Minggu, 23 Juli 2017

Pendekatan Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak  didik dapat merima didikan dengan baik.
Dewasa ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan. Peserta didik cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep mengenai materi fisika kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun lambat dalam memahami materi pembelajaran fisika
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.   
Sehingga dalam  mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran , pendidik harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.

1.2. Rumusan Masalah
1.    Apa saja pengertian Pendekatan, Strategi, dan Metode pembelajaran?
2.    Apa saja Jenis-jenis Metode Pembelajaran dan Penerapannya?
3.    Apa pengertian dari Pengorganisasian Siswa?

1.3. Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui Pendekatan, Strategi, dan Metode pembelajaran.
2.    Untuk mengetahui Jenis-jenis Metode Pembelajaran dan Penerapannya.
3.    Untuk mengetahui Pengorganisasian Siswa.

1.4. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode library research. yang mana penulis menggunakan buku dan internet sebagai bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai dengan materi yang di kupas dalam makalah ini.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pendekatan, Strategi, dan Metode
      
2.1.1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

2.1.2. Strategi Pembelajaran
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
  1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
  2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
  4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
  1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
  2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).

2.1.3. Metode Pembelajaran
Jadi, metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) STAD (Student Teams Achievement Division); (8) debat, (9) NHT (Numbered Head Together), dan sebagainya.
2.2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran dan Penerapannya
      
2.2.1. Metode Ceramah
Metode ini merupakan metode paling kuno, artinya sejak proses pembelajaran diselenggarakan, metode ceramah merupakan metode yang pertama kali diterapkan oleh para guru. Dalam metode ini, guru menyelenggarakan proses pembelajaran secara lisan, artinya guru menjelaskan secara lisan materi yang harus dipelajari Oleh anak didik.Untuk saat sekarang, metode ini kurang pas sebab orientasi pembelajaran sekarang berpusat kepada anak didik, dan guru hanyalah sebagai fasilitator pendidikan.

2.2.2. Metode Demonstrasi
Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

2.2.3. Metode Diskusi
Metode mengajar yang menghendaki sekelompok siswa ( 3 orang atau lebih ) membahas suatu masalah ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. Contoh : Siswa membahas tentang masalah Pemilihan Umum yang langsung, umum, bebas, dan Rahasia, serta Jujur dan Adil.

2.2.4. Metode Simulasi
Kegiatan belajar dimana siswa ditugasi untuk memerankan atau menirukan perilaku tokoh-tokoh dari suatu situasi atau kejadian yang nyata. Contoh : Siswa ditugasi untuk memerankan berbagai akting seseorang tokoh pada waktu orasi atau membaca laporan pertanggungjawaban dari masing-masing tugas tokoh tersebut.

2.2.5. Metode Laboratorium
Kegiatan belajar yang dilaksanakan dalam suatu laboratorium direncanakan untuk suatu kelompok siswa yang mempelajari suatu bidang studi tertentu termasuk memperaktekkan teori – teori dengan melalui pengamatan, percobaan, riset, mempelajari bahasa asing, termasuk didilamnya belajar dengan jalan demonstrasi, latihan ( drill ) dan praktikum. Contoh : Siswa ditugasi untuk mengamati berbagai kejadian fenomena tentang pembuatan peraturan perundang-undangan dalam gedung DPR/MPR melalui gambar atau foto yang telah ada dalam Laboratorium PPKn.

2.2.6. Metode Pengalaman Lapangan
Kegiatan belajar secara langsung praktek di lapangan kerja yang sesungguhnya. Contoh : Para siswa disuruh mengamati secara langsung bagaimana proses pembuatan Peraturan Daerah,agar lebih jelas.

2.2.7. Metode STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.

2.2.8. Metode Debat
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.



2.2.9. Metode NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.

2.3. Pengorganisasian Siswa
            Dalam dunia pendidikan, peran pengorganisasian siswa dalam halnya untuk mencapai kemaksimalan dalam pembelajaran juga diperluakan. Dalam hal ini management dari seorang guru dan kebijakannya dalam mengambil keputusan setelah melihat keadaan anak didiknya sangat diperlukan.
            Tentu saja bukan hanya teori serta kematangan berfikir dari seorang guru saja yang dibutuhkan, namun disini penjiwaan dari seorang guru untuk menikmati profesinya (bukan pekerjaannya) dan niatan dalam menjadi tenaga pendidik sudah dirasa sangat perlu untuk ditanamkan. Dengan dukungan penjiwaan serta niatan yang baik dari seorang guru, tentu dalam hal management di dalam kelas untuk menentukan cara pembelajaran mana yang paling tepat untuk siswa yang dihadapinya bukanlah menjadi suatu hal yang sulit.
            Dapat diibaratkan sebagai potongan puzzle, pengorganisasian dalam kelas juga memerlukan suatu kecocokan dengan keadaan dalam kelas. Yang mana dalam hal ini perlu diperhatikan situasi serta kondisi ruangan maupun siswa yang ada di dalamnya. Jika keserasian dalam kelas cocok dengan cara pengorganisasian yang diterapkan, tentunya dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar dan kemudian yang akan berdampak pada hasil belajarnya.

2.3.1. Pembelajaran Secara Individual
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan kepada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran individual, guru memberi bantuan pada masing-masing pribadi. Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru memberi bantuan individual secara umum.
Yang memiliki ciri-ciri secara umum dimana dalam pembelajaran ini diberikan kepada siswa keleluasaan untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri sehingga dicapai tujuan yang optimal, dengan kata lain disini siswa sebagai subjek yang belajar dan bukan objek yang diberikan materi sehingga siswa dapat mengetahui perkembangan belajarnya.
Peran guru disini bersifat membantu yang berkaitan dengan menejemen jadwal ataupun kegiatan belajar siswa dan sebagai fasilitator yang mempermudah belajar sehingga perlu diciptakan kedekatan yang terbuka antara guru dan siswa.
Pembelajaran individual diciptakan untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran klasikal. Dari segi kebutuhan belajar, progam ini lebih efektif karena siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri.
Program pembelajaran individual dapat dilaksanakan secara efektif, bila mempertimbangkan hal-hal berikut :
a. Disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa
b. Tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti oleh siswa
c. Prosedur dan cara kerja dimengerti oleh siswa
d. Kriteria keberhasilan dimengerti oleh siswa
e. Keterlibatan guru dalam evaluasi dimengerti oleh siswa.
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan perkembangan individu.
Dalam penekanannya, pembelajaran individual dapat dilakukan dengan model pembelajaran konstruktivistik maupun behavioristik, tergantung pada keadaan siswa ataupun jenjang pendidikannya.
Namun jika diterapkan, pembelajaran secara individual memerlukan waktu yang lebih lama dari pembelajaran klasikal karena dalam pembelajaran secara individual guru harus member bantuan ke masing-masing siswa yang mana tidak dibentuk dengan suatu kelompok.



2.3.2. Pembelajaran Secara Kelompok
Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini dapat terjadi sebab (a) hubungan antar guru dan siswa lebih sehat dan akrab, (b) siswa memperoleh bantuan, kesempatan sesuai dengn kebutuhan, kemampuan dan minat, (c) siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar dan kriteria keberhasilan.
Tujuan utama dari pembelajaran secara kelompok ini adalah memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, mengembangkan sikap sosial, mengembangkan sikap kepemimpinan dalam memecahkan masalah, dan mendinamiskan kegiatan kelompok belajar.
Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah kelompok, kelompok kecil merupakan satuan kerja yang kompak. Perbedaan yang paling mencolok dengan pembelajaran secara individu hanya pada ruang lingkupnya. Jika pembelajaran secara individu guru mendatangi setiap individu, dalam pembelajaran kelompok ini guru mendatangi tiap kelompok, Sehingga disini tiap masalah yang ada diselesaikan dengan berdiskusi.
Dalam pembelajaran kelompok ini guru berperan sebagai pemebentuk kelompok dan memberikan perencanaan tugas kelompok. Selain itu guru juga sebagai pemeberi informasi kepada kelompok, fasilitator, pengendali ketertiban kerja serta pembimbing, dan pengevaluasi hasil belajar kelompok yang mana mencakup hasil kerja, perilaku kelompok, proses kerja kelompok yang kemudian dibandingkan dengan kelompok lain.

2.3.3. Pembelajaran Secara Klasikal
Pembelajaran klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal ini disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efesien. Pembelajaran klasikal berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran.
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari kondisi tempat belajar misalnya ruang kotor, papan tulis atau meja kursi rusak. Dan siswa yang terlibat dalam belajar misalnya dari antar individu ataupun antar sekelompok siswa.
Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Peran guru dalam pembelajaran individu dan pembelajaran kelompok berlaku juga dalam pembelajaran klasikal. Tekanan utama pembelajaran adalah seluruh anggota kelas.


























BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar mengajar yang menyenangkan.
Simulasi sangat ampuh dan efektif karena mereka meningkatkan kewaspadaan siswa dan keterampilan memahami, meningkatkan integrasi keterampilan siswa dalam berbagai konteks kinerja, menyesuaikan diri dengan berbagai tingkat pembelajaran melalui cakupan kinerja dinamis, dan membantu pelajar melihat pola dari waktu ke waktu dalam sistem dinamis

3.2. Saran

Kami selaku penyusun menyarankan agar para calon guru maupun guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai, karena setiap pendekatan mempunyai kelemahan dan keunggulan masing-masing.