
tenang, tidak tertekan, tidak merasa dipaksa dengan kesediaannya menyatakan
kesulitannya kepada pembimbing
c.
Eclective counseling
Teknik
ini lebih luwes (fleksibel) jika dibandingkam
kedua teknik tersebut.
Dengan ecletivecounseling pelayanan tidak dipusatkan pada penyuluh atau pada
klien, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara luwes, sehingga
tentang apa yang dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan.
Tokoh
aliran ini F.P. Robinson mengutarakan bahwa:
1.. Masalah dan
situasi penyuluh selalu berbeda dan masalah yang tidak terbatas pada satu
bidang kehidupan.
2.
Langkah-langkah penyuluh harus selalu disesuaikan dengan keperluan yang
dituntut oleh situasi penyuluhan.
b.
Teknik Kelompok (Group Guidance)
Teknik
ini banyak dipergunakan dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
oleh beberapa orang murid. Dan dapat juga dipergunakan untuk membantu
memecahkan masalah- masalah yang dialami oleh searang individu.
Beberapa
jenis bentuk teknik bimbingan kelompok antara lain.
a.
Home room program
Kegiatan
bimbingan dilakukan oleh guru bersama murid di dalam ruang kelas di luar jam
pelajaran. Kegiatan home room dapat dilakukan secara periodik, misalnya
seminggu sekali. Dalam kegiatan ini oleh pembimbing/konselor sekolah dan murid
dapat lebih dekat, seperti dalam situasi rumah. Kegiatan home room dapat pula
digunakan sebagai suatu cara dalam bimbingan belajar, melalui kegiatan ini
pembimbing dan murid dapat berdiskusi rentang berbagai aspek tentang belajar.
b.
Fiel trip (karya wisata)
Dalam
bimbingan karya wisata merupakan cara yang banyakmenguntungkan. Dengan karya wisata murid-murid dapat mengenal dan mengamati secara langsung
dari dekat objek situasi yang menarik perhatiannya, dan hubungannya dengan
pelajaran sekolah.
Dengan karya wisata murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh
penyesuaian dalam kehidupan kelompok, berorganisasi, dan tanggung jawab.
Sebelum karya wisata dilaksanakan hendaknya guru telah memberikan
orientasi umum mengenai objek yang akan dikunjungi dan mengadakan perencanaan
yang matang mengenai pemilihan objek yang menarik dan ada hubungannya dengan
pelajaran di disekolah.
C.Diskusi kelompok (group discussion)
Dalam diskusi kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang
lebih kurang terdiri dari 4 sampai 5 orang. Murid-murid yang telah tergabung
dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusikan bersama sebagai permasalahan
termasuk di dalamnya masalah belajar.
Masalah-masalah yang mungkin dapat didiskusikan dalam kelompok misalnya:
l. Masalah pergaulan dengan orang tua.
2. Kesukaran dalam belajar.
3. Kesiapan memasuki perguruan tinggi.
4. Masalah pengisian waktu luang.
5. Masalah-masalah hubungan persahabatan.
6. Masalah-masalah OSIS dan lain-lain.
Beberapa masalah yang hendak didiskusikan hendaknya ditentukan oleh
pembimbing itu sendiri, dengan merumuskan beberapa pertanyaan yang harus
dijawab oleh masing-masing kelompok diskusi.
D.Kegiatan bersama
Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan
melakukan kegiatan bersama mendorong anak salingmembantu sehingga relasi sosial
positif dapat dikembangkan dengan baik.
Kegiatan kelompok yang bisa digunakan oleh anak misalnya bersama, melaksanakan
kebersihan bersama, rekreasi bersama, dan piket bersama dan lain-lain.
E.. Organisasi murid
Kesiatan organisasi siswa misalnya OSIS sangat membantu pembentukan
anak, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan organisasi
asas keseimbangan dapat dikembangkan dalam pembentukan pribadi. Kemampuan
pribadi dapat dikembangkan dengan baik, kesiapan sebagai anggota kelompok atau
masyarakat dapat dikembangkan dengan baik pula.
f. Sosiodrama
Teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan
kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau
penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari
di masyarakat.
Maka dari itu sosiodrama dipergunakan dalam pemecahan masalah- masalah
sosial yang mengganggu belajar dengan kegiatan drama sosial.
Tujuan penggunaan sosiodrama dalam teknik bimbingan adalah sebagai
berikut.
l. Menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang dalam
menghadapi situasi sosial.
2. Bagaimana menggambarkan cara memecahkan suatu masalah sosial.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku yang
harus atau jangan sampai diambil dalam situasi sosial tertentu saja.
4. Memberikan pengalaman atau penghayatan situasi tertentu.
5. Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari berbagai
sudut pandang.
g. Upacara
Upacara bendera merupakan kesempatan yang sangat baik bagi anak-anak
dalam melatih disiplin, melatih keterampilan, membentuk diri untuk dapat
menghormati pahlawan, cinta bangsa dan tanah air. Upacara bendera merupakan
rangkaian kegiatan sekolah untuk menanamkan, membina dan meningkatkan
penghayatan serta mengamalkan nilai-nilai dan cita-cita bangsa Indonesia.
h. Papan bimbingan
Papan bimbingan adalah papan tulis yang dipasang di luar ruang kelas
dapat menjadi suatu teknik bimbingan dan menjadi tempat persinggahan
murid-murid di waktu senggang. Pada bimbingan tersebut secara berkala dapat
dilukiskan atau ditempelkan banyak hal misalnya, pengumuman penting, peristiwa
yang hangat, berita Keluarga, tugas atau bahan latihan, berita daerah, berita
pembangunan, dan lain-lain.
BAB
VII
PENGAJARAN
REMEDIAL DALAM
PROSES
BELAJAR
l.
Pengertian tentang Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang
dialami oleh murid sebagai anak didik.
Sekarang timbul pertanyaan, apakah belajar itu sebenarnya? Samakah
belajar dengan latihan, dengan menghafal, dengan mengumpulkan fakta, dengan
studi? Tentu saja terhadap pertanyaan pertanyaan tersebut banyak
pendapat-pendapat yang mungkin satu sama lain berbeda.
Misalnya ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan
menghafal sejumlah fakta-fakta.Sejalan dengan pendapat ini, maka searang yang
telah belajar akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan.
Guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika murid-muridnya telah
sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala. Pendapat lain mengatakan,
bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan sehingga hasil belajar akan
tampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu. Sebagai hasil latihan, untuk
banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih dalamberbagai aspek tingkah
laku sehingga diperoleh suatu pola tingkah laku yang otomatis. Seperti misalnya
agar searang anak mahir dalam
matematika maka ia harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal
latihan.
Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi
tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda
tentang belajar. Misalnya, seorang guru yang mengartikan sebagai kegiatan
Menghafalkan fakta, akan lain cara mengerjakan dengan guru lain Yang
mengartikan bahwa belajar sebagai suatu proses penetapan Prinsip, Memang kalau
kita bertanya kepada seseorang tentang apakah diajar itu, akan memperoleh
jawaban yang bermacam-macam. pendapat orang tentang arti belajar itu disebabkan
karena kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam.
l. Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat
sebagai perbuatan belajar misalnya menirukan ucapan
Umat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta,
menghafalkan lagu, menghitung dan mengerjakan soal-soal sistematika, dan
sebagainya. Tidak semua kegiatan dapat tergolong kegiatan belajar misalnya
melamun, marah, menjiplak, dan menikmati hiburan.
Dengan kenyataan di atas, terdapatlah banyak definisi belajar. Berikut
ini dikemukakan beberapa definici menurut para ahli.
Menurut James O. Whittaker,
belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan
atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Learning may be defined as the process by which behavior originates or
is altered through training or experience.
Dengan demikian perubahan-pembahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik
atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak
termasuk sebagai belajar.
Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu
Prosesperubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengenian belajar
dapat didefinisikan sebagai berikut: "Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu pembahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan".
Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat
maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap pembahan dalam diri
individu merupakan pembahan dalam arti belajar. Kalau tangan searang anak
menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, dapatkah perubahan semacam itu
tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikianlah
perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, pembahan yang
terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak
termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Jika demikian, apakah ciri-ciri
pembahan tingkah laku dalam Pengertian belajar?
1.Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa individu yang belajar, akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telat
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari
bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah.
Jadi perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam
keadaan tidak sadar, tidak termasuk pembahan dalam pengertian belajar, karena
individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2.Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, pembahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar meni lis, maka ia akan
mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.perubahan
ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan
sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis
dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis yang
telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan Iain misalnya, dapat
menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal, dan sebagainya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah
dan tenuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4. Perubahan dalam belajar bukan bcrsifat scmentara
Perubahan yang bersifat semcntara atau temporer yang terjadi hanya untuk
beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan
sebagainya, tidak dapat digolongkansebagai perubahan dalam arti belajar.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap, Misalnya kecakapan searang anak dalam memainkan piano setelah belajar,
tidak akan hilang begitu saja melainkan akan teras dimiliki bahkan akan makin
berkembang kalau teras dlpergunakan atau dilatih.
5. Perubahan dalam belajar, bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan
yang akan dicapai. Pembahan belajar terarah pembahan tingkah laku yang
benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya
sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau
tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang
dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar,
meliputi pembahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Sebagai contoh misalnya, jika searang anak telah belajar naik sepeda,
maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naikk sepeda itu.
Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya sepeni pemahaman
tentang cara kerja sepeda
2. Beberapa Aktivitas Belajar
Sebelum dikemukakan jenis-jenis aktivitas belajar, baiklah lebih dulu
dikemukakan gambaran tentang set belajar.
a. Gambaran tentang Set Belajar
Suatu set adalah arah atau sikap terhadap pekerjaan. Di dalam suatu set
terdapat berbagai alternatif objek atau materi. Terhadap beberapa alternatif
objek atau materi set ditolak atau dihindari, sedangkan beberapa objek atau
materi yang lainnya dipilih sebagai set yang akan direalisasi dalam belajar.
Apabila tidak ada set belajar, maka tidak akan banyak yang diperoleh dari
belajar. Manfaat dari set belajar adalah membuat si pelajar mempunyai kepekaan
terhadap ketepatan berbagai alternatif
mencapai tujuan. Set belajar mengarahkan perhatian hal-hal relevan
denean kebutuhan dan motivasi si pelajar serta menemukan tujuan atau alternatif
tindakan yang paling baik. Ketika kita menginginkan untuk memakai sepatu baru,
kita mengadakan pengamatan terhadap berbagai jenis sepatu baru pada setiap
jendela etalase toko sambil di dalam benak kita terdapat set pilihan (yang
begini atau begitu bentuknya, yang bahannya kulit unta, yang harganya
terjangkauoleh saku, dan sebagainya). Dengan set itu kita menjadi sensitif
terhadap model atau bentuk sepatu yang sedang kita cari. Dengan adanya set, hal
itu memudahkan kita dalam mendapatkan sepasang sepatu baru yang kita
idam-idamkan tadi.
Dalam setiap saat, kita senantiasa memerlukan suatu set kegiatan untuk
mempermudah atau mempercepat pekerjaan mencapai tujuan.
B. Aktivitas-Aktivitas Belajar
Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu
situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka
belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas
belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun dan kapanpun
memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Oleh karena itulah, berikut ini
dibahas beberapa aktivitas belajar, sebagai berikut.
1. Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang
belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru
menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan
mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan.
Tidak dapat disangkal bahwa aktivitas mendengarkan adalah aktivitas
belajar yang diakui kebenarannya dalam dunia pendidikan dan pengajaran dalam
pendidikan formal persekolahan, ataupun non-formal.
2. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas
memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang
memegang peranan penting. Dalam pendidikan, aktivitas memandang terrnasuk dalam
kategori aktivitas belajar.
Tapi perlu diingat bahwa tidak semua aktivitas memandang berarti
belajar. Aktivitas memandang dalam arti belajar di sini adalah aktivitas
memandang yang bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan
tingkah laku yang positif. Aktivitas memandang tanpa tujuan bukanlah termasuk
perbuatan belajar. Meski pandangan tertuju pada suatu objek, tetapi tidak
adanya tujuan yang ingin dicapai, maka pandangan yang demikian tidak termasuk
belajar.
3. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat
dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba,
membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
Tentu saja aktivitasnya harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian,
aktivitas-aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas mengecap dapat
dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan,
motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku.
4. Menulis atau Mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari
aktivitas belajar. Tetapi tidak setiap mencatat adalah belajar. Aktivitas
mencatat yang bersifat menurut, menciplak atau mengcopy tidak dapat dikatakan
sebagai aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk sebagai aktivitas belajar
yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta
menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi
pencapaian tujuan belajar. Dalam mencatat tidak sekadar mencatat, tetapi
mencatat yang dapat menunjang pencapaian tujuan belajar.
Catatan sangat berguna untuk menampung sejumlah informasi, yang tidak
hanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas materi hasil analisis
dari bahan bacaan.
5. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama
belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti
membaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal
hasil penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang
berhubungan dengan kebutuhan studi.
Kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca
adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan. Ini berarti untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan tidak ada cara lain yang harus dilakukan kecuali memperbanyak
membaca.
Cara dan teknik seseorang dalam membaca selalu menunjukkan perbedaan
pada hal-hal tertentu. Oleh karena itu, wajarlah bila belajar itu suatu seni,
sama halnya mengajar adalah seni (teaching as an art). Ada orang yang membaca
buku sambil tidur-tiduran dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca
buku sambil mendengarkan radio dapat belajar dengan baik, ada orang yang
membaca buku tanpa suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku
dengan suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku di antara
keributan dapat belajar dengan baik, dan sebagainya. Pendek kata, orang membaca
buku dengan berbagai cara agar dapat belajar. Dengan demikian, pemahaman atas
diri sendiri sangat penting, sehingga dapat memilih teknik yang mana yang lebih
sesuai dengan karakteristik pribadi, dengan tidak mengabaikan pola-pola umum
dalam belajar.
6. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi
Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan
ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang
dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk
masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun
juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal
yang penting perlu diberi garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu
dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari, bila diperlukan.
7. Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan-Bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai table-tabel,
diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi
seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar,
peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman
seseorang tentang sesuatu hal.
Semua tabel, diagram, dan bagan dihadirkan di buku tidak lain adalah
dalam rangka memperjelas penjelasan yang penulis uraikan. Dengan menghadirkan tabel,
diagram, atau bagan dapat menumbuhkan pengertian dalam waktu yang relatif
singkat.
8. Menyusun Paper atau Kertas Kerja
Dalam menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis
dan sistematis. Metodologis artinya menggunakan metode¬metode tertentu dalam
penggarapannya. Sistematis artinya menggunakan kerangka berpikir yang logis dan
kronologis.
9. Mengingat
Mengingat adalah salah satu aktivitas. Ingatan adalah kemampuan jiwa
untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang telah lampau. Jadi, mengenai ingatan tersebut ada
tiga fungsi, yaitu: memasukkan, menyimpan, dan mengangkat kembali ke alam
sadar.
Ingatan (memory) seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat
seseorang, alam sekitar, keadaan jasmani, keadaan rohani (jiwa), dan umur
seseorang.
10. Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang meniadi tahu tentang hubungan
antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf
tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.
11. Latihan atau Praktek
Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya
penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil
berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk
memperkuat ingatan. Misalnya, seseorang yang mempelajari rumus matematika atau
rumus bahasa Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah terlupakan
bila tidak didukung dengan latihan. Di sinilah diperlukan latihan
sebanyak-banyaknya. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih
fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang
optimal.
Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam
mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu:
A. Faktor-faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu anak itu
sendiri yang meliputi :
1. Faktor Jasmaniah (fisiologis)
Yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran, struktur
tubuh dan sebagainya.
2. Faktor Psikologis
Yang termasuk faktor psikologis antara lain:
– Intelektul (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar).
– Non Intelektual (motifasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi
psikis, dan kondisi akibat keadaan sosiokultur).
– Faktor kondisi fisik.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
b. Faktor eksternal, antara lain:
1) Faktor sosial yang terdiri dari:
a) Lingkungan keluarga.
b) Lingkungan sekolah.
c) Lingkungan masyarakat.
d) Lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya, antara lain: adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi, kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik, antara lain: fasilitas rumah, fasilitas
belajar, iklim.
Menurut Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2008: 139), faktor lain
yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut:
a. Faktor-faktor stimulus belajar
Yang diimaksud dengan stimulus belajar adalah segala hal di luar
individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal
ini mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus
diterima dipelajari oleh pelajar. Faktor-faktor stimulus yang dimaksud, antara
lain:
1) Panjangnya bahan pelajaran
Semakin panjang bahan pelajaran, maka semakin panjang waktu yang
diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya. Bahan yang panjang menyebabkan
kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan belajar individu disebabkan karena
faktor kelelahan yang disebabkan menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak.
2) Kesulitan bahan pelajaran
Setiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan pelajaran dan
mempengaruhi kecepatan belajar. Bahan pelajaran yang sulit memerlukan aktivitas
belajar yang intensif, sebaliknya bahan yang sederhana mengurangi intensitas
belajar seseorang.
3) Berartinya bahan pelajaran
Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar waktu
sebelumnya. Bahan yang berarti bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti
memungkinkan individu untuk belajar, karena individu dapat mengenalnya.
4) Berat ringannya tugas
Berat atau ringannya suatu tugas berkaitan dengan tingkat kemampuan
individu. Pada tugas yang sama tetapi tingkat kesulitannya berbeda bagi
individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual dan pengalaman yang
berbeda. Selain itu kamatangan individu dapat menjadi indikator dari berat
ringannya tugas.
5) Suasana lingkungan eksternal
Suasana lingkungan eksternal, antara lain: cuaca (suhu udara, hujan,
kelembaban), waktu (pagi, siang, sore, malam), kondisi tempat (kebersihan),
letak sekolah, penerangan, dan sebagainya. Faktor ini mempengaruhi sikap dan
reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar adalah
interaksi dengan lingkungannya.
b. Faktor-faktor metode belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode
belajar yang dipakai oleh pelajar.
Metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan bagi proses belajar.
Faktor-faktor metode belajar menyangkut, antara lain:
1) Kegiatan berlatih atau praktek
Latihan yang dilakukan secara marathon (non-stop) dapat melelahkan dan
membosankan. Sebaliknya latihan yang terdistribusi menjamin terpeliharanya
stamina dalam belajar. Waktu belajar yang terlalu panjang adalah kurang
efektif, sedangankan semakin pendek waktu belajar, maka pekerjaan semakin
efektif.
2) Overlearning dan drill
Overlearning yang terlalu lama menjadi kurang efektif bagi kegiatan
anak. Drill diperlukan untuk kegiatan berlatih abstraksi. Mekanisme drill
adalah sama dengan overlearning. Drill dan overlearning berguna untuk
memantapkan reaksi dalam belajar.
3) Resitasi selama belajar
Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan membaca, maupun untuk menghafal bahan pelajaran. Resitasi lebih cocok
untuk menerapkan pada belajar membaca atau menghafal.
4) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar
Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang perkembangan
hasil belajar selama dalam belajarnya. Individu penting mengetahui hasil-hasil
yang dicapai karena dapat berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.
5) Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian
Belajar dari keseluruhan ke bagian-bagian lebih menguntungkan daripada
belajar mulai dari bagian-bagian. Karena dengan mulai dari keseluruhan individu
menemukan cara yang tepat untuk belajar. Kelemahan dari metode keseluruhan
adalah membutuhkan banyak waktu dan pemikiran sebelum belajar yang sesungguhnya
berlangsung.
6) Penggunaan modalitas indra
Modalitas indra yang digunakan individu berbeda. Dalam hal itu ada tiga
impresi yang penting dalam belajar, yaitu oral, visual, dan kinestetik. Setiap
individu dalam menggunakan impresi tersebut berbeda-beda.
7) Bimbingan dalam belajar
Intensitas bimbingan yang diberikan guru cenderung membuat pelajar
menjadi tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalam batas-batas yang diperlukan
oleh individu. Hal terpenting yaitu perlunya pemberian modal kecakapan pada
individu sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas yang dibebankan
dengan sedikit bantuan dari pihak lain.
8) Kondisi-kondisi insentif
Insentif adalah objek atau situasi eksternal yang dapat memenuhi motif
individu. Insentif adalah bukan tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan.
Insentif-insentif dapat digolongkan menjadi sua macam, yaitu:
a) Insentif intrinsik, yaitu situasi yang mempunyai hubungan fungsional
dengan tugas dan tujuan.
b) Insentif ekstrinsik, yaitu objek atau situasi yang tidak mempunyai
hubungan fungsional dengan tugas.
c. Faktor-faktor individual
Selain faktor stimulus dan metode belajar, faktor individu dapat
berpengaruh terhadap belajar seseorang. Faktor-faktor individu menyangkut
hal-hal, antara lain:
1) Kematangan
Kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya.
Dengan berkembangnya fungsi otak dan system syaraf, akan menumbuhkan kapasitas
mental seseorang. Kapasitas mental seseorang mempengaruhi belajar seseorang.
2) Faktor usia kronologis
Semakin tua usia individu, maka kematangan berbagai fungsi fisiologisnya
juga meningkat. Usia kronologis merupakan faktor penentu daripada tingkat
kemampuan belajar individu.
3) Faktor perbedaan jenis kelamin
Perbedaan tingkah laku antara laki-laki dan wanita merupakan hasil dari
perbedaan tradisi kehidupan. Peranan dan perhatian terhadap suatu pekerjaan
berbeda antara laki-laki dan wanita. Ini disebabkan oleh pengaruh kultural.
4) Pengalaman sebelumnya
Lingkungan mempengaruhi perkembangan dan memberikan pengalaman bagi
individu. Pengalaman yang diperoleh individu mempengaruhi belajar, terutama
transfer belajar.
5) Kapasitas mental
Dalam tahap perkembangan tertentu, individu mempunyai
kapasitas-kapasitas mental yang berkembang akibat dari pertumbuhan dan
perkembangan fungsi fisiologis pada system syaraf dan jaringan otak. Dalam hal
ini, inteligensi menentukan prestasi belajar seseorang.
6) Kondisi kesehatan jasmani
Orang yang belajar membutuhkan kondisi kesehatan. Orang yang sakit
mengakibatkan tidak dapat belajar dengan efektif.
7) Kondisi kesehatan rohani
Gangguan mental pada seseorang dapat mengganggu belajar seseorang. Orang
yang mengalami cacat mental tidak dapat belajar dengan baik.
8) Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan,
mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Motivasi penting dalam belajar karena
motivasi dapat menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih
tujuan belajar yang paling berguna bagi kehidupan individu.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi belajar berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor
tersebut seperti stimulus belajar, metode belajar maupun dari individu itu
sendiri. Dalam dunia pendidikan faktor tersebut dapat berpengaruh positif
maupun negatif. Seorang individu harus dapat memahami faktor-faktor tersebut
sehingga mampu meningkatkan prestasi dalam belajarnya.
4. Beberapa Sifat Murid dalam Belajar
Di atas telah dibahas bahwa murid sebagai pelajar merupakan subjek yang
terlibat dalam proses belajar. Karena setiap individu memiliki keunikan
sehingga dalam proses belajarnya pun terdapat keunikan pula. Ada murid yang
cepat dalam belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif. Semua itu terjadi
karena keunikan individu masing-masing.
BAB VIII
PENGERTIAN
DASAR PENGAJARAN PERBAIKAN (REMEDIAL TEACHING)
1.Hubungan Pengajaran Perbaikan dalam Proses Belajar
Mengajar
Dalam kurikulum sekolah-sekolah dewasa ini metode dan sistem
penyampaiannya dipergunakan pendekatan dengan Prosedur pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI).
Pendekatan ini dianggap merupakan salah satu sistem yang efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan yang optimal dengan melalui satuan pelajaran.
Satuan pelajaran adalah kegiatan belajar mengajar guna membahas suatu bahan
atau satuan bahasan, dalam rangka pencapaian tujuan yang lebih khusus (tujuan
instruksional khusus). Tujuan instruksional khusus ini hendaknya dirumuskan
dengan jelas, dapat diukur, serta dalam bentuk tingkah laku murid.
Dengan rumusan dan tujuan yang jelas akan memudahkan menyusun dan
mengembangkan bahan pengajaran, alat pengajaran serta rencana dan pelaksanaan
proses kegiatan belajar mengajar. Secara garis besar proses kegiatan belajar
mengajar dengan pendekatan PPSI itu sebagai berikut. 1 1.Rencana mengajar yang
meliputi:
·
PerumusanTIK
atau Tujuan Khusus Pengajaran (TKP).
·
Penyusunan
alat evaluasi.
·
Penentuan
materi pengajaran.
·
Penentuan
kegiatan belajar mengajar.
2.Melaksanakan pengajaran dengan satuan pelajaran dengan kerangka:
·
Bidang
pengajaran.
·
Mata
pelajaran/sub bidang *pengajaran.
·
Satuan
bahasan.
·
Kelas/tingkat.
·
Catur
wulan/semester.
·
Waktu.
1
Tujuan Instruksional Umum/Tujuan Umum
Pengajaran (TUP).
2. Tujuan Instruksional Khusus/Tujuan Khusus Pengajaran (TKP).
3. Materi pelajaran.
4. Kegiatan belajar mengajar.
5. Alat dan sumber pelajaran.
6. Evaluasi.
3. Evaluasi yang merupakan umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar:
·
Bagi
guru bila TIK bisa tercapai dipcrgunakan untuk merevisi program.
·
Bagi
siswa bila TIK tidak tercapai diadakan remedial atau pengajaran perbaikan.
Dengan demikian proses belajar mengajar dengan pendekatan PPSI
langkah-langkahnya meliputi:
1. Merumuskan TIK.
2. Menyusun alat evaluasi.
3. Menentukan:
- materi pembelajaran
- kegiatan belajar mengajar (metode, alat, dan sumber)
4. Melaksanakan pengajaran dan evaluasi.
5. Umpan balik:
- Revisi program.
- Remedial.
Dengan melihat kerangka dasar kegiatan-kegiatan program belajar mengajar
dengan pendekatan PPSI tersebut maka pengajaran perbaikan atau remedial
teaching memegang peranan, khususnya dalam rangka mencapai hasil belajar yang
optimal (belajar tuntas).
2. Perlunya Pengajaran Perbaikan
Seperti pada uraian tersebut, dalam hubungannya kegiatan-kegiatan proses
belajar mengajar maka pengajaran perbaikan ini merupakan pelengkap dari proses
pengajaran secara keseluruhan. Karena itu, pengajaran perbaikan ini perlu dikuasai
setidak-tidaknya dikenal oleh guru bidang studi dan petugas bimbingan yang
menyuluh. 'Dengan demikian pengajaran perbaikan ini perlu dapat dilihat dari
segi:
a.
Siswa
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap siswa dalam proses belajar mengajar
mempunyai hasil yang berbeda-beda. Dalam pedagogik perbedaan individual ini
harus diterima/merupakan prinsip dalam setiap situasi pendidikan. Pendidik atau
guru selalu berhadapan dengan anak yang konkret yang tidak ada bandingannya
dengan anak lain. (Dr.H.J. Langeveld menyebut prinsip individualisasi).
Kenyataan menunjukkan dalam proses belajar mengajar selalu dijumpai adanya anak
yang berbakat, kemampuan tinggi, ada yang kurang berbakat, ada yang cepat, ada
yang lambat disamping latar belakang mereka yang berupa pengalaman
berbeda-beda. Atas dasar ini perlu ada pelayanan yang bersifat individual dalam
proses belajar mengajar yang menyangkut masalah bahan, metode, alat,evaluasi,
dan sebagainya. Ada beberapa perbedaan individual yang menjadi dasar perhatian
antara lain sebagai berikut.
o
Perbedaan
kecerdasan (inteligensi).
o
Perbedaan
hasil belajar (achievement),
o
Perbedaan
bakat (aptitude).
o
Perbedaan
sikap (atiitude)
o
Perbedaan
kebiasaan (habbit).
o
Perbedaan
pengetahuan (knowledge).
o
Perbedaan
kepribadian (personality).
o
Perbedaan
kebutuhan (need).
o
Perbedaan
cita-cita (ideal).
o
Perbedaan
minat (interest).
o
Perbedaan
fisik (phisically).
o
Perbedaan
lingkungan (environment).
Mursell dalam bukunya: Succesfull Teaching dikelompokkan menjadi dua
yaitu secara vertikal dan perbedaan kualitatif.
Perbedaan vertikal menyangkut tinggi rendahnya kecerdasan sedangkan,
perbedaan kualitatif menyangkut bakat, minat, cara kerja, tempat bekerja, dan
sebagainya.
Atas dasar perbedaan individual ini guru dalam proses belajar mengajar
harus menggunakan berbagai pendekatan dengan menggunakan suatu anggapan: bila
siswa mendapat kesempatan belajar sesuai dengan pribadinya dapat diharapkan
mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya.
Untuk membantu setiap pribadi dalam mencapai prestasi yang optimal
digunakan pendekatan pengajaran perbaikan (remedial teaching).
b.Guru
Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai
instruktur, konselor, petugas psikologis, sebagai media, sebagai sumber, dan sebagainya.
Dalam fungsinya yang ganda ini guru bertanggung jawab atas tercapainya
tujuan pengajaran khususnya peningkatan prestasi belajar.
Dalam rangka ini pengajaran perbaikan merupakan peluang yang besar bagi
setiap siswa untuk mencapai prestasi belajar secara optimal.
c.
Proses Pendidikan
Dalam proses pendidikan, bimbingan dan penyuluhan merupakan kelengkapan
dari keseluruhan proses atau pelaksanaan program. Melalui pelayanan bimbingan
dan penyuluhan diharapkan siswa mencapai perkembangan pribadi yang integral.
Untuk melaksanakan pelayanan bimbingan sebaik-baiknya dalam proses belajar
mengajar diperlukan pelayanan khusus (salah satubentuk pelayanan BP yang
pengajaran perbaikan (remedial teaching).
Dengan demikian perlunya/pentingnya pengajaran perbaikan atau remedial
teaching itu dapat dilihat dari berbagai segi yaitu atas dasar pertimbangan:
1.
pedagogis;
2.
psikologis;
3.
didaktis;
4.
melodis;
5.moral, dan lain-lain.
3. Pengertian Pengajaran Perbaikan
a. Pengertian
Remedial teaching atau pengajaran perbaikan adalah suatu bentuk
pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau dengan singkat
pengajaran yang membuat menjadi baik. Maka pengajaran perbaikan atau remedial
teaching itu adalahbentuk khusus pengajaran yang bersifat menyembuhkan,
membetulkan atau membuat menjadi baik. Seperti telah kita ketahui bahwa dalam
proses belajar mengajar siswa diharapkan dapat mencapai hasil sebaik-baiknya
sehingga bila ternyata ada siswa yang belum berhasil sesuai dengan harapan maka
diperlukan suatu proses pengajaran yang membantu agar tercapai hasil yang
diharapkan. Dengan demikian perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil yang
optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa melalui keseluruhan proses
belajar mengajar dan keseluruhan pribadi siswa.
Dapat dikatakan pula bahwa pengajaran perbaikan itu berfungsi terapis
untuk (penyembuhan). Yang disembuhkan adalah beberapa hambatan (gangguan)
kepribadian yang berkailan dengan kesulilan belajar sehingga dapat timbal balik
dalam arti perbaikan belajar juga perbaikan pribadi dan sebaliknya. Remedial
teaching berasal dari kata remedy (Inggris) yang artinya incnyembuhkan. Istilah
pengajaran remedial pada mulanya adalah kegiatan mengajar untuk anak luar biasa
yang mengalami berbagai hambatan (sakit). Dewasa ini pengertian itu sudah
berkembang sepeni uraian tersebut. Sehingga anak yang normal pun memerlukan
pelayanan pengajaran remedial (remedial teaching).
B. Perbandingan Pengajaran Biasa dengan Pengajaran
Perbaikan
1. Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas
dan semua siswa ikut berpartisipasi. Pengajaran perbaikan diadakan selelah
diketahui kesulitan belajar kemudian diadakan pelayanan khusus.
2. Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang
ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semaa siswa.
Pengajaran perbaikan tujuannya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun
tujuan akhirnya sama.
3. Metode dalam pengajaran biasa sama buat semua siswa,sedang metode
dalam pengajaran perbaikan berdeferensial (sesuai dengan sifat, jenis, dan
latarbelakang kesulitan)
4. Pengajaran biasa dilakukan oleh guru. sedangkan pengajaranperbaikan
oleh team (kerja sama).
5. Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi (penggunaan tes
diagnostik, sosiometri, alat-alat laboratorium, dan lan-lain).
6. Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekatan individual.
7. Pengajaran perbaikan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitanbelajar
yang dialami oleh siswa.
C.Tujuan
Pengajaran Perbaikan
Secara umum tujuan pengajaran perbaikan tidak berbeda dengan pengajaran
biasa yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara
khusus pengajaran perbaikaii bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan
belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan sekolah melalui proses,
perbaikan.
Secara terperinci tujuan pengajaran perbaikan. yaitu:
1.
Agar
siswa dapat memahami dirinya khususnya prestasi belajarnya.
2.
Dapat
memperbaiki/mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik.
3.
Dapat
memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4.
Dapat
mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang
lebih baik.
5.
Dapat
melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya.
D.
Fungsi Pengajaran Perbaikan
Dalam keseluruhan proses belajar mengajar, pengajaran perbaikan
mempunyai fungsi :
1.Korektif
Artinya dalam fungsi ini pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan
atau perbaikan antara lain:
1.
Perumusan
tujuan.
2.
Penggunaan
metode.
3.
Cara-cara
belajar.
4.
Materi
dan alat pelajaran.
5.
Evaluasi.
6.
Segi-segi
pribadi, dan lain-lain.
2.Pemahaman
Artinya dari pihak guru. siswa
atau pihak Iain dapat memahami siswa.
3.Penyesuaian
Penyesuaian pengajaran perbaikan terjadi
antara siswa dengan tuntutan dalam proses belajarnya. Aninya siswa dapat
belajar sesuai dengan, kemampuannya sehingga peluang untuk Mencapai hasil lebih baik lebih besar. Tuntutan
disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan sehingga
mendorong untuk lebih belajar.
4.Pengayaan
Maksudnya pengajaran perbaikan itu dapat memperkayaproses belajar
mengajar. Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang
dipergunakan dalam
pengajaran perbaikan sehingga hasil
yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau dengan singkat prestasi
belajarnya lebih kaya.
5.Akselerasi
Maksudnya pengajaran perbaikan
dapat mempercepat proses belajar baik dan segi waktu maupun materi.
6.Terapsutik
Secara langsung ataupun tidak pengajaran perbaikan dapat memperbaiki
atau menyembuhkan kondisi pribadi yang menyimpang.
Penyembuhan ini dapat menunjang pencapaian prestasi belajar dan
pencapaian prestasi yang baik dapat mempengaruhi pribadi (timbal balik).
4. Sifat Khusus Pengajaran Perbaikan dengan Masalahnya
Kekuasaan pengajaran perbaikan disesuaikan dengan karakteristik
kesulitan belajar yang diderita siswa. Tekanannya pada usaha perbaikan
keseluruhan proses belajar mengajar menyangkut masalah cara belajar,metode
belajar, materi, alat, lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar
mengajar.
Sehubungan dengan masalah ini maka perlu kiranya dipahami oleh para guru
atau petugas bimbingan , setidak-tidaknya diketahui prinsipnya masalah-masalah
yang menyangkut:
a. Cara belajar siswa.
b. Kondisi belajar.
c. Strategi pengajaran.
d. Hubungan guru siswa.
e. Pengelolaan kelas.
f. Bidang studi.
A. Cara Siswa Belajar
Pada dasarnya siswa belajar melalui cara-cara sebagai berikut.
l. Eksplorasi.
2. Coba-coba.
3. Rasa tidak senang.
4. Rasa gembira.
5 Imitasi.
6. Panisipasi.
7. Komunikasi.
1. Eksplotttsi
Siswa mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan tentang sesuatu melalui
seluruh indranya, kemudian dikembangkan melalui berbagai usaha, melakukan
sendiri dengan macam-macam kemungkinan.
2. Coba-coba
Melalui trial and error siswa belajar memecahkan sesuatu.
3. Rasa tidak senang
Dengan merasakan tidak senang/penderitaan ia akan belajar menghindari
kesalahan.
4. Rasa gembira
Sesuatu yang menyenangkan cenderung untuk mengulang, dan sebaliknya
sesuatu yang tidak enak cenderung untuk dihindari.
5. Imitasi
Belajar melalui peniruan atau pengamatan paling sering dilakukan.
6. Partisipasi
Belajar melalui peniruan, berarti anak berpartisipasi secara aktif
(leani by Joing) itulah prinsip pedagogik dewasa ini.
7. Komunikasi
Makin mudah komunikatif, makin menarik sesualu hal untuk dipelajari.
b.
Kondisi Belajar
Dalam setiap situasi belajar terutama dalam merancang kegiatan belajar
perlu diketahui prinsip-prinsip yang mempengaruhi proses belajar yaitu kondisi
belajar yang secara khusus berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan
belajar.Kondisi yang mempengaruhi proses belajar itu baik kondisi umum maupun
kondisi khusus untuk mempelajari segi-segi tertentu dalam kegiatan belajar.
1.Kondisi umum
Dalam setiap situasi belajar setidak-tidaknya ada enam kondisi umum
belajar yang harus diketahui guru atau pembimbing yaitu sebagai berikut.
a) stimulasi belajar;
b) perhatian dan motivasi;
c) respons yang dipelajari;
d) penguatan dan umpan balik;
e) pemakaian dan pemindahan;
f) kemampuan belajar.
b. Kondisi Khusus
Ada lima jenis belajar khusus yang berlaku untuk kegiatan belajar
tertentu yang berlainan, yaitu sebagai berikut. 1.Kondisi belajar informasi.
2.Kondisi belajar konsep.
3.Kondisi belajar prinsip.
4.Kondisi belajar keterampilan.
5.Kondisi belajar sikap.
3. Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran berhubungan dengan pemilihan kegiatan belajar
mengajar yang paling efektif dalam memberikan pengalama belajar yang diperlukan
untuk mencapai tujuan, telah ditetapkan mengingat kekhususan dalam tujuan
pengajaran yang ingin dicapai.
Dengan kata lain strategi pengajaran adalah kegiatan yang dipilih guru
dalam proses belajar mengajar yang dapat memberi kemudahan (fasilitas) kepada
siswa menuju tercapainya tujuan. Secara umum pemilihan strategi pengajaran
dipengaruhi oleh:
1.
Penerimaan
pengetahuan.
2.
Aplikasi
pengetahuan.
3.
Tujuan
yang bersifat pembahan sikap (perasaan).
Dalam memilih kegiatan pengajaran harus dipertimbangkan:
1.
Masalah
efisiensi yang bertalian dengan penggunaan waktu dan fasilitas yang tersedia.
2.
Perbedaan
individual siswa.
3.
Metode
penyampaian yang dapat mengembangkan interaksi siswa atau guru dengan siswa.
Pemilihan strategi pengajaran tidak hanya ditentukan oleh kemampuan guru
semata-mata dalam menggunakan metode. melainkan juga oleh sifat dan karakteristik
masing-masing metode yang dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
4. Hubungan Guru - Siswa
Hubungan guru-siswa dalam proses belajar mcngajar yang diharapkan adalah
hubungan manusiawi. Menjelang berakhirnya tahun 1940 muncul psikologi baru yaitu
psikologi humanistik yang digunakan
dalam klinis pekerjaan sosial dan konselor.
Lewat tokoh-tokohnya misalnya sebagai berikut.
-Arthur Combs, berpendapat tentang tingkah laku manusia yaitu:
Untuk memahami tingkah laku manusia kita harus memahami apa yang
diketahuinya (dipahaminya) mengenai segala sesuatu itu dan bukan memahami
hal-hal yang berada di luar dirinya.
Jadi pusat perhatiannya terletak pada tingkah laku di dalam atau inner
beliaviour yang membuat orang satu dengan lainnya berbeda dalam hal cara
memandang, perasaan, keyakinan, tujuan, dan lain-lain. Karena itu, tiap orang
bebas menentukan pilihannya sendiri bentuk dan kualitas kehidupan dan
penghidupannya.
- Maslow: menyatakan bahwa tujuan hidup manusia berpusat di sekitar apa
yang dirasa kurang atau dibutuhkan, dan tujuan ini merupakan prasyarat untuk
aktualisasi diri. Sebelum mengembangkan individualitasnya manusia harus
terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Ada beberapa cara yang digunakan orang untuk mencapai aktualisasi diri.
Menurut aliran Humanistik itu dua aspek dalam belajar yang perlu
mendapatkan perhatlan guru yaitu:
a. Memperoleh infonriasi baru.
b. Personalisasi individual terhadap informasi yang diterimanya.
Maka yang penting bagi guru ialah bagaimana membawa siswa memperoleh
pengertian sesuai dengan pribadinya. Karena itu kelainan anak dalam tingkah
laku (misbechaviour) adalah merupakan akibat ketidakmauan anak mengerjakan
sesuatu atas kehendak orang lain, karena yang dikehendaki orang lain itu tidak
memuaskan baginya.
Mengenai tujuan pendidikan yang penting menurut aliran Humanistik itu
ialah menyadarkankemampuan anak sendiri (bakat, minat, kebutuhan, dan
lain-lain), membantu mereka bagaimanamemahami pribadi orang lain, menyiapkan
mereka masa mendatang, melatih, mereka berpikir dan mengambil keputusan
sendiri.
Atas dasar itu guru tidak lagi sebagai pusat kegiatan/perhatian
melainkan sebagai fasilitator, yang membantu siswa mengembangkan kemampuannya.
Untuk ini guru perlu mengusahakan iklim yang menunjang efektivitas
belajar misalnya:
1.
Memberi
kebebasan siswa dalam menyelesaikan tugas.
2.
Mengusahakan
suasana yang hangat.
3.
Menghargai
siswa.
4.
Memberikan
tugas-tugas yang menantang.
5.
Mengontrol
disiplin siswa.
6.
Menilai
keberhasilan, dan sebagainya.
Berikut ini dikemukakan beberapa tugas dan kualifikasi guru sebagai
fasilitator:
1.
Guru
hendaknya selalu mengusahakan adanya gairah belajar dan iklim yang memungkinkan
siswa atau kelompok untuk berinisiatif dan segera mulai bekerja.
2.
Guru
hendaknya memberikan kesempatan dan membantu setiap siswa untuk merealisasikan maksud dan tujuan.
karena tujuan merupakan pendorong untuk belajar secara berarti.
3.
Guru
hendaknya mengusahakan dan mengorganisasi sebaik-baiknya sumber-sumber belajar
agar sesuai dan bermanfaat bagi tiap-tiap siswa mencapai tujuannya.
4.
Guru
hendaknya menempatkan diri sebagai salah satu sumber belajar, yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan oleh siswa
atau kelas.
5.
Berdasarkan
pengalamannya, guru harus mampu memahami ungkapan perasaan siswa. Ini berarti
guru hendaknya terus mengamati ungkapan perasaan dan sikap misalnya persaingan
pengelompokan (klik) dominasi, apatisme, frustrasi, dan sebagainya.
6.
Dalam
hal seperti keadaan tersebut guru hendaknya segera bertindak menetralisasi
suasana menuju saling pengertian yang konslruktif.
7.
Sebagai
fasilitator setiap guru hendaknya berusaha mengenal dirinya lebih banyak lagi,
berusaha mengetahui kelemahan-kelemahannya, sifat, dan tingkah lakunya sendiri.
Hal ini sangat tergantung pada dirinya sendiri, dan
guru hanya dapat memberi kesempatan dan kebebasan, bantuan dan dorongan, saran
dan penjelasan. Sehingga kehadiran guru dengan segala,kelebihan dan kekurangannya itu diharapkan memberi manfaat siswanya dalam belajar
mandiri.
Berdasarkan penelitian dalam bidang Pendidikan adabeberapa siifat guru yang disukai/disenangi oleh siswa-siswanya
yaitu:
1.
Memiliki
rasa gembira dan humor.
2.
Menganggap
dirinya sebagai manusia biasa, sebagai salah satu anggota
kelas khususnya anggota sekolah secara keseluruhan.
3. Memiliki
rasa kasih sayang, memperhatikan dan memahami setiap sifat murid.
4. Berusaha
selalu membangkitkan minat untuk belajar dan berusaha agar pelajaran merupakan
sesuatu yang menyenangkan.
5. Memiliki
sikap tegas, dapat memimpin kelas dan menimbulkan rasa hormat.
6. Adil
dalam bertindak.
7. Tidak
suka marah, memiliki pribadi yang menyenangkan sehingga merupakan salah satu
daya penarik siswanya.
Selanjutnya ada
beberapa prinsip belajar yang menunjang dan memudahkan siswa belajar.
Menurut psikologi
humanistik yaitu:
1. Setiap
orang mempunyai kemampuan bawaan untuk belajar.
2. Belajar
akan bermanfaat bila siswa menyadari manfaatnya (relevan dengan dirinya).
3. Belajar
akan sia-sia kalau bertentangan dengan atau harus mengubah kebulatan
(integritas) pribadi.
4. Proses
belajar yang mengganggu integritas dapat dihilangkan, atau dlkurangi dengan
menghilangkan faktor- faktor luar yang mengganggu integntas.
5. Belajar
akan berarti bila dilakukan lewat pengalaman sendiri dan diuji coba sendiri.
6. Belajar
akan berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktifdan disiplin (tanggung
jawab) dalam setiap kegiatan belajar.
7. Belajar
dengan prakarsa sendiri penuh kesadaran dan kemampuan dapat berlangsung lama
dan tuntas.
8. Kreativitas dan kepercayaan dari orang lain.
Ini bisa tumbuh hanya dalam suasana kebebasan.
5. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas menunjukkan kepada berbagai jenis kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengun
tujuan unluk mempertahankan/menciptakan kondisi yung optimal bagi terjadinya
proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas meliputi pengaturan tingkah laku antara ruang sehingga tercipta kemudah-kemudahan dalam mengajar.
Masalah-masalah yang berkenaandengan pengelolaan ini meliputi:
a.Kondisi dan situasi..
b. Administrasi teknik.
c. Dimensi pengelolaan.
d. Disiplin.
a. Kondisidan Situasi Belajar Mengajar
Kondisi dan situasi berupa kondisi fisik dan kondisi emosional:
1. Kondisi fisik
Lingkungan fisik tempatbelajar yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya identitas proses perbuatan belajar dan
berpengaruh terhadap pencapaian lujuan.
Kondisi fisik meliputi: besarnya ruangan, tata letak, ventilasi.
2. Kondisi emosional
Suasana emosional dalam kelas belar pengaruhnya terhadap proses belajar
mengajar. Kondisi ini berganlung kepada:
1.
kepemimpinan
guru;
2.
sikap
guru;
3.
suara
guru;
4.
pembinaan
rapor.
b. Administrasi Teknik
Yang termasuk administrasi teknik yaitu absensi, tempat bimbingan, ruang
baca, catatan pribadi, tempat sampah. Catatan pribadi berfungsi sebagai:
1.
alat
checking efektivitas program;
2.
sarana
memahami siswa;
3.
alat
pengenal diri bagi siswa;
4.
alat
bantu orang tua dalam membimbing putra-putrinya.
c. Dimensi Pengelolaan Kelas
Dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar
mengajar berlangsung efektif guru mengadakan tindakan yang berupa:
1.
Pencegahan.
2.
Korektif
1. Dimensi Pencegahan
Dimensi ini merupakan tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan
(format belajar mengajar) yang tepat agar menumbuhkan kondisi yang
menguntungkan bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar.
Wujud dari dimensi ini berupa kegiatan. contoh ataupun informasi.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan yaitu:
- Meningkatkan kesadaran diri baik dari siswa maupun guru.
Masalah yang kadang kadang timbul yaitu adanya jurang pemisah apa yang harus
dilakukan menurut guru dan apa yang sebenarnya terjadi dan dilakukan oleh
siswa.
- Sikapyangtulus dari pihak guru dalam memberi pelajaran siswa.
- Membuat kontrak sosial yaitu tata terlib dengan sanksi dibicarakan dan disetujui bersama.
2. Dimensi Korektif
Dimensi ini dapat dibedakan menjadl dua, yaitu tindakan
yang segera diambil pada saat terjadi gangguan dan kedua yaitu tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang
agar tidak
berlarut-Iarut (tindakuii kuratif).
Beberapa usaha yang dapat dilakukan pada dimensi tindakan:
-Pesan-pesan non-verbal (isyarat) biasanya dapat membantu.
-Melakukan kontrol sosial.
-Hindarkan siswa mendapatmalu di hadapan kawan-kawannya.
Karena sikap guru dalam berbagai hal adalah unik maka setiap tindakan
harus dipertimbangkansampai pada pilihan yang terbaik. Untuk itu perlu
diperhatikan petunjuk-petunjuk sebagai berikut.
-Hindarkan konsekuensi yang paling berat yang berupa
hukuman.
-Bila alternatifyang dipilih tidak efektif pindah ke
alternatif lain yang diperkirakan memberi hasil lebih baik.
-Tidak menutup kemungkinan siswa memilih
allernatifkonsekuensi pelanggaran pada kontrak sosial.
- Suatu konsekuensi hanya berlaku pada hari ini dan saat
ini.
Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam usaha penyembuhan mengatasi
masalah) yaitu:
1.
Mengidentifikasi
kesulitan siswa untuk menerima dan mengikuti kontrak sosial.
2.
Menetapkan
waktu penemuan dengan siswa yang disetujui bersama.
3.
Menjelaskan
manfaat yang mungkin diperoleh bagi siswa dan sekolah.
4.
Tunjukkan
kepada siswa bahwa guru bukan orang sempurna.
5.
Bila
dalam pertemuan siswa tidak responsif guru dapat mengajak diskusi pada saat
lain.
6.
Pertemuan
guru-siswa harus sampai pada pemecahan masalah yang diterima siswa dalam rangka
memperbaiki tingkah lakunya (kontrak individual).
D. Disiplin
Disiplin berasal dan bahasa Yunani, disciplus
yang artinya murid pengikut guru. Dengan disiplin inidiharapkan siswa bersedia
untuk mengikuti peraturan tertentu serta menjauhi larangan-larangannya.
Disiplin di sekolah digunakan untuk mengontrol tugas- tugas agar
berjalan optimal. Sil:ap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi tertibnya ketertiban ke arah siasat.
Karena sikap ini akan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut
terlibat dalam menegakkan disiplin di sekolah, maka kerja sama dengan orang tua
periu agar kebiasaan di sekolah ditunjang oleh kebiasaan yang baik di rumah.
Masalah pelanggaran disiplin itu sangat unik, bersifat pribadi, kompleks
dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mendalam.
Meskipun demikian adajuga sebab-sebab yang bersifat umum, yaitu sebagai
berikut.
1. Kebosanan di kelas. Anak tidak tahu apa yang harus dikerjakan karena
yang dikerjakan itu-itu saja.
2. Perasaan kecewa dan'tertekan karena tuntutan yang tidak sesuai.
3. Tidak terpenuhinya kcbutuh.in akan perhatian, pengenalan atau status.
Usaha yang dapat ditempuh dalammenanggulangi pelanggaran disiplin, yaitu sebagai berikut.
1. Pengenalan siswa, pada dasarnya siswa mempunyaidaya atau tenaga untuk mengontrol dirinya.
2. Memberikan penyaluran sehat lerhadap berbagai perasaan
tertekan misalnya:
-
Menguji
pikiran yang mcndu.san suulu perasaan individu.
-
Disediakan
kotak masalah.
-
Penurunan
suasana emosional dengan cara diam memejamkan mata.
-
Role
playing merupakan cara yang cukup efektif untuk memahami orang lain sekaligus
memahami dirinya.
6. Bidang studi
Pengetahuan tentang psikologi bidang studi periu diketahui bagi guru
maupun konselor yaitu:
a. Bahasa
Efektivitas dalam bidang studi banyak bergantung dari penguasaan bahasa. Faktor-faktor psikis yang
mempengaruhi perkembangan dan kemampuan bahasa yaitu lingkungan anak,
intelegensi, emosi, dan alat bicara. Karena itu guru diharapkan dapat melihat
hambatan bahasa baik jasmani maupun psikis. Hambatan itu misalnya salah ucap,
salah ejaan, selain tata bahasa kesalahan membaca.
Membaca perlu atau mencakup membaca keras dan membaca dalam hati.
Penghambat terbesar datangnya dari segi psikologis, misalnya:
Takut kemungkinan gagal dalam pelajaran, gangguan
emosional karena pengalaman
tidak menyenangkan baik di rumah maupun di sekolah, adanya shock yang menimpa
dirinya dan sebagainya. Karena itu, dalam remedial teaching bahasa dalam arti
bantuan pengajaran untuk membetulkan kesalahan yang sudah terjadi harus
didahului dengan menghilangkan hambatannya.
Mengenai membaca secara metodologis harus menekankan pengertian melalui
membaca dalam hati, baru kemudian membaca keras (lancar).
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar membaca meliputi:
-
Usia.
-
Inteligensi.
-
Pengertian
dan kecepatan saling berkaitan.
-
Keterampilan
dipengaruhi oleh minat dan bakat.
Keterampilan tiap individu tidak sama, maka tidak tercapai bila hanya
diberikan secara klasikal.
Di samping itu, penguasaan anak laki-laki berbeda dengan penguasaan anak
perempuan.
Berhitung/matematika
Pengertian bilangan dimulai dari pengertian banyak anak biasa minta
suatu lebih dari apa yang diberikan kepadanya.
Di samping itu pengertian bilangan pada anak-anak masih terikat pada
benda-benda konkret misalnya dua permen lebih disukai pada satu permen.
Kegagalan dalam penguasaan dan penggunaan angka dengan kombinasinya sering terjadi karena anak belum/kurang memahami pengertian tentang
angka.
Bila keadaan ini tidak diketahui guru dan tidak segera mengadakan
perbaikan akibatnya adalah kegagalan.
Beberapa ahli seperti Brownwell, Kuechner, dan Rein berdasarkan
pengalamannya, menyatakan bahwa remedial teuching berhitung diartikan
penyusunan kembuli pengalaman yang telah diperoleh terlebih dahulu. Karena ilu
usahu guru harus direncanakan secara matang dan dilakukan dengan ketekunan.
C. Pengetahuan alam/pengetahuan sosial
Pengamatan dan pengalaman adalah dasar dari mendapatkan pengertian dalam
bidang pengeiahuan alam dan pengetahuan sosial.
Pengetahuan alam mencakup pengetahuan tentang semua kejadian, dan gejala
alam yang berganlung satu sama lainnya mencakup kehidupan, planet, iklim, dan
seterusnya. Pengetahuan sosial mencakup asal usul manusia, perkembangannya,
saling pengaruh mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari ilmu sosial yaitu
sosiologi, sejarah, polilik, ekonomi, psikologi pendidikan.
Pengetahuan alam yang terutama adalah memberikan pengetahuan tentang isi
alam semesta, bagaimana aktivitas kerjanya dan mengapa demikian.
Sedang pengetahuan sosial menggunakan penemuan-penemuandalam pengetahuan alam tentang apa yang berguna, apa yang baik bagi kesejahteraan umat manusia.
Beberapa aspek psikologis yang perlu diketahuidalammengajarkan IPA dan IPS yailu:
- Guru dan siswa harus lahu dengan jelas apa yang
diajarkan, dan apa yang dipelajari.
- Murid benar-benar belajar bila mempunyai arti baginya.
mengenai yang sudah dipelajarisebelumnya, dan apa yang mereka dapat pelajari
sekarang.
- Pelajaran berhasil karena aktivitas siswa.
- Metode yang digunakan guru hendaknya metode kombinasi
disiapkan sebaik-baiknya.
- Sikap guru merupakan faktor psikologis dalam
pengajaran IPA dan IPS.
- Scientific attitude (sikap ilmiah) siswa harus
diusahakan dengan cara ikut serta dalam eksperimen-eksperimen.
BAB IX
PENDEKATAN DAN METODE
DALAM PENGAJARAN REMEDIAL
1. Pendekatan yang Bersifat Kuratif
Pendekatan ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau
sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program
secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar
mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan unluk setiap pertemuan, unit
pelajaran, atau satuan waktu tertentu.
Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan:
1. Pengulangan.
2. Pengayaan/pengukuhan.
3. Pencepatan.
1. Pengulangan
Pengulangan ini dapat dilakukan dengan berbagai tingkatan sesuai dengan
diagnostiknya, yaitu:
a. Pada setiap akhir pertemuan.
b. Pada setiap akhir unit pelajaran tertentu.
c. Pada akhir setiap satuan program studi.
Pelaksanaannya dapat secara:
1.
Individual
kalau temyata yang mengalami kesulitan terbatas.
2.
Kelompok
kalau temyata sejumlah siswa dalam bidang studi tertentu mempunyai jenis/sifat
kesalahan atau kesulitan bersama.
Waktu dan cara pelaksanaannya:
1. Bila sebagian/seluruh kelas mengalami kesulitan sama, diadakan
pertemuan kelas biasa berikutnya.
- Bahan dipresentasikan kembati.
- Diadakan latihan/penugasan/soal
bentuknya sejenis.
- diadakan pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil
peningkatan ke arah kriteria keberhasilan.
2. Diadakan di luar jam pertemuan biasa
- Diadakan jam pelajaran tambahan bila yang mengalamikesulitan hanya sejumlah orang tertentu (waktu sore,
waktu istirahat, dan sebagainya).
- Diberikan pekerjaan rumah dan dikoreksi oleh guru
sendiri.
3. Diadakan kelas remedial (kelas khusus)
-Bagi siswa yang mengalami kesulitan khusus dengan
bimbingan khusus.
- Diadakan pengulangan secara total kalau ternyata jauh
di bawah kriteria keberhasilan minimal.
2.Pengayaan/Pengukuran
Layanan ini dikenakan pada siswa yang kelemahannya ringan secara
akademik mungkin termasuk berbakat dengan cara:
-
Pemberian
tugas/pekerjaan rumah.
-
Pemberian
tugas/soal dikerjakan dl kelas.
3.Percepatan (Akselerasi)
Layanan ini ditujukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukkan
kesulitan psikososial (ego emosional).
Bila ternyala keseluruhan bidang studi unggul dibundingkan
kelompoknya dapat dinaikkan ke tingkat yang lebih tinggi.
Bila hanya beberapa bidang sludi untuk bidang studi ini dapat diteruskan (maju berkelanjutan/continous program).
2. Pendekatan yang Bcrsifat Preventif
Pendekatan ini ditujukan kepada siswa lertentu yang berdasarkan
data/informasi diprediksikan atau patut diduga akan mcngalami kesulitan dalam
menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Prediksi itu
dikategorikan menjadi tiga, yaltu:
- Bagi yang termasuk kategori normal mampu menyelesaikan
program belajar mengajar biasa sesuai dengan waktu yang disediakan.
- Bagi mereka yang diperkirakan terlambat alau tidak
menyelesaikan program dengan batas waktu yang ditetapkan. Berdasarkan prediksi
tersebut maka layanan pengajaran perbaikan dapat dalam bentuk:
1. Bentuk kelompok belajar homogen.
2. Bentuk individual.
3. Bentuk kelompok dengan kelas remedial.
3. Pendekatan yang Bersifat Pengembangan
Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses belajar
mengajar berlangsung (during teaching diagnostic).
Sasaran pokok dari pendekatan ini ialah agar siswa dapat mengatasi
hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami selama proses belajar mengajar berlangsung. Karena
itu diperlukan peranan bimbingan dan penyuluhan agar tujuan pengajaran yang
telah dirumuskan berhasil.
4. Metode dalam Pengajaran Perbaikan (Remedial)
Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu metode yang
dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbinganbelajar mulai dari tingkat
identifikasi kasus sampai dengan tindak
lanjut.
Metode yang dapat digunakan, yaitu:
1. Tanya jawab.
2. Diskusi.
3. Tugas.
4. Kerja kelompok.
5. Tutor.
6. Pengajaran individual.
1.Tanya Jawab
Metode ini digunakan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui
jenis dan sifat kesulitannya.
Dalam rangka perbaikan serangkaian tanyajawab dapat membantu siswa
dalam:
-
memahami
dirinya;
-
mengetahui
kelebihan/kekurangannya;
-
memperbaiki
cara-cara belajar.
Tanya jawab dapat dilakukan secara individual maupun secara kelompok.
Kebaikan metode ini dalam rangka pengajaran perbaikan yaitu memungkinkan
terbinanya hubungan guru-siswa.
-
meningkatkan
motivasi belajar;
-
merupakan kondisi yang menunjang pelaksanaan penyuluhan;
- menumbuhkan rasa harga diri.
2. Diskusi
Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antarindividu dalam
kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok siswa.
Kebaikan metode ini dalam rungka pengajaran perbaikan, yaitu sebagai
berikut.
o
Setiap individu dalam kelompok dapat mengenal diri dan kesulitannya danmenemukan jalan pemecahannya.
o
Interaksi
dalam kelompok menumbuhkan sikap percaya mempercayai.
o
Mengembangkan
kerja sama antar-pribadi.
o
Menumbuhkan
kepercayaan diri.
o
Menumbuhkun
rasa tanggung jawab.
3.Metode Tugas
Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka pemberian
bantuan.
Dengan pemberian tugas-tugas tcrtentu baik secara individual maupun
secara kelompok siswa yang mengalami kesulitan dapatditolong.
Dengan metode ini siswa dapat diharapkan:
-
lebih
memahami dirinya;
-
dapat
memperluas/memperdalam materi yang dipelajari.
-
dapat
memperbaiki cara-cara belajar yang pernah dialami.
4.Kerja Kelompok
Metode ini hampir bersamaan dengan metode pemberian tugas dan metode
diskusi. Yang penting adalah interaksi di antara anggota kelompok dengan
harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar karena:
-
Adanya
pengaruh anggota kelompok yang cakap dan berpengalaman.
-
Kehidupan
kelompok dapat meningkatkan minat belajar. Kehidupan kelompok memupuk tanggung
jawab, saling memahami diri.
5.Metode Tutor
Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk/ditugaskan
membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara
teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru siswa.
Dengan petunjuk-petunjuk dari guru tutor ini membantu temannya yang mengalami
kesulitan.
Pemilihan tutor ini didasarkan atas prestasi, punya hubungan
sosial baik dan bukup disenangi oleh teman-temannya.
Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai
pengganti guru.
Dengan tutor ini ada kebaikannya, yaitu sebagaiseberikut.
1.
Adanya
hubungan yang lebih dekat dan akrab.
2.
Tutor
sendiri kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar.
3.
Dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.
6.Pengajaran Individual
Pengajaran individual adalah interaksi antara guru-siswa secara
individual dalam proses belajar mengajar Pendekatan metode ini bersifat
individual sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswaMateri yang diberikan
mungkin pengulangan mungkin materi baru dan mungkin pengayaan apa yang telah dimiliki
siswa.
5. Prosedur Pelaksanaan Remedial Teaching
Remedial teaching yang merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar
dapat dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut.
1. Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik
tolak kegiatan- kegiatan berikutnya. Tujuan penelitian kembali kasus
ini adalah agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai kasus tersebut, serta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan
atas penelitian kasus akan dapat ditentukan murid-murid yang perlu mendapatkan
remedial teaching. Kemudian ditentukanbesarnyakelemahan yang dialami dan dalam bidang studi apa saja
mengalami kelemahan.
Selanjutnya meneliti dalamdomain apa mengalami kesulitan apa-kah kognitifnya
seperti hafalan, pemahaman ataukah aplikasinya: efektif seperti penganggapan,
sikap maupun penghargaan, ataukah psikomotomya: keterampilan, kemampuan ekspresinya dan lain-lainnya.
Dalam langkah pertama ini juga dibahas mengenai faktor-faktor penyebab
kesulitan murid, baik yang berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari
luar dirinya. Yang berasal dari dalam diri misalnya:
-
tingkat
kecerdasannya;
-
motivasi
untuk berprestasi;
-
sikap
dalam belajar;
-
kebiasaan
belajar;
-
penguasaan
pengetahuan dasar.
Sedang penyebab yang berasal dari luar:
-
keterbatasan
sumber belajar
-
kecocokannya
dengan program yang diambil;
-
kurang
tepat cara mengajar;
-
fasilitas
yang terbatas;
-
kurang
serasi hubungan guru dan murid;
BAB X
EVALUASI DALAM
PSIKOLOGI BELAJAR
1.
Pengertiandan objek Evaluasi
Aktivitas belajar, perlu diadakan evaluasi. Hal ini pentingkarena dciigan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapal
tercapai atau tidak. Melalui evaluasi, dapat diketahui kemajuan-kemajuan belajar yang dialami oleh
anak, dapat ditetapkan keputusanpenting mengenai apa yang telah diperoleh dan
diketahui anak. serta dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada
tahap berikutnya.
Istilah evaluasi sering dikacaukan deugan pengukuran. Keduanyamemang ada kaitan yang erat, tetapi sebenarnya
mengandung titik beda. Menurut Sumadi Suryabrata, pengertian pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat
dikuantifikasikan, baik dengan tes maupun dengan cara-cara lain. Sedangkan
pengertian evaluasi menekankan pengguhaan informasi yang diperoleh dengar
pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat
dan membuat
keputusan-keputusan pendidikan.
Kaitan antara evaluasi dan pengukuran, dijelaskan oleh NasrunHarahap, dan kawan-kawan sebagai berikut.
Pengukuran dan evaluasi mempunyai hubungan yang erat.
Evaluasi memberikan
petunjuk pada bidang-bidang mana diperlukanme-asurement
(pengukuran), sebaliknya evaluasi tidak mungkin dilakukan tanpa pengukuran
Pengukuran dilukukaii atas keicrampilan, kesanggupan dan achievement tiap
individu atau kelompok.
Evaluasi dilaksanakan
berkenaan dengun siluasi sesuatu aspek dibandingkan dengan situasi aspek lain
akhimya terjadilahsuatu gambaran yang menyeluruh yang dapat dipandang dari
berbagai segi. Evaluasijuga dilakukan dengan cara membanding-bandingkan situasi
sekarang dengan situasi yang lampau atau situasi yang sudah lewat.
Apa yang menjadi objek
evaluasi? Evaluasi yang sempurna tidak hanya berobjekkan pada aspek kecerdasan,
akan tetapi mencakup seluruh pribadi anak dalam seluruh situasi pendidikan yang
dialaininya.
Adapun aspek-aspek
kepribadiannya yang harus diperlihatkandan merupakan objek di dalam pelaksanaan
evaluasi tersebut, menurut Nasrun Harahap, dkk. adalah berikut ini.
1. Aspek-aspek tentang
berpikir. meliputi: inteligensi, ingatan, cara menginterpretasi data,
pokok-pokok pengerjaan, pemikiran yang logis, dan lain-lain.
2. Dari segi perasaan
sosialnya, meliputi: kerjasama dengan kawan sekelasnya, cara bergaul, cara
pemecahan masalah sena nilai-nilai sosial, cara mengatasi dan menghadapi sena
cara berpanisipasi dalam kehidupan sosial.
3. Dari kekayaan sosial
dan kewarganegaraan meliputi: pandangan hidup atau pendapatnya terhadap
masalah-masalah sosial, politik, dan ekonomi. Aspek-aspek tersebut masih dapat
dirinci ke dalam hal-hal yang lebih khusus yang disesuaikan dengan keperluan
atau tujuan penilaian.
2. Tujuan dan Fungsi
Evaluasi
Tujuan evaluasi dapat
dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu dan
Simanjuntak, menegaskan bahwa:
1. Tujuan
umum dari evaluasi adalah sebagai berikut.
-
Mengumpulkan data-data yang membuktikan
taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
-
Memungkinkan pendidik/guru menilai
aktivitas/pengalaman yang didapat.
-
Menilai metode mengajar yang
dipergunakan.
2. Tujuan khusus dari evaluasi adalah berikut
ini.
-
Merangsang kegiatan siswa.
-
Menemukan sebab-sebab kemajuan atau
kegagalan.
-
Memberikan bimbingang yang sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
-
Memperoleh bahwa laporan tentang
perkembangan siswa yang 'diperlakukan orang tua dan lembaga pendidikan
-
Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar
dan metode belajar.
Selanjutnya dilihat
dari pelaksanaannya evaluasi mempunyai tiga prinsip pokok. yaitu berikut ini.
a.Prinsip Keseluruhan
b. Prinsip kontinuitas
c. Prinsip objektivitas
3.
Jenis-Jenis Evaluasi
Biasanya evaluasi dapat
dibagi menjadi 4 jenis, yailu evaluasi formatif, sumatif, placement, dan
diagnostik. Keempat jenis evaluasi tersebut, secara singkat akan dibahas dari
segi fungsi. tujuan aspek yang dinilai dan waktu pelaksanaannya.
1.
Evaluasi Formatif
- Fungsi: unluk
memperbaiki proses belajafmcngajar ke arah yang lebih baik, ata i mcmpcrbaiki
program satuan pelajaran yang telah digunakan.
- Tujuan: untuk
mengetahui hingga di mana penguasaan murid tentang bahan yang telah diajarkan
dalam suatu program satuan pelajaran.
- Aspek-aspek yang
dinilai: yang berkenaan dengan hasil kemajuan belajar murid, meliputi:
pengetahuan, keterampilan. sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang
telah disajikan.
- Waktu pelaksanaan:
setiap akhir pelaksanaan saluan program belajar mengajar.
2
Evaluasi Sumatif
-Fungsi: untuk
menentukan angka/nilai murid seielah mengikuti program pengajaran dalam satu
caturwulan, semester, akhir tahun alau akhir dari sualu program bahan
pengajaran dan suatu unit pendidikan. Di samping itu, untuk memperbaiki situasi
proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik serta untuk kepentingan
penilaian selanjutnya.
- Tujuan: untuk
mengetahui taraf hasil bclajar yang dicapai oleh murid setelah menyelesaikan
program bahan pengajarandalam satu caturwuian, semester, akhir tahun atau akhir
suatu program bahan pengajaran pada sualu unit pendidikan tertentu.
- Aspek-aspek yang
dinilai: aspck yang dinilai ialah kemajuan belajar, meliputi: pengetahuan,
keterampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi pclajaran yang sudah
diberikan.
- waktu pelaksanaan:
akhir caturwulan, semester, atau akhir tahun.
3.Evaluasi
Placement (Penempatan)
- Fungsi: untuk
mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak tersebut
dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat.
- Tujuan: untuk
menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya. berdasarkan bakat,
minat. Kemampuan kesanggupan sena keadaan-keadaan lainnya, sehingga anak tidak
mengalami hambatan dalam mengikuti seliap program/bahan yang disajikan guru.
- Aspek-aspek yang
dinilai: meliputi: keadaan fisik, psikis, bakat, kemampuan/pengetahuan,
keterampilan, sikap dan lain-lain aspek yang dianggap perlu bagi kepentingan
pendidikan anak selanjutnya.
- Waktu pelaksanaan: penilaian ini
sebaiknya dilaksanakan sebelum anak mengikuti proses belajar-mengajar yang
permulaan. Atau anak tersebut barn akan mengikuti pendidikan di suatu tingkat
tertentu.