Kamis, 23 Februari 2017

Perkembangan Peserta Didik

BAB I
PENGERTIAN PSIKOLOGI

1.  Arti Psikologi Secara Umum
Psikologi berasal dari perkataan Yunani psycheyang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
Berbicara tentang hal jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani yang menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior), yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar. Misalnya: instink, reflex, nafsu, dan sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya.
Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbuatan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohani, sosial, dan lingkungan. Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan, dan kecakapan-kecakapan.
Mengenai soal jiwa sejak dahulu orang sudah memikirkan tentang asal tujuan jiwa, hubungan jiwa dengan jasmani dan sebagainya. Tetapi bagaimana hasilnya? Sampai sekarang belum ada seorang pun yang mengetahui apakah sebenarnya jiwa itu.

Ada yang mengibaratkan bahwa jiwa dan badan itu sebagai burung dan sangkarnya. Burung itu diumpamakan jiwa, sedang sangkar adalah badannya. Bila burung itu terbang terus dan tidak kembali, maka matilah manusia. Ada pula yang mengatakan bahwa jiwa dan badan itu seperti tuan dengan kudanya. Ada lagi yang mengatakan bahwa setelah badan rusak maka jiwa lahir kembali dengan badan baru; dan ada lagi yang mengatakan bahwa setelah manusia itu mati, jiwa tak akan kembali lagi. Jadi tergantung dengan adanya berbagai kepercayaan itu. sampai-sampai ada orang yang memelihara mayat dengan mummi agar jangan rusak, ada pula yang membakar mayat supaya menjadi sempurna, dan sebagainya.
Ilmu jiwa yang berdasarkan atas renungan-renungan untuk mencari jawaban: Apakah jiwa itu? Dari mana asalnya? Bagaimana sifatnya? Di mana tempatnya? Apa tujuannya? Ke mana pergi dan seterusnya, disebut ilmu jiwa kehikatan / ilmu jiwa metafisis (meta = dibalik, sesudah; fisis = alam nyata).
Dalam hal ini aliran baru tidak setuju dan tidak puas dengan renungan-renungan begitu saja. Mereka menggunakan pengalaman dalam mempelajari sesuatu, yaitu dengan mencoba, menyelidiki, membandingkan, menarik kesimpulan, berdasarkan atas kenyataan dan hidup sehari-hari. Ilmu jiwa ini dinamakan ilmu jiwa empiris / ilmu jiwa positif. Namun demikian aliran baru juga tidak meninggalkan sama sekali pada ilmu kehikmatan / metafisis.
Bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain seperti: ilmu pasti, ilmu alam, dan lain-lain, maka ilmu jiwa dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang serba kurang tegas, sebab ilmu ini mengalami perubahan, tumbuh, berkembang untuk mencapai kesempurnaan.
Karena sifatnya abstrak, maka kita dapat mengetahui jiwa secara wajar, melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak tampak, tidak dapat dilihat oleh alat diri kita. Demikian pula hakikat jiwa, tak seorang pun dapat mengetahuinya. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jadi tingkah laku itu merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
Peryataan jiwa itu kita namakan gejala-gejala jiwa, di antaranya mengamati, menaggapi, mengingat, memikirkan, dan sebagainya. Dari itulah orang kemudian membuat definisi: Ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
2.  Pembagian Psikologi
Di samping adanya psikologi metafisis dan psikologi empiris sebagaimana tersebut di atas, maka masih terdapat pembagian lain sebagai berikut :
a.    Berdasarkan atas Lapangan/Obyek yang diselidiki
1.      Psikologi Umum : yaitu ilmu jiwa yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia dewasa yang normal dan beradab.
Di sini yang dipelajari ialah sifat-sifat pada umumnya, artinya persamaan-persamaannya dari manusia dewasa, yang normal dan beradab. Sedang sifat-sifat kejiwaan manusia yang belum dewasa (misalnya anak) manusia yang tidak normal (misalnya orang gila), dan manusia yang tak beradab (misalnya orang primitif), tidak termasuk ilmu jiwa umum, melainkan termasuk dalam ilmu jiwa khusus.
2.      Psikologi Khusus : yaitu ilmu jiwa yang mempelajari sifat-sifat khusus dari gejala-gejala kejiwaan manusia.
Jadi menyelidiki sifat-sifat yang berbeda pada manusia, seperti berbeda umur, kelamin, lapangan hidup, dan lain-lain.
Yang termasuk psikologi khusus adalah, sebagai berikut.
a.       Ilmu jiwa anak, yaitu ilmu jiwa yang mempelajari jiwa anak sejak lahir hingga dewasa.
b.      Ilmu jiwa perkembangan, yaitu mempelajari bagaimana terjadi dan berkembangnya kehidupan jiwa anak-anak normal.
c.       Ilmu jiwa kriminal, yaitu mempelajari soal-soal yang berhubungan dengan kejahatan, misalnya untuk mengetahui dasar dan alasan-alasan berbuat jahat.
d.      Psikopatologi, yaitu mempelajari tentang penyakit-penyakit jiwa / kelainan-kelainan jiwa seseorang.
e.       Ilmu watak (karakterologi), yaitu mempelajari watak seseorang / golongan.
f.        Massa-psikologi, yaitu mempelajari gejala-gejala yang terjadi pada himpunan manusia banyak.
g.       Ilmu jiwa golongan/kemasyarakatan, yaitu mempelajari gejala-gejala jiwa dalam golongan hidup, misalnya guru, hakim, buruh, pelajar, dan sebagainya.
h.       Ilmu jiwa bangsa-bangsa, yaitu mempelajari gejala-gejala dalam tiap-tiap bangsa, misalnya bangsa Indonesia, India, Tionghoa, dan sebagainya.
b.    Berdasarkan atas Kegunaannya/Tujuannya
Berdasarkan kegunaannya ilmu jiwa dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1.      Ilmu jiwa teoretis, ialah ilmu jiwa yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan untuk gejala-gejala itu sendiri. Jadi, belum dihubungkan dengan praktek hidup sehari-hari, melainkan mempelajari gejala-gejala tersebut sebagai pengetahuan saja, untuk menambah pengetahuan tentang kejiwaan.
2.      Ilmu jiwa praktis, ialah ilmu jiwa yang mempelajari segala sesuatu tentang jiwa untuk digunakan dalam praktek.
Termasuk dalam ilmu jiwa praktis adalah sebagai berikut.
a.       Psiko-teknik, yaitu teori tentang cara menetapkan pribadi seseorang dan kecakapannya untuk memegang jabatan tertentu.
b.      Psikologi pendidikan, yaitu mempelajari hal ikhwal jiwa untuk keperluan pendidikan. Jadi, segala gejala-gejala yang berhubungan dengan proses pendidikan dipelajari secara mendalam.
c.       Ilmu jiwa pengobatan, yaitu mempelajari gejala-gejala kejiawaan yang berhubungan dengan penyembuhan penyakit. Para dokter selalu berusaha menyelami jiwa orang-orang yang diobatinya, agar dapat mengetahui sebab yang sebenarnya dari penyakit yang dideritanya, sehingga memudahkan cara mengobatinya.
d.      Ilmu jiwa kriminal, yaitu mempelajari soal-soal yang berhubungan dengan kejahatan. Misalnya untuk mengetahui dasar/alasan berbuat jahat.
e.       Ilmu jiwa pastoral, yaitu mempelajari cara memimpin pengikut sesuatu agama serta meyakinkan pengikutnya kepada ajaran-ajaran agamanya. Umumnya ilmu jiwa ini dipelajari oleh para pemimpin agama.
f.        Psikiatri, yaitu ajaran untuk  menyembuhkan penyakit jiwa/urat syaraf. Ahli penyakit ini disebut psikiater.
g.       Psiko-diagnostik, yaitu teori tentang cara menetapkan tanda-tanda penyakit jiwa.
h.       Psiko-terapi, yaitu cara mengobati cacat-cacat jiwa dengan berbagai metode, misalnya sugesti, hipnotis, psikoanalisis / ungkapan-ungkapan jiwa, dan sebagainya.

3.  Objek Pembahasan Psikologi
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai objek tertentu dalam pembahasannya. Objek ilmu tumbuh-tumbuhan misalnya membicarakan tentang tumbuh-tumbuhan. Objek ilmu hewan ialah dunia hewan. Objek ilmu falak ialah matahari, bulan, bintang, dan seterusnya.
Demikian pula ilmu jiwa juga mempunyai objek, yaitu jiwa. Apakah sebenarnya jiwa itu? Di muka telah disebutkan bahwa sampai sekarang belum ada seorang pun yang dapat mengetahuinya. Ia adalah abstrak, tidak dapat dilihat, didengar, dirasa, dicium, ataupun diraba dengan panca indra kita. Karena itulah maka pada mulanya ia diselubungi oleh rahasia dan pertanyaan gaib, yang oleh ahli-ahli pada zaman itu dicoba menerangkan dan menjawabnya dengan pandangan dan tinjauan filosofis dan metafisis.
Ditinjau dari segi objeknnya, maka psikologi dapat dibagi sebagai berikut.
1.      Psikologi metafisika
Meta = dibalik, di luar; fisika = alam nyata. Yang menjadi objek ialah hal-hal mengenai asal usulnya jiwa, wujudnya jiwa, akhir jadinya sesuatu yang tidak berwujud nyata dan tidak pula diselidiki dengan ilmu alam biasa / fisika. Karena itu psikologi tersebut dinamakan psikologi metafisis.
2.      Psikologi empiris (pengalaman)
Dalam abad-abad kemudian para ahli dan pujangga lebih mengutamakan pada rasio (misalnya Descartes). Ia mengatakan bahwa ilmu jiwa yang benar hanya diperoleh dengan berpikir, bukan dengan pengalaman dan percobaan.
Akal adalah sumber segala kebenaran. Ilmu pengetahuan harus diuraikan dengan kekuatan rasio; yang semenjak lahirnya mengandung pengertian sejati dan kebenaran.
Dipengaruhi oleh aliran rasionalisme, maka para ahli menyelidiki dan menguraikan proses-prose jiwa dan gejala-gejala jiwa.
Bertentangan dengan aliran rasionalisme, maka timbullaah aliran empirisme, yang dipelopori oleh Bacon dan John Locke. Menurut ahli-ahli empiri ini ilmu jiwa tidak dapat didasarkan dan diuraikan dengan falsafah / teologi, melainkan harus berdasarkan pengalaman. Semua peristiwa diamati, dikumpulkan dan dari hasil pengalaman nyata itu diambillah suatu kesimpulan / ketentuan.
Jalan penyelidikan dengan induksi ini seterusnya di dalam perkembangan ilmu jiwa sangat berfaedah, dan Baconlah yang dianggap sebagai Bapak Metode Induktif. Olehnya pernyataan jiwa itu diselidiki dengan jalan empiri dengan pengamatan sendiri dan percobaan. Dalam hal ini John Locke mengatakan, bahwa jiwa adalah bagaikan kertas putih bersih yang dapat dilukis dengan adanya pengalaman-pengalaman. Karena psikologi ini mempelajari gejala-gejala jiwa yang nyata dan positif, maka psikologi ini disebut psikologi positif.
Untuk memperoleh bahan-bahan, psikologi empiri kadang-kadang mempergunakan percobaan / eksperimen. Oleh sebab itu, psikologi empiri juga dinamai psikologi eksperimen.
3.      Psikologi behaviorisme (tingkah laku)
Menurut aliran ini psikologi ialah pengetahuan yang mempelajari tingkah laku (behavior) manusia. Aliran ini timbul pada abad 20, diperoleh oleh Mac Dougall.
Behaviorisme tidak mau menyelidiki kesadaran dan peristiwa-peristiwa psikis, karena hal ini adalah abstrak, tidak dapat dilihat sehingga tidak dapat diperiksa dan dipercayai. Oleh sebab itu ahli-ahli paham ini memegang teguh prinsip-prinsip :
-         Objek psikologi adalah behavior yaitu gerak lahir yang nyata, / reaksi-reaksi manusia terhadap perangsang-perangsang tertentu.
-         Unsur behavior telah reflex, yaitu reaksi tak sadar atas perangsang dari luar tubuh. Maka psikologi ini terkenal dengan nama behaviorisme.



4.  Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu Lain
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari keadaan manusia, sudah barang tentu mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain, yang sama-sama mempelajari tentang keadaan manusia. Hal ini akan memberi gambaran bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak hanya dipelajari oleh psikologi saja, tetapi juga dipelajari oleh ilmu-ilmu lain. Manusia sebagai makhluk budaya maka psikologi akan mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu kebudayaan, dengan filsafat, dengan antropologi, sosiologi, biologi, dan lain sebagainya. Dalam bagian ini akan ditinjau hubungan psikologi dengan beberapa ilmu pengetahuan sebagai berikut :
a.    Hubungan Psikologi dengan Filsafat
Psikologi adalah ilmu yang sudah berkembang sejak abad ke-17 dan abad ke-18 serta tampak pesat kemajuannya pada abad ke-20. Pada awalnya ilmu ini adalah bagian dari filsafat, sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, misalnya ilmu hukum, ekonomi, dan sebagainya. Namun kemudian memmisahkan diri dan berdiri sebagai ilmu tersendiri. Semuanya itu bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu, dan hasil ciptaan itulah yang menjadi objek / sasaran dan merupakan cabang ilmu pengetahuan. Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan objek dari filsafat, yang antara lain membicarakan soal hakikat kodrat manusia, tujuan hidup manusia, dan sebagainya. Sekalipun psikologi pada akhirnya memisahkan diri dari filsafat, namun masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat. Bahkan dapat dikemukakan bahwa ilmu-ilmu yang memisahkan diri dari filsafat itupun tetap masih ada hubungan dengan filsafat, terutama mengenai hal-hal yang menyangkut sifat hakikat serta tujuan dari ilmu pengetahuan.
b.    Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologi. Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan yang cukup cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan mempengaruhi perkembangan metode dalam psikologi. Karenanya sebagian ahli berpendapat, kalau psikologi ingin mendapatkan kemajuan haruslah mengikuti kerja yang ditempuh oleh ilmu pengetahuan alam. Apa yang ditempuh oleh Fechner dan Weber sangat mempengaruhi cara kerja Wilhelm Wundt, yakni dengan menggunakan metode psikofisik, yaitu metode yang tertua dalam lapangan psikologi eksperimental, yang banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam (Wood Worth, 1951). Kenyataan, bahwa karena pengaruh ilmu pengetahuan alam, psikologi mendapatkan kemajuan yang cukup cepat, sehingga akhirnya psikologi dapat diakui sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat, walaupun pada akhirnya, metode ilmu pengetahuan alam ini tidak seluruhnya digunakan dalam lapangan psikologi, oleh karena perbedaan dalam objeknya. Sebab ilmu pengetahuan alam berobjekkan manusia yang hidup, sebagai makhluk yang dinamik, berkebudayaan, tumbuh berkembang, dan dapat berubah pada setiap saat.
Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa psikologi mempunyai hubungan antara lain dengan biologi, sosiologi, filsafat, dan ilmu pengetahuan alam, tetapi tidak berarti bahwa psikologi tidak mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain di luar ilmu-ilmu tersebut. Justru karena psikologi menyelidiki dan mempelajari manusia sebagai makhluk dinamis yang bersifat kompleks, maka psikologi harus bekerja sama dengan ilmu-ilmu lain. Tetapi sebaliknya, setiap cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia akan kurang sempurna apabila tidak mengambil pelajaran dari psikologi. Dengan demikian akan mendapat hubungan timbal balik.
c.     Hubungan Psikologi dengan Biologi
Biologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kehidupan, berarti bahwa semua benda yang hidup menjadi objek biologi. Oleh karena biologi berobjekkan benda-benda yang hidup, maka cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung di dalamnya. Maka baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu itu meninjau dari sudut yang berlainan namun segi-segi tertentu, kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan. Biologi maupun antropologi, keduanya tidak mempelajari perihal proses-proses kejiwaan, dan inilah yang dipelajari oleh psikologi.

Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa disamping adanya hal-hal yang sama-sama dipelajari / diperbincangkan oleh kedua ilmu itu, misalnya soal keturunan. Dalam hal ini baik psikologi maupun antropologi ingin membahasnya, misalnya masalah keturunan, ditinjau dari segi biologi ialah hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain. Soal keturunan juga dibahas/dipelajari oleh psikologi, misalnya tentang sifat, intelegensi, dan bakat. Karena itu kurang sempurna kalau kita mempelajari fisiologi, sebab ilmu-ilmu ini amat membantu di dalam mempelajari psikologi.
d.    Hubungan Psikologi dengan Sosiologi
Manusia sebagai makhluk sosial juga menjadi objek sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, mempelajari manusia di alam masyarakatnya. Karena itu, baik psikologi maupun sosiologi yang sama-sama membicarakan manusia, tidaklah mengherankan kalau pada suatu waktu adanya titik pertemuan di dalam meninjau manusia, misalnya tingkah laku. Tinjauan sosiologi yang penting ialah hidup bermasyarakatnya, sedangkan tinjuan psikologi, bahwa tingkah laku sebagai manifestasi hidup kejiwaan yang didorong oleh moral tertentu hingga manusia itu bertingkah laku / berbuat. Karena adanya titik-titik persamaan ini, maka timbullah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubunganya dengan situasi-situasi sosial. Menurut Gerungan, pertemuan antara psikologi dan sosiologi itulah yang merupakan daerah psikologi sosial.
e.     Hubungan Psikologi dengan Pedagogik
Kedua ilmu ini hampir tidak dipisahkan satu sama lain, oleh karena mempunyai hubungan timbal balik. Pedagogik sebagai ilmu yang bertujuan untuk memberikan bimbingan hidup manusia sejak dari lahir sampai mati tidak akan sukses, bilamana tidak mendasarkan diri kepada psikologi, yang tugasnya memang menunjukkan per-kembangan hidup manusia sepanjang masa, bahkan ciri dan wataknya serta kepribadiannya ditunjukkan oleh psikologi. Dengan demikian, pedagogik baru akan tepat mengenai sasaran, apabila dapat memahami langkah-langkahnya sesuai dengan petunjuk psikologi. Oleh karena sangat eratnya tugas antara keduanya, maka timbul educational psychology (ilmu jiwa pendidikan).

f.      Hubungan Psikologi dengan Agama
Psikologi dan agama merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya, mengingat agama sejak turunnya kepada Rasul diajarkan kepada manusia dengan dasar-dasar yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi psikologi pula. Tanpa dasar agama sulit mendapat tempat di dalam jiwa manusia. Di dalam agama terdapat ajaran tentang bagaimana agar manusia mau menerima petunjuk Tuhannya, sehingga manusia itu sendiri tanpa paksaan bersedia menjadi hamba-Nya yang baik dan taat. Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa di dalam agama itu penuh dengan unsur-unsur pedagogis yang bahkan merupakan esensi pokok dari tujuan agama diturunkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Unsur pedagogis dalam agama tidak dapat mempengaruhi manusia kecuali bilamana disampaikan kepadanya sesuai dengan petunjuk-petunjuk psikologi, dalam hal ini psikologi pendidikan.
Contoh bahwa psikologi dan agama mempunyai hubungan erat dalam memberikan bimbingan manusia adalah terhadap manusia yang berdosa pada manusia yang melanggar norma tersebut dapat mengakibatkan perasaan nestapa dalam dirinya meskipun hukuman lahirnya tidak diberikan terhadapnya. Psikologi memandang bahwa orang yang berdosa itu berarti telah menghukum dirinnya sendiri, karena dengan perbuatan pelanggaran tersebut, jiwa mereka menjadi tertekan, kotor, dan gelap yang apabila yang bersangkutan tidak dapat mensublimasikan (mengalihkan kepada perbuatan yang lebih baik) perasaanya akan mengakibatkan semacam penyakit jiwa (psichistania) yang merugikan dirinya sendiri. Dalam hal demikian itulah pendidik agama sangat diperlukan untuk memberikan jalan sublimatif serta katarsis (pembersihan jiwa) orang yang menderita dosa.
Mengingat eratnya hubungan antara keduanya, akhirnya lahirlah psikologi agama (psychology of religion), yang objek pembahasannya antara lain: bagaimanakah perkembangan kepercayaan kepada Tuhan masa kanak-kanaksampai dewasa dan kapan terjadi kemantapan hidup keagamaan seseorang, bagaimana perbedaan tingkah laku orang yang beragama dengan yang tidak beragama dan lain sebgainya. Tokohnya antara lain: Prof. Rumke, Straton, dan William James.

5.  Tujuan Mempelajari Psikologi
Pada garis besarnya orang yang mempelajari ilmu jiwa adalah untuk menjadikan manusia hidupnya baik, bahagia dan sempurna. Betulkah demikian? Memang, karena ilmu jiwa sekarang ternyata telah memasuki bidang-bidang yang banyak sekali, banyak persoalan-persoalan yang dapat dibantu dan diselesaikan oleh jiwa manusia. Misalnya persoalan-persoalan manusia yang hidup di pabrik, di sekolah, di sawah, dan sebagainya.
Dalam ilmu jiwa manusia tidak ragu-ragu lagi mengubah cara-cara hidup, tingkah laku, dan pergaulan dalam masyarakat.
Dahulu orang menyangka, bahwa orang gila itu disebabkan karena badannya kemasukan setan, tetapi orang sekarang sudah berubah pendapatnya. Dahulu orang menyangka bahwa orang berbuat kejahatan itu hanya terdapat pada orang-rang dewasa saja, tetapi sekarang orang berpendapat bahwa kejahatan itu juga terdapat pada anak-anak, disebabkan warisan dari orang tuanya. Dahulu orang sering marah terhadap anaknya apabila tidak mau belajar, tetapi ahli-ahli psikologi sekarang tidak demikian. Demikian seterusnya.
Apa sebab ahli-ahli psikologi tidak marah terhadap yang tidak mau belajar? Sebab ahli-ahli psikologi sudah mengetahui jiwa anaknya. Mungkin pelajaran yang diberikan kepada anaknya itu tidak sesuai dengan jiwanya dan bakat anak. Karenanya anak tidak mau dan segan belajar.
Pada masa dahulu orang menyuruh anaknya belajar dengan pukulan, tetapi orang sekarang tidak dengan pukulan dan kekerasan. Para ahli telah sependapat bahwa jiwa dan pembawaan manusia itu tidak sama. Di samping itu, masa peka bagi tiap-tiap anaknya pun juga tidak sama. Maka harus ditinjau apakah anak itu sudah waktunya belajar / belum. Kalau memang belum waktunyatentu mereka tidak akan mau belajar.
Jadi tegasnya, ilmu jiwa adalah bertujuan untuk memberi kesenangan dan kebahagiaan hidup manusia. Dan orang yang ingin sukses dalam segala-galanya harus mengetahui dasar-dasar dari ilmu jiwa.
a.       Saudagar, penting mengetahui dasar-dasar jiwa, supaya dapat melayani pembeli dengan baik.
b.      Hakim, tanpa mengetahui dasar-dasar jiwa tak mungkin mereka dapat menjatuhkan hukuman dengan baik / tepat.
c.       Polisi, tanpa mengetahui dasar-dasar jiwa tak mungkin dapat mengetahui dan melaksanakan kepidanaan yang baik.
Disamping itu, ilmu jiwa juga sangat penting dalam kalangan pendidikan, bahkan sangat erat hubungannya. Misalnya:
Ali mengajar si B aljabar. Di sini ada dua objek, yaitu sebagai berikut.
-         Ali harus mengetahui jiwa si B.
-         Ali harus mengetahui pengetahuan aljabar.
Oleh karena adanya ilmu jiwa, maka timbullah soal-soal penting di dalam mengajar dan mendidik. Sebab soal mengajar dan mendidk harus benar-benar mengetahui jiwa seseorang:
Seperti halnya seorang dokter, di dalam mengobati seseorang harus mengetahui soal-soal syaraf, susunan tubuh, dan sebagainya. Begitu juga sopir harus mengetahui tentang onderdil-onderdil mobil dan mesin-mesin dan sebagainya.
Namun demikian, setelah kita mengetahui ilmu jiwa apakah usaha kita selalu sukses 100%: apakah benar-benar dapat bahagia dan sebagainya.
Ternyata belum, karena segala sesuatu benar-benar hanya terletak di tangan Tuhan. Manusia wajib berikhtiar, tetapi sedikit hasil ilmu jiwa yang telah dicapai dalam kehidupan manusia khususnya dalam bidang pendidikan. Hal ini disebabkan adanya:
-         Perbedaan warisan, yaitu sifat yang diwarisi dari orang tua masing-masing berbeda.
-         Perbedaan lingkungan, misalnya: sifat orang Jawa dengan Sumatera berbeda, sebab lingkungan mereka berbeda.
-         Perbedaan kelamin, misalnya sifat orang laki-laki dengan sifat orang perempuan berbeda. Jiwa mereka pun berbeda pula. Dan seterusnya.
Dari uraian-uraian tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan, bahwa tujuan dan gunanya mempelajari ilmu jiwa ialah:
a.       Untuk memperoleh paham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesame manusia pada umumnya dan anak-anak pada khususnya.
b.      Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia / anak.
c.       Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.















BAB II
PSIKOLOGI UMUM

1.  Tingkah Laku Manusia Berbeda dengan Makhluk Lain
Manusia bukan saja merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang harus hidup dengan sesamanya dan selalu membutuhkan kerja sama dengan sesamanya (seperti halnya dengan beberapa jenis hewan tertentu), tetapi lebih dari itu manusia mempunyai kepekaan sosial. Kepekaan sosial berarti kemampuan untuk menyesuaikan perbuatan seseorang akan berbeda-beda kalau menghadapi orang yang sedang marah, sedang gembira, sedang sedih, dan lain-lain. Tingkah laku seseorang juga akan berbeda dalam lingkungan orang-orang yang sedang berpesta, sedang memperingati kematian, / sedang berdiskusi.
Tingkah laku / perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang di saat-saat tertentu) tetapi selalu ada kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya. Misalnya, seorang anak yang masuk sekolah hari ini, akan bersekolah lagi besok dan bersekolah terus bertahun-tahun akhirnya mempunyai kepandaian tertentu dan mendapatkan pekerjaan, mempunyai penghasilan, berkeluarga, berketurunan, dan seterusnya. Pendek kata, tingkah laku manusia tidak pernahberhenti pada suatu saat. Perbuatan terdahulu merupakan persiapan bagi perbuatan yang kemudian sedangkan perbuatan yang kemudian merupakan kelanjutan dari perbuatan sebelumnya. Dengan demikian adalah keliru kalau seseorang memandang masa kanak-kanak / masa remaja misalnya, sebagai suatu tingkat perkembangan yang berdiri sendiri, yang terlepas dari tingkat perkembangan lain dalam kehidupan seseorang.
Tiap-tiap tingkah laku manusia mengarah pada suatu tugas tertentu. Hal ini tampak jelas pada perbuatan-perbuatan seperti belajar / bekerja, tetapi hal ini juga terdapat pada tingkah laku lain yang tampaknya tidak ada tujuannya.
Seorang anak misalnya, yang sedang bermain menyusun benteng dari pasir di pantai laut, tiba-tiba merusak benteng itu dan mendirikan sebuah lagi ditempat lain. Tampaknya anak itu melakukan sesuatu tanpa tujuan, tetapi pada hakikatnya ia sedang mempelajari sifat-sifat pasir, bagaimana kalau dihancurkan dan sebagainya. Bahkan pada orang yang sedang bermalas-malasan beristirahat / berekreasi juga terdapat orientasi pada tugas, karena beristirahat merupakan sebagian dari tugas yang harus dipenuhi agar ia bisa mengumpulkan energy kembali untuk dapat bekerja lagi seterusnya.
Usaha dan perjuangan memang terdapat juga pada makhluk lain selain manusia, misalnya pada kucing yang mengendap-endap mengintai seekor tikus yang akan menjadi mangsanya. Tetapi usaha dan perjuangan pada tingkah laku manusia adalah berbeda, karena yang diperjuangkan adalah sesuatu yang ditentukannya sendiri, yamg dipilihnya sendiri. Ia tidak akan memperjuangkan sesuatu yang sejak semula memang tidak ingin diperjuangkannya. Misalnya seorang akan pergi ke suatu tempat dengan bus.
Calon penumpang bus demikian banyaknya, sehingga tiap orang harus berusaha/bersusah payah kalau mau naik bus. Dalam hal ini meskipun banyak bus tersedia, orang yang bersangkutan hanya akan berusaha naik bus ke jurusan yang dikehendaki saja, sedangkan bus-bus ke jurusan lainnya akan dibiarkannya saja.
Dengan perkataan lain, manusia mempunyai aspirasi yang diperjuangkannya, sedangkan hewan hanya berjuang untuk memperoleh sesuatu yang sudah diberi oleh alam. Harga diri, misalnya adalah suaru aspirasi yang dapat diperjuangkan oleh manusiayang tidak terdapat pada makhluk hidup lainnya.
Unik berarti berbeda dari yang lainnya. Jadi tiap-tiap manusia selalu mempunyai ciri-ciri, sifat-sifat tersendiri yang membedakannya dari manusia-manusia lainnya. Tidak ada dua manusia yang sama di dunia ini. Pengalaman-pengalaman masa lalu dan aspirasi-aspirasinya untuk masa-masa yang akan datang menentukan tingkah laku seseorang di masa kini, dan karena tiap orang mempunyai pengalaman dan aspirasi yang berbeda-beda, maka tingkah laku-tingkah lakunya di masa kini pun berbeda-beda.

2.  Metode Penyelidikan Ilmu Jiwa
Dalam ilmu jiwa kita mengenal adanya 4 macam metode yaitu, sebagai berikut.
a.       Metode observasi, yang meliputi introspeksi, introspeksi eksperimental, dan ekstrospeksi.
b.      Metode pengumpulan, yang meliputi angket, riwayat hidup, dan pengumpulan bahan-bahan.
c.       Metode klinis.
d.      Metode eksperimental, yang meliputi eksperimen dan tes.
a.    Metode Observasi
Metode untuk mempelajari gejala kejiwaan secara mengamati dengan sengaja, teliti, dan sistematis. Metode ini dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu: introspeksi, introspeksi eksperimen, dan ekstrospeksi.
1.      Introspeksi
Ialah metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan meninjau gejala-gejala jiwa sendiri secara sengaja, teliti dan sistematis (intro = ke dalam, spectare = melihat).
Introspeksi adalah sumber tentang pengetahuan jiwa yang utama, karena hanya kesadaran tentang jiwa sendirilah yang dapat dikenal secara langsung. Akan tetapi penyelidikan terhadap jiwa sendiri itu adalah pekerjaan yang sulit dan membutuhkan latihan serta pengertian yang sebanyak-banyaknya, di antaranya sebagai berikut.
Auguste Comte, seorang ahli filsafat Perancis, mengatakan bahwa introspeksi tak mungkin memberi hasil yang baik, karena tak ada orang yang dapat mempelajari peristiwa-peristiwa jiwanya sendiri seperti objektif. Misalnya: seorang yang sedang marah, tak mungkin ia dengan tenang dan objektif menyelidiki jiwanya. Jika ia menyelidikinya, maka hilanglah kemarahan tersebut.
William Stern (Jerman) mengemukakan keberatan-keberatan terhadap introspeksi ialah: bahwa introspeksi yang diselidiki hanya bagian-bagian yang disadari saja, sedang bagian-bagian yang tidak disadari tidak ikut dipelajari. Di samping itu hal-hal yang bersifat rendah kadang-kadang disembunyikan, karena malu dan sebagainya.
Wilhelm Wundt, ahli ilmu jiwa bangsa Jerman, mengatakan bahwa di dalam penyelidikan jiwa sendiri lebih tepat dipakai istilah retrospeksi artinya melihat kembali (retro = kembali). Sebab dalam prakteknya yang kita selidiki itu ialah peristiwa-peristiwa yang lampau, bukan yang sedang terjadi.
2.      Instrospeksi eksperimental
Ialah introspeksi terhadap kejadian, yang ditimbulkan dengan sengaja yang dengan mengadakan percobaan-percobaan (eksperimen). Metode ini diciptakan oleh Oswald Kulpe seorang ahli jiwa Jerman (murid W. Wundt).
Jalannya penyelidikan: kepada orang dikemukakan satu perkataan misalnya: lembu. Setelah orang mencoba mendengar perkataan tersebut ia harus lekas-lekas menyebutkan bagian-bagiannya dengan seteliti-telitinya. Kemudian orang disuruh menceritakan kembali dengan teliti bagaimana ia mendapatkan jawaban-jawabannya (retrospeksi). Karena itu orang mencoba adalah harus orang terpelajar.
3.      Ekstrospeksi
Ialah metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mempelajari peristiwa-peristiwa jiwa orang lain dengan teliti dan sistematis (ekstro =keluar)
Untuk melaksanakan ekstrospeksi ini, kita harus mempunyai bahan-bahan yang bersamaan, artinya kita harus sudah pernah mengalami kejadian-kejadian yang akan kita selidiki itu. Misalnya segala gerak-gerik orang lain, percobaan-percobaan roman muka (mimik), gerakan-gerakan anggota badan (panto mimik) serta perbuatan-perbuatan kita duga sebab, maksud dan tujuannya kemudian kita cocokkan pada diri sendiri.
Jadi sebelum kita mengadakan ekstrospeksi, terlebih dahulu kita harus mengetahui sebab, maksud dan tujuan kejadian-kejadian dalam diri kita sendiri, kemudian barulah kita melakukan ekstrospeksi. Jadi introspeksi adalah dasar utama bagi ekstrospeksi.
b.    Metode Pengumpulan
Ialah metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia dengan cara mengumpulkan sebanyak-banyaknya, kemudian membanding-bandingkannya dan mengambil kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum.
Metode ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, adalah sebagai berikut.

1.      Angket, ialah penyelidikan yang dilakukan dengan memberikan daftar pernyataan mengenai gejala-gejala kejiwaan yang ditujukan kepada sejumlah besar manusia, sehingga berdasarkan jawaban yang diperolehnya dapat diketahui keadaan jiwa seseorang / sekumpulan orang.
Menurut cara mendapatkan jawaban, angket dapat dibagi:
-         Angket langsung: ialah angket yang jawabannya dibuat sendiri oleh orang-orang yang diselidiki. Angket ini dapat menghasilkan yang sebaik-baiknya karena jawabannya berdasarkan introspeksi yang dilakukanoleh yang diselidiki.
-         Angket tak langsung: ialah angket yang dijawab oleh seseorang mengenai keadaan jiwa orang lain. Misalnya, guru menjawab pertanyaan-pertanyaan muridnya, dokte rmenjawab tentang pasiennya, dan sebagainya.
Menurut luas objeknya angket dapat pula dibagi:
-         Angket umum: ialah angket bertujuan memperoleh gambaran selengkap-lengkapnya mengenai jiwa (psikografi) seseorang.
-         Angket khusus: ialah angket yang bertujuan memperoleh gambaran-gambaran khusus mengenai satu hal saja. Misalnya mengenai watak seseorang.
2.      Metode riwayat hidup (biografi) ialah metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mengumpulkan riwayat hidup sebanyak-banyaknya, baik yang ditulis sendiri maupun yang ditulis oleh orang lain. Dalam penyelidikan ini buku-buku harian dan kenang-kenangan besar sekali faedahnya.
3.      Metode pengumpulan bahan-bahan ialah dengan mengumpulkan permainan-permainan, gambar-gambar, karangan-karangan, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dikumpulkan oleh orang tua, guru, lembaga, dan sebagainya. Pekerjaan ini besar sekali artinya dalam penyelidikan perkembangan jiwa anak.
c.     Metode Klinis
Dinamakan metode klinis karana mula-mula dipergunakan di rumah sakit untuk mengobati penyakit. Metode ini berlaku untuk menyelidiki perseorangan, ialah dengan jalan mengikuti orang yang diselidiki sambil mengemukakan pertanyaan-pertanyaan, tetapi selalu dijaga agar jalan pikiran orang yang diselidiki tidak terganggu, sehingga dengan demikian dapatlah dipelajari hidup kejiwaan. Metode ini berguna dalam menyelidiki jiwa anak.
d.    Metode Eksperimental
Ialah dengan sengaja menimbulkan gejala-gejala kejiwaan untuk diselidiki. Metode ini ada 2 macam, yaitu sebagai berikut.
1.      Eksperimen
Ialah pengamatan secara teliti dalam waktu tertentu guna mempelajari gejala-gejala yang ditimbulkan dengan sengaja, untuk menetapkan sifat-sifat yang ditimbulkan dengan gejala-gejala kejiwaan manusia. Jadi tujuan eksperimen ialah untuk mengetahui sifat-sifat umum dari gejala-gejala kejiwaan manusia tersebut misalnya mengenai pikiran manusia, perasaan manusia, kemauan manusia, ingatan manusia, fantasi manusia dan sebagainya. Oleh sebab itu, eksperimen berguna dalam ilmu jiwa umum.
2.      Tes
Ialah suatu percobaan yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab / perintah-perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang kejiwaan seseorang / segolongan orang.
Tujuan dari tes ini ialah untuk mengetahui susunan jiwa dalam hal-hal yang khusus, misalnya kecerdasan seseorang, ingatan, fantasi, dan sebagainya. Karena itu, tes berguna dalam ilmu jiwa khusus. Dan inilah perbedaannya dengan eksperimen.
Macam-mcam tes, adalah sebagai berikut.
Menurut pekerjaan yang diselidiki tes dapat dibagi menjadi beberapa macam, di antaranya:
1.      Tes kecerdasan.
2.      Tes perhatian.
3.      Tes ingatan dan sebagainya.
Menurut orang yang diselidikinya tes dapat dibagi menjadi 2 macam:

1.      Tes perseorangan.
2.      Tes gerombolan.
Menurut cara menilai jawabannya, tes dapat dibagi pula dalam 2 macam, ialah:
1.      Tes alternatif, ialah menilai dengan betul / salah.
2.      Tes gradual, ialah menilai dengan beberapa tingkatan misalnya: salah sama sekali, salah sedikit, agak betul, hampir betul, dan sebagainya.
3.  Pengamatan
Manusia memiliki indra untuk mengamati segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Dari hasil pengamatan itu tinggallah kesan / tanggapan. Proses berfungsinya alat indra terhadap sesuatu akan mengenai indra manusia. Karena manusia itu merupakan makhluk yang aktif maka manusia terhadap situasi lingkungan itu bersifat responsibel. Manusia secara normal akan selalu mencari objek-objek dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya secara sadar maupun secara tidak sadar. Makin baik daya reaksi terhadap lingkungan manusia akan makin banyak memiliki kesan (tanggapan).
Reaksi pengamatan dari seseorang dapat kami gambarkan sebagai berikut.
S – O – R
S: Stimulus (perangsang)
O: Organisasi
R: Respons, reaksi individu setelah terjadinya suatu perangsang.
Dari aktivitas manusia itu akhirnya akan timbul bentuk seperti berikut.
W – S – O – R – W
W : World : lingkungan individu.
Tanggapan yang sesuai benar dengan objeknya disebut tanggapan yang identik.
Dalam proses manusia mengamati lingkungan, sering terjadi kesalahan-kesalahan pengamatan, misalnya:
-         Halusinasi.
-         Ilusi.
-         Ilusi optik.
-         Oxilasi.
Tiap manusia dalam memperoleh tanggapan itu tidak sama, hal ini dipengaruhi macam tipe tanggapan manusia.
Macam-macam tipe tanggapan:
1.      Tipe visual, artinya manusia itu mempunyai ingatan yang baik / kuat dari apa yang dilihat.
2.      Tipe auditif, artinya manusia memiliki ingatan yang kuat dari apa yang didengar.
3.      Tipe motorik, artinya manusia mempunyai ingatan yang kuat dari rangsangan yang bergerak.
4.      Tipe tekstual, artinya manusia mempunyai ingatan yang baik dari apa yang diraba.
5.      Tipe campuran, artinya semua indra memiliki kemampuan yang seimbang, sehingga pada waktu seseorang mengindra menggunakan semua indra.
Karena itu, alam kita mengajarkan harus memberikan kesempatan penggunaan semua indra, agar memperoleh kesan yang baik.
Misalnya dengan peragaan. Dengan tanggapan kita dapat mengasosiasikan dan mereproduksi.
4.  Asosiasi
Asosiasi ialah hubungan antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lain dan saling mereproduksi. Dalam aliran ilmu jiwa daya, hukum asosiasi ini berlaku (Berbart dan Aristoteles).
1.      Hukum serempak, artinya tanggapan-tanggapan yang serempak timbul bersama-sama. Contoh: meja, kursi, papan, mangga, dan sebagainya.
2.      Hukum berurutan, artinya tanggapan yang mempunyai urutan timbul berhubungan dan berurutan.
Contoh: 1 – 2 – 3 – 4
Indonesia raya merdeka
              5 – 10 – 15
3.      Hukum persamaan, artinya tanggapan yang hampir sama berhubungan dan saling mereproduksi.
Contoh:
            Belut – ular sendok
            Potret – orangnya – bajunya.
4.      Hukum berlawanan, artinya tanggapan-tanggapan berlawanan berhubungan dan saling mereproduksi.
Contoh:
            tinggi – rendah
            perang – aman
            bodoh – pandai, dan sebagainya.
5.      Hukum sebab-akibat
Tanggapan –tanggapan yang mempunyai hubungan sebab akibat berhubungan dan mereproduksi.
Contoh:
            hujan – banjir
            bodoh – tak lulus, dan sebagainya.
Reproduksi artinya kemampuan jiwa untuk mengeluarkan kembali tanggapan dan kesadaran.
a.       Reproduksi dengan perantara, artinya timbulnya itu akibat adanya perangsang dari luar.
Misalnya: kapan penduduk Jepang di Indonesia?
b.      Reproduksi tanpa perantara, yaitu reproduksi yang datang dengan sendirinya.
c.       Reproduksi terikat, yaitu reproduksi yang timbulnya dengan sengaja.
d.      Reproduksi bebas, yaitu reproduksi yang timbulnya tidak disengaja dan timbulnya itu bersifat apa adanya.
Dalam mengenal hukum-hukum asosiasi itu sebenarnya kami cenderung pada pandangan ilmu jiwa modern, yaitu bahwa hukum asosiasi bukan banyak seperti tersebut diatas, tetapi hanya satu ialah hukum kontinuitas artinya taggapan-tanggapan yang berdekatan / berasosiasi, tanpa mengingat, serempak, berlawanan, / berurutan.
Asosiasi itu dipengaruhi oleh:
1.      Keadaan jasmani seseorang.
2.      Tipe-tipe seseorang.
3.      Keperluan bereaksi terhadap perangsang.
5. Ingatan (Memory)
Yaitu suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan mereproduksi kembali kesan-kesan/tanggapan/pengertian.
Memory/ingatan kita dipengaruhi oleh:
1.      Sifat seseorang.
2.      Alam sekitar.
3.      Keadaan jasmani.
4.      Keadaan rohani (jiwa).
5.      Umur manusia.
Ingatan itu digolongkan menjadi 2, yaitu:
1.      Sifat seseorang.
2.      Alam sekitar.
3.      Keadaan jasmani
4.      Keadaan rohani (jiwa)
5.      Umur manusia.
Ingatan itu digolongkan menjadi 2, yaitu:
1.      Daya ingatan yang mekanis, artinya kekuatan ingatan itu hanya untuk kesan-kesan yang diperoleh dari pengindraan.
2.      Daya ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk tanggapan-tanggapan yang mengandung pengertian.
Sehubungan dengan adanya ingatan yang berlainan, maka dalam mengajar, guru perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Terutama guru memperhatikan segi kelemahannya, yaitu:
a.       Dalam menerapkan jangan terlalu cepat penyelesaian bahan pengajaran
b.      Jangan terlalu banyak bahan yang diajarkan.
c.       Bahan pengajaran itu harus sering diulang setiap saat (ingat hokum Jost) 10 x 2 5 x 4.
d.      Mengusahakan dalam mengajar, guru memberikan kesempatan penggunaan alat indra yang sebaik-baiknya sehingga hasil pengamatan itu mendekati kenyataan, memberi kesan yang dalam dan memperoleh tanggapan yang sejelas-jelasnya.
e.       Melatih anak untuk menggunakan cara-cara yang baik dalam menghafal, yaitu metode K, B, dan C.
Hal-hal yang mudah teringat ialah:
1.      Suatu hal yang sesuai dengan perasaannya.
2.      Hal-hal yang kita alami sebaik-baiknya.
3.      Hal-hal yang menimbulkan minat perhatian.
4.      Hal-hal yang mengandung arti bagi seseorang.
Gangguan ingatan manusia.
1.      Lupa : Suatu peristiwa seseorang tidak dapat mereproduksi tanggapan meskipun               ingatan kita dalam keadaan sehat.
2.      Amnesia : yaitu peristiwa seseorang tidak mereproduksi tanggapan, karena ingatan dalam keadaan tidak sehat. Misalnya geger otak.
3.      Paramnesia : amnesia yang ringan, jadi masih mampu mengingat sedikit-sedikit.
4.      Dayayu : yaitu peristiwa seakan-akan belum kenal sesuatu yang sebenarnya belum.
5.      Jemais yu : ialah peristiwa seakan-akan belum kenal kepada sesuatu yang sebenarnya sudah.
6.      Depersonalis : yaitu suatu peristiwa seseorang tidak mengenal dirinya sendirinya.
7.      Derealis : yaitu suatu peristiwa seseorang merasa asing di dalam alam yang riil, yang sebenarnya.
Misalnya: Seseorang yang naik kapal terbang, ia hanya merasa bermain-main saja, maka ada kecenderungan untuk lari keluar pintu. Hal ini sangat berbahaya.
Atas hasil eksperimen gejala ingatan itu dapat dan banyak digunakan di sekolah, yaitu:
1.      Bahwa ingatan itu bersifat individual (ingat tipe tanggapan).
2.      Keadaan jasmani mempengaruhi prestasi ingatan.
3.      Prestasi ingatan itu dapat diperlukan dengan:
a.       Pemberian secara logis.
b.      Pemberian secara sistematis.
c.       Pemberian secara skematis.
4. Memperbanyak latihan-latihan fungsi.
5. Ingatan itu baik, jika bahan itu diberikan sebagian-sebagian disertai ulangan-ulangan (Jost)  
6. Memperhatikan tipe-tipe tanggapan anak.
7. memperhatikan lingkungan yang baik agar prestasi ingatan itu meningkat.
6. Fantasi
Yaitu suatu daya jiwa yang dapat membentuk tanggapan baru berdasarkan tanggapan-tanggapan yang sudah ada (lama).
Menurut aliran ilmu jiwa modern memberikan pengertian, suatu daya jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Dalam fantasi ini, manusia dapat menciptakan sesuatu yang belum ada, sehingga merupakan suatu kreasi. Menurut jenisnya fantasi itu dibedakan:
1.      Fantasi menciptakan.
2.      Fantasi terpimpin.
3.      Fantasi melaksanakan.
Fantasi menciptakan artinya, fantasi yang benar-benar menghasilkan sesuatu yang baru.
Fantasi terpimpin, artinya fantasi yang timbul karena sesuatu perangsang dari luar.
Fantasi melaksanakan, artinya fantasi yang berada di antara fantasi menciptakan dan fantasi terpimpin. Misalnya pada waktu orang menyanyikan suatu lagu, sesuai dengan isi/irama lagu.
Berdasarkan pengertian dalam fantasi itu, maka sebenarnya pengambilan bentuk:
a.       Mengabstraksi (abstraherend).
b.      Menentukan (determinerend).
c.       Menghubungkan (combinerend).
Guna fantasi dalam kehidupan.
1.      Dengan fantasi para seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru yang dapat kita nikmati.
2.      Menimbulkan simpati pada sesama manusia.
3.      Dapat mengambil kemanfaatan (inti) sejarah.
4.      Dapat merencanakan hidup kita di kelak kemudian.
5.      Dapat merintangi dan mengurangi kesedihan kita.
Bahaya fantasi
1.      Jika fantasi itu terjadi berlebih-lebihan pada seseorang akan terjadi keputusan dalam lamunan.
2.      Karena kiita dikuasai fantasi akan timbul rasa berdosa.
3.      Timbul pengertian dalam pepatah “Besar pasak daripada tiang”.
4.      Menimbulkan fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa pimpinan.
Macam-macam tes fantasi.
1.      Tes Binet          : melengkapi gambar.
2.      Tes Masselon   : tes tiga kata.
3.      Tes Hindustri    : yaitu tes yang digunakan dua bahasa yang sudah dan belum dikenal oleh  anak, dan artinya bisa dijodohkan dalam baris kanan dan kiri.
4.      Tes Obsurditi    : tes kemustahilan, yaitu cerita disuruh mencari kemustahilan dalam isi cerita itu.
5.      Tes Rorcharch  : yaitu tes menelaah bentuk gambar.
6.      Tes Decoupage: yaitu tes yang dilipat lalu digantung, kemudian gambar apa yang terjadi dalam guntingan.
Nilai fantasi dalam pendidikan.
1.      Dengan fantasi dapat digunakan dalam pelajaran sejarah, ilmu bumi, ilmu alam, dan sebagainya.
2.      Dengan memahami fantasi kita tidak akan lekas memberikan hukuman kepada anak didik.
3.      Dapat membentuk / mempengaruhi watak anak didik (fantasi terpimpin).
4.      Dengan alat-alat pelajaran/pengajaran untuk dapat mengembangkan fantasi anak didik secara luas dan leluasa.
7. Berpikir
Berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita. Berpikir itu merupakan proses yang “dialektis” artinya selama kita berpikir, pikiran kita dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan kita. Dalam berpikir kita memerlukan alat yaitu akal (ratio). Hasil berpikir itu dapat diwujudkan dengan bahasa. Intelegensi yaitu suatu kemampuan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru secara cepat dan tepat.
Hubungan-hubungan yang terjadi dalam proses berpikir.
1.      Hubungan sebab musabab.
2.      Hubungan tempat.
3.      Hubungan waktu.
4.      Hubungan perbandingan.
Proses yang dilewati dalam berpikir.
1.      Proses pembentukan pengertian, yaitu kita menghilangkan ciri-ciri umum dari sesuatu, sehingga timbul ciri khas dari sesuatu tersebut.
2.      Pembentukan pendapat, yaitu pikiran kita menggabungkan (menguraikan) beberapa pengertian; sehingga menjadi tanda masalah itu.
3.      Pembentukan keputusan, yaitu pikiran kita menggabung-gabungkan pendapat tersebut.
4.      Pembentukan kesimpulan, yaitu pikiran kita menarik keputusan-keputusan dari keputusan yang lain.
Pada waktu kita membentuk pengertian itu ada tiga macam.
a.       Pengertian pengalaman, artinya pengertian yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang berturut-turut.
b.      Pengertian kepercayaan, artinya pengertian yang terbentuk dari kepercayaan.
c.       Pengertian logis, yaitu pengertian yang dibentuk tingkat yang satu ke tingkat yang lain.
Dengan pengertian itu kita dapat berpikir secara teliti, cepat, dan benar.
Dalam mengambil kesimpulan ada 3 macam kesimpulan yaitu:
1.      Kesimpulan induksi.
2.      Kesimpulan deduksi.
3.      Kesimpulan analogi.
Kesimpulan induksi artinya kesimpulan yang ditarik dari keputusan-keputusan yang khusus, untuk mendapatkan yg umum.
Kesimpulan deduksi, artinya kesimpulan yang ditarik dari kesimpulan umum untuk mendapatkan keputusan khusus.
Kesimpulan analogis, artinya kesimpulan yang ditarik dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain, yang sudah kita kenal kurang teliti, sehingga kesimpulan analogi ini biasanya kurang benar.

Contoh:            Ibu sakit, tidur.
                        adik tidur
                        adik sakit
Perkembangan pikiran anak sejalan dengan perkembangan kesadarannya, yaitu:
-         Taraf konkret.
-         Taraf bagan.
-         Taraf abstrak.
Adakah hubungan antara berpikir dan bahasa?
Menurut suatu pendapat bahwa hubungan antara bahasa dan berpikir itu mutlak, sebab berpikir itu sebenarnya berbicara dengan batin, dan berbicara adalah berpikir yang dilisankan.
Pendapat lain bahwa antara bahasa dan berpikir itu tidak ada hubungannya dengan bukti bahwa sesuatu yang dipikirkan, tetapi tidak dapat diwujudkan dalam bahasa.
Di dalam berpikir itu ada istilah-istilah tentang:
1.      Pengetahuan artinya, tanggapan-tanggapan, pengertian-pengertian, keputusan-keputusan yang ada dalam jiwa manusia.
2.      Akal, alat untuk berpikir / daya jiwa yang meletakkan hubungan antara pengetahuan-pengetahuan.
3.      Ilham/wahyu, artinya sesuatu yang langsung yang diberikan kepada nabi.
Proses berpikir menurut beberapa pendapat:
a.       Menurut ilmu jiwa asosiasi: yaitu bahwa berpikir itu berlangsung secara mekanis menarik tanggapan-tanggapan yang sejenis dengan tanggapan tak sejenis.
b.      Menurut ilmu jiwa apersepsi. Dalam prooses berpikir itu jiwa adalah aktif memberikan arah dan mengatur proses itu.
c.       Menurut aliran ilmu jiwa berpikir, yaitu bahwa berpikir merupakan pergaulan antara pengertian-pengertian; sehigga proses berpikir itu dirahkan oleh:
1.      Soal yang dijumpai.
2.      Berpikir itu menggunakan pengertian-pengertian yang kompleks.
3.      Berpikir itu menggunakan bagan.
4.      Berpikir itu memerlukan cara-cara tertentu.
8. Inteligensi
a.       Menurut W. Stern, inteligensi adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam situasi yang baru.
b.      Menurut Vaan Hoes, inteligensi merupakan kecerdasan jiwa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi:
1.      Pembawaan.
2.      Kematangan.
3.      Pembentukan.
4.      Minat.
Pendapat-pendapat mengenai pengembangan inteligensi.
Menurut Binet, W. Stern, Bobertag bahwa inteligensi itu tidak dapat dikembangkan (tetap).
Menurut Prof. Kohnstam, bahwa inteligensi itu dapat dikembangkan. Adapun pengembangan ini hanya segi kualitasnya yang dipenuhi dengan:
a.       Pengembangan itu hanya sampai pada batas kemampuan saja.
b.      Terbatas pada segi peningkatan mutu inteligensi.
c.       Cara-cara berpikir secara metodis.
Intuisi adalah suatu bentuk berpikir yang prosesnya setengah tidak disadari, hasilnya timbul secara spontan yang mengandung kebenaran, dan prosesnya tidak melalui proses berpikir (tingkat-tingkat berpikir).
Macam-macam tes inteligensi.
1.      Test Binet Simon yang diperbaiki oleh Rubertag ini untuk menyelidiki inteligensi anak antara umur 3 – 15 tahun, sehingga dari hasil itu dapat mengetahui IQ seorang anak.
2.      Brightness test / test Mosselon yaitu test three words (tes 3 kata).
3.      Telegram test, yaitu disuruh membuat berita dalam bentuk telegram.
4.      Definitie, disuruh mendefinisikan sesuatu.
5.      Wiggly test, yaitu menyusun kembali balok-balok kecil yang semula tersusun menjadi satu.
6.      Stenquist test, disuruh mengamati sesuatu benda sebaik-baiknya, lalu dirusak kemudian disuruh membentuk kembali.
7.      Absurdity test, yaitu disuruh mencari keanehan yang terdapat dalam suatu bentuk cerita.
8.      Medallion test, yaitu disuruh menyelesaikan gambar yang belum jadi / baru sebagian.
9.      Educational test (scholastik test), yaitu tes yang biasanya diberikan di sekolah-sekolah.
9. Perasaan
-         Suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut “rasa senag dan tidak senang”.
-         Suatu pernyataan jiwa yang sedikit banyak bersifat subjektif dalam merasakan senang / tidak senang.
Perasaan ini mempunyai sifat-sifat:
1.      Senang dan sedih / tidak senang.
2.      Kuat dan lemah.
3.      Lama dan sebentar.
4.      Relatif.
5.      Tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan.
Perasaan jiwa manusia itu digolongkan menjadi 2:
1.      Golongan Eukoloi = golongan orang yang selalu merasa senang, gembira, dan optimis.
2.      Golongan Diskoloi = golongan orang yang selalu sedih / tidak tenang, murung, dan pesimis.
Nilai Perasaan:
1.      Nilai perasaan bagi manusia pada umumnya:
a.       Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan alam sekitarnya.
b.      Kita dapat ikut serta mengalami.
c.       Menimbulkan rasa senasib dan sekewajiban sebagai manusia (perasaan religious).
d.      Dapat membedakan antara makhluk bahwa manusia merupakan makhluk yang mempunyai perasaan.
2.      Nilai perasaan dalam pendidikan:
a.       Dapat mendidik ke arah kebaikan dan keburukan.
b.      Dapat menimbulkan kebahagiaan terutama perasaan rohani.
c.       Jangan cerita yang menimbulkan rasa takut kepada anak didik.
d.      Menghindarkan perasaan rendah diri pada anak didik.
e.       Dapat menanamkan rasa intelek pada anak didik.
Hal-hal yang berhubungan dengan pengertian perasaan yaitu:
1.      Suasana hati, keadaan perasaan seseorang yang dipengaruhi oleh jasmani dan rohani.
2.      Nafsu, perasaan yang kuat sekali yang berlangsung lama.
3.      Afek, perasaan yang sangat kuat dan datangnya mendadak.
4.      Kepekaan perasaan, kepekaan seseorang terhadap rangsangan.
5.      Cita rasa, kepekaan berasa yang dapat menentukan bagus / tidaknya sesuatu.
6.      Seni, yaitu daya perasaan yang dapat dipergunakan untuk menciptakan sesuatu yang indah.
7.      Perasaan diri, perasaan yang dapat menghasilkan sesuatu keindahan.
8.      Mode, yaitu sesuatu yang timbul karena hasrat meniru dan sesuai dengan perasaannya.
9.      Kata hati, daya perasaan yang membedakan baik dan buruk.


10. Kemauan/Kehendak
Yaitu  fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, dan merupakan kekuatan dari dalam. Dalam mengenai gejala ini perlu memahami pula arti sebagai berikut.
Dorongan: suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung secara tak disadari.
Dorongan untuk mencapai syarat hidup tertentu disebut tropisme. Dorongan hidup yang bekerja tanpa disadari disebut otomatisme.
Semua dorongan manusia itu berpangkal pada 3 macam dorongan:
1.      Dorongan mempertahankan diri.
2.      Dorongan mempertahankan jenis.
3.      Dorongan mengembangkan diri.
Proses kemauan yang memilih dan menentukan disebut keputusan kata hati.
Proses kemauan sampai pada tindakan (perbuatan) itu melalui beberapa tingkat.
a.       Motif (alasan, dasar, pendorong).
b.      Perjuangan motif, sebelum mengambil keputusan itu sebenarnya dalam batin sudah ada motif yang bersifat luhur dan rendah.
c.       Keputusan, kita mengadakan pemilihan antara motif.
11. Gejala Jiwa Campuran
Yang termasuk gejala jiwa campuran yaitu:
1.      Perhatian.
2.      Kelelahan.
3.      Sugesti/saran.
Menurut LC Bigot dan Kohnstam ketiga hal tersebut dijadikan satu menjadi gejala jiwa campuran.
Karena:
a.       Gejala jiwa ini tidak dapat dimasukkan ke dalam gejala-gejala jiwa yang sudah kita pelajari.
b.      Karena pernyataan jiwa ini merupakan campuran dari ketiga-tiganya.
Pemisahan ini hanya bertujuan agar mudah cara mempelajarinya.
1.      Perhatian, yaitu konsentrasi / aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian dengan mengesampingkan yang lain.
2.      Kelelahan, semacam peringatan dari jiwa kita kepada jiwa dan rasa, yang sudah mempergunakan kekuatan secara maksimal.
3.      Saran, pengaruh terhadap jiwa dan laku seseorang dengan maksud tertentu sehingga pikiran perasaan dan kemauan terpengaruh olehnya, tanpa dengan pemikiran / pertimbangan.
1.      Perhatian
Macam-macam perhatian:
a.       Perhatian keindraan.
b.      Perhatian kerohanian.
c.       Perhatian yang disengaja.
d.      Perhatian yang tidak disengaja.
Hal-hal yang dapat menarik perhatian:
a.       Yang sudah dikenal.
b.      Yang aneh baginya.
c.       Yang menyolok.
d.      Yang sesuai tingkat perkembangan jiwa.
e.       Yang sesuai dengan minatnya.
Perhatian tidak dapat tetap, dan dipengaruhi oleh:
1.      Keadaan jasmani.
2.      Keadaan rohani.
3.      Lingkungan.
4.      Bakat/tipe perhatian.
Macam tipe perhatian.
a.       Tipe memusat.
b.      Tipe memancar/membagi.
Tes untuk mencari perhatian yaitu macam tes Bourd-on. Mencoret angka-angka tertentu dari sejumlah deretan angka.
2. Kelelahan
a.       Kelelahan jasmani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kerja jasmani.
b.      Kelelahan rohani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kegiatan rohani.
Mengingat hal tersebut maka dalam pengajaran:
-         Harus menarik perhatian.
-         Harus disusun daftar pelajaran yang didasarkan kelelahan anak.
-         Sikap guru harus menyenangkan para siswa.
-         Berilah hadiah kepada anak yang sudah lelah jasmani dan rohaninya.
3. Saran (sugesti)
Memberikan pengaruh kepada seseorang, sehingga orang tersebut mengikutinya.
Orang yang sudah kena pengaruh disebut: sugestible. Sedang orang yang pandai memberikan pengaruh disebut: sugestif.
Cara-cara memberi sugesti:
a.       Dengan memuji/membujuk.
b.      Dengan menakut-nakuti orang yang disugesti.
c.       Dengan menunjukkan kelemahannya.


Alat-alat sugesti ialah:
a.       Pandangan mata.
b.      Dengan suara/kata-kata.
c.       Dengan air muka.
d.      Dengan suri teladan.
e.       Dengan gambar-gambar.
f.        Dengan semboyan-semboyan.
Karena pentingnya sugesti, maka sugesti ini sering digunakan dalam kehidupan yaitu:
a.       Pengobatan / dokter/dukun.
b.      Demonstrasi-demonstrasi
c.       Pada diri sendiri (auto sugesti).
d.      Dalam rapat-rapat raksasa.
e.       Pada obat/guna-guna.
f.        Pada pemeriksaan terdakwa.
g.       Di sekolah/pendidikan.
h.       Dalam perdagangan perusahaan dan sebagainya.
Akibat sugesti ini ialah:
a.       Jiwa individu luluh menjadi jiwa masa.
b.      Jiwa masa itu menjadi jiwa yang kasar.
c.       Kesanggupan berpikir lunak.
d.      Jiwanya menjadi instinktif.
e.       Perasaan yang timbul itu hanya sesaat.
f.        Dalam masa perasaannya menjadi kuat, dan pendorong.
Agar sugesti itu berhasil harus dicari:
a.       Penggunaan alat sugesti yang tepat.
b.      Sugesti itu diberikan pada saat orang lelah.
c.       Diberikan secara sungguh-sungguh.
d.      Arah sugesti itu ditunjukkan dengan nyata.
e.       Tujuannya ditunjukkan sejelas-jelasnya.
Guna sugesti dalam pendidikan:
a.       Dengan sugesti yang positif anak yang malas jadi rajin.
b.      Mendorong diri sendiri (auto sugesti).
c.       Mengurangi kesukaran dalam pelajaran.
d.      Dengan keteladanan sugesti menjadi lebih kuat.
e.       Dengan cara roman muka, suara yang baik akan lebih berhasil.
f.        Menggunakan semboyan-semboyan yang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar di sekolah.
Dengan memahami semua gejala jiwa tersebut di atas, dapat dipakai sebagai pedoman psikologi khusus.










                         
BAB III
PSIKOLOGI ANAK

1.  Sejarahnya
Sebenarnya pendidikan anak itu sudah dimulai sejak Yunani dan Romawi Kuno, namun belum memandang anak tidak sebagaimana mestinya.
Pada abad ke-17 Yohan Amos Comenius yang pertama kali memandang anak sebagai anak didik yang mempunyai sifat-sifat tertentu, yang tidak boleh dipandang sebagai orang dewasa. Ini tertulis dalam buku Didactica Magna.
Pada abad ke-18 (abad rasionalisme) yang dipelopori oleh Jean Yaques Rousseau memandang anak sebagai anak.
Yean Johan Heinrich Pestalozzi, mempelajari kelakuan anak dalam masa permainan.
W. Stern, mempelajari kehidupan anak sebagai tinjauan pendidikan dan ketabiban.
Frederich Frobel menaruh cinta kepada anak dalam kehidupannya, dengan mendirikan taman kanak-kanak yang terkenal dengan nama Kinder Garden.
Kinder – anak
Garden – kebun – taman
Wilhelm Preyer, terkenal dalam penyelidikan tentang perkembangan anak sejak embrio sampai 3 tahun, yaitu tentang gerak-gerik perkembangan jasmani, dan perkembangan bahasanya.
G. Stanley Hall, mendirikan perkumpulan nasional untuk pendidikan kanak-kanak pada abad 19 merupakan perkembangan dalam ilmu jiwa. W. Stern, dalam bukunya Psikologi Anak yang membahas anak dalam segi kepribadian.
Karl Buhler, yang membahas masalah jiwa anak dalam tinjauan segi berpikir. K. Koffka meninjau dari segi ilmu jiwa Gestalt.
Ketiga tokoh ini mengikuti pandangan bahwa perkembangan jiwa itu bersifat asosiatif, yang sesuai dengan pandangan Johan Frederich Herbart.
2.  Kedudukan dan Tugas Psikologi Anak
Sehubungan dengan psikologi anak merupakan psikologi yang mempunyai objek sendiri, yaitu:
1.      Psikologi kanak-kanak (0 – 5 tahun).
2.      Psikologi anak dari (6 – 12 tahun).
3.      Psikologi remaja dari (12 – 20 tahun).
4.      Psikologi adolesen (psikologi umum).
Dengan demikian objek pokok dari psikologi perkembangan mempelajari tingkah laku anak dalam masa umur 6 – 12 tahun.
Dipelajari secara khusus ini karena dalam masa-masa itu tampak pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda dari masa-masa sebelum dan sesudahnya.
Jadi, psikologi anak mempelajari ciri-ciri khusus yang terdapat di antara masa kanak-kanak dan masa puber (remaja).
3. Manfaat Psikologi Anak bagi Pendidikan
Di atas telah dikemukakan bahwa mempelajari psikologi anak adalah:
1.      Untuk perkembangan ilmu itu sendiri.
2.      Guna pengobatan dalam bentuk kelainan tingkah laku anak.
3.      Dalam hubungannya dengan pendidikan.
Tokoh-tokoh yang menggunakan dasar pendidikan atas perkembangan psikologi perkembangan adalah:
a.       Frobel di Jerman.
b.      Dr. Maria Montessori di Amerika.
Menurut Langeveld bahwa:
1.      Perkembangan anak itu dipengaruhi oleh alam lingkungannya.
2.      Dalam usaha mendidik anak, pendidikan yang bertanggung jawab oleh karena itu pendidikan harus merumuskan sebaik-baiknya.
3.      Dalam usaha mendidik belum ada usaha sempurna yatu dalam usahanya mengembangkan yang positif yang ada pada anak.
Dalam pembahasan fase-fase perkembangan anak tiap ahli mempunyai pandangan yang berbeda-beda, misalnya:
1.      Y. Byl, membagi fase anak sebagai berikut:
a.       Fase bayi 0,0 – 0,2.
b.      Fase tetek 0,2 – 1,0.
c.       Fase pencoba 1,0 – 4,0.
d.      Fase menentang 2,0 – 4,0.
e.       Fase bermain 4,0 – 7,0.
f.        Fase sekolah 7,0 – 12,0.
g.       Fase pueral 11,0 – 14,0.
h.       Fase pubertas 15,0 – 18,0.
2.      Aristoteles
Anak dari lahir sampai dewasa digolongkan dalam 3 periode yaitu:
a.       Masa anak kecil bermain: 0,0 – 7,0.
b.      Masa anak belajar: 7,0 – 14,0.
c.       Masa pubertas menuju dewasa: 14 – 21.
3.      Kretschmer
a.       Periode I (Fullunge periode I) = 0,0 – 3,0.
b.      Periode I (Storking periode) = 3,0 – 7,0.
c.       Periode II (Fullunge periode) = 7,0 – 13,0.
d.      Periode II (Storking periode II) = 13,0 – 20,0.
4.      Montessori
a.       Periode penerimaan dan pengaturan alat indra = 0,0 – 7,0.
b.      Periode perencanaan abstrak = 7,0 – 12,0.
c.       Periode mempertahankan diri = 18,0 - …………….
5. Sis Heyster
a.       Stadium I = 4,0 – 8,0.
b.      Stadium II = 8,0 – 10,0.
c.       Stadium III = 10,0 – 12,0.
Para ahli dalam mengamati perkembangan anak, seakan-akan ada aturan tertentu, sehingga cenderung mengatakan aturan sebagai suatu hukum yaitu:
1.      Hukum tempo perkembangan artinya, anak mempunyai tempo yang berlainan pada fase satu dengan fase lain.
2.      Hukum irama perkembangan, anak dalam perkembangan itu mempunyai irama sendiri-sendiri, ada yang lambat ada yang cepat.
3.      Hukum konvergensi, dalam perkembangannya anak itu terjadi dari pengaruh luar dan dalam.
4.      Hukum masa peka, dalam mengalami perkembangan tertentu sampai pada puncaknya (masa peka).
5.      Hukum kesatuan organis, perkembangan meliputi psiko-fisis dan sosial individual.
6.      Hukum predistinasi, perkembangan itu terjadi karena kehendak kodrat.
4. Hal-Hal yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Dalam perkembangan manusia ada beberapa aliran / pendapat antara lain:
a.       Aliran konvergensi, bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh factor dasar dan ajar. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern.
b.      Aliran nativisme, yaitu bahwa yang membentuk pribadi manusia itu berbentuk / berasal dari faktor-faktor dari dalam. Aliran ini dipelopori oeh Yean Yaques Rousseau.
c.       Aliran empirisme, yaitu pribadi manusia ini ditentukan oleh faktor dari luar. Teorinya disebut tabularasa. Pandangan ini dipelopori oleh John Locke.
Menurut teori ini faktor dari luar lebih menentukan pada faktor dari dalam.
Menurut W. Stern pribadi manusia itu dibentuk dari kedua faktor yaitu faktor luar dan dari dalam. Oleh Ki Hajar Dewantara dikenal faktor dasar dan ajar / faktor pembawaan dan lingkungan.
Faktor rohani terdiri dari pikiran, perasaan, ingatan, fantasi, dan daya-daya jiwa yang lain.
Faktor dari luar itu terdiri dari faktor-faktor sosial dan non-sosial.
Faktor sosial ini meliputi faktor sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Oleh Ki Hajar Dewantara dikenal dengan nama Tri Pusat Pendidikan.
5. Perkembangan Anak sebagai Makhluk Monodualis
Pengertian
Perkembangan itu selalu berarti “Diferensiasi” artinya pada setiap tahap dari seluruh perkembangan anak itu mulai adanya diferensiasi baru pada anak itu baik jasmani maupun rohani. Ini tampak pada gerakan-gerakan yang ada pada anak. Dari gerakan-gerakan spontan itu tidak teratur mempunyai arah yang jelas. Begitu juga perkembangan-perkembangan yang lain, misalnya bahasa menulis / mencoreng.
Kedua kalinya: setiap fase yang dialami seorang anak, merupakan masa peralihan yang ada pada anak untuk arah fase berikutnya.
Dalam setiap fase anak yang satu dengan anak yang lain tidak sama lamanya (ingat tentang irama).
Ketiga, bahwa perkembangan yang dialami anak meliputi perkembangan jamani dan rohani. Karena itu dalam usaha pendidikan baik orang tua maupun guru (sekolah) selalu menuju ke arah keseimbangan, sehingga tidak terjadi kelainan pada diri anak.
Keempat, bahwa perlu dipahami perkembangan-perkembangan dalam keluarga, maka keluarga menduduki tempat terpenting dalam pembentukan pribadi anak.
6. Masa Anak
Masa ini juga disebut masa anak sekolah, yaitu masa untuk matang belajar, anak tersebut sudah merasa besar dan tidak mau lagi sebagai kanak-kanak kecil. Anak tersebut sudah lepas dari lembaga pendidikan dasar (TK).
Anak ini sudah mulai matang untuk belajar yang sebenarnya, mereka ingin berusaha untuk mencapai sesuatu sebagai perkembangan aktivitas bermain dan bekerja. Di sini anak sudah ingin memperoleh kecakapan-kecakapan baru yang diperoleh dalam sekolah maupun dalam saat bermain.
Pada masa itu anak sudah memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat dibantu dalam perkembangannya oleh guru di sekolah, yaitu:
1.      Perkembangan sosialnya.
2.      Perkembangan perasaannya.
3.      Perkembangan motoriknya.
4.      Perkembangan bahasanya.
5.      Perkembangan berpikirnya.
6.      Perkembangan dalam pengamatan.
7.      Perkembangan kesulitannya/religiusnya.
8.      Perkembangan tanggapan, fantasi.
9.      Perkembangan dalam mengambil keputusan.
10.  Perkembangan perhatiannya.


Dalam hubungan yang demikian dapat dibedakan beberapa teknik bimbingan dan penyuluhan.
a. Directive counseling
Dengan prosedur atau teknik pelayanan penyuluhan tertuju pada masalahnya, counselor yang membuka jalan pemecahan masalah yang dihadapi klien. Tokoh dari aliran Wiliamson menunjukkan
alasan bahwa:
1. Anak yang belum matang mendiagnosis sendiri sukar memecahkan masalahnya, tanpa bantuan dari pihak lain yang berpengalaman.
2 Anak yang berkesulitan, sekalipun sudah diberi petunjuk apa yang harus dilakukan, mereka tidak mau dan tidak berani.
3. Mungkin ada masalah yang berat untuk dipecahkan oleh anak tanpa bantuan dari orang lain.
b. Non-directive counseling
Dengan prosedur ini pelayanan bimbingan difokuskan pada anak yang bermasalah (klien) juga disebut clien centeret counseling. Adanya pelayanan bimbingan bukan pelayanan yang mengambil inisiatif, tetapi klien sendiri yang mengambil prakarsa, yang menemukan sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
Tokoh dari aliran ini Cart Rogers memaparkan alasan sebagai berikut.
1.      Setiap individu mempunyai kemampuan yang besar untuk menyesuaikan serta memiliki dorongan yang kuat untuk berdiri sendiri.
2.      Penyuluh hanya sebagai pengantar dan membantu klien dalam menciptakan suasana damai, tenang, tidak tertekan, tidak merasa dipaksa dengan kesediaannya menyatakan kesulitannya kepada pembimbing
c. Eclective counseling
Teknik ini lebih luwes (fleksibel) jika dibandingkam kedua teknik tersebut. Dengan ecletivecounseling pelayanan tidak dipusatkan pada penyuluh atau pada klien, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara luwes, sehingga tentang apa yang dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau  memang diperlukan.
Tokoh aliran ini F.P. Robinson mengutarakan bahwa:
1.. Masalah dan situasi penyuluh selalu berbeda dan masalah yang tidak terbatas pada satu bidang kehidupan.
2. Langkah-langkah penyuluh harus selalu disesuaikan dengan keperluan yang dituntut oleh situasi penyuluhan.
b. Teknik Kelompok (Group Guidance)
Teknik ini banyak dipergunakan dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh beberapa orang murid. Dan dapat juga dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah- masalah yang dialami oleh searang individu.
Beberapa jenis bentuk teknik bimbingan kelompok antara lain.
a. Home room program
Kegiatan bimbingan dilakukan oleh guru bersama murid di dalam ruang kelas di luar jam pelajaran. Kegiatan home room dapat dilakukan secara periodik, misalnya seminggu sekali. Dalam kegiatan ini oleh pembimbing/konselor sekolah dan murid dapat lebih dekat, seperti dalam situasi rumah. Kegiatan home room dapat pula digunakan sebagai suatu cara dalam bimbingan belajar, melalui kegiatan ini pembimbing dan murid dapat berdiskusi rentang berbagai aspek tentang belajar.
b. Fiel trip (karya wisata)
Dalam bimbingan karya wisata merupakan cara yang banyakmenguntungkan. Dengan karya wisata murid-murid  dapat mengenal dan mengamati secara langsung dari dekat objek situasi yang menarik perhatiannya, dan hubungannya dengan pelajaran sekolah.
Dengan karya wisata murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, berorganisasi,  dan tanggung jawab.
Sebelum karya wisata dilaksanakan hendaknya guru telah memberikan orientasi umum mengenai objek yang akan dikunjungi dan mengadakan perencanaan yang matang mengenai pemilihan objek yang menarik dan ada hubungannya dengan pelajaran di disekolah.
C.Diskusi kelompok (group discussion)
Dalam diskusi kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih kurang terdiri dari 4 sampai 5 orang. Murid-murid yang telah tergabung dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusikan bersama sebagai permasalahan termasuk di dalamnya masalah belajar.
Masalah-masalah yang mungkin dapat didiskusikan dalam kelompok misalnya:
l. Masalah pergaulan dengan orang tua.
2. Kesukaran dalam belajar.
3. Kesiapan memasuki perguruan tinggi.
4. Masalah pengisian waktu luang.
5. Masalah-masalah hubungan persahabatan.
6. Masalah-masalah OSIS dan lain-lain.
Beberapa masalah yang hendak didiskusikan hendaknya ditentukan oleh pembimbing itu sendiri, dengan merumuskan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok diskusi.
D.Kegiatan bersama
Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan melakukan kegiatan bersama mendorong anak salingmembantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan baik.
Kegiatan kelompok yang bisa digunakan oleh anak misalnya bersama, melaksanakan kebersihan bersama, rekreasi bersama, dan piket bersama dan lain-lain.
E.. Organisasi murid
Kesiatan organisasi siswa misalnya OSIS sangat membantu pembentukan anak, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan organisasi asas keseimbangan dapat dikembangkan dalam pembentukan pribadi. Kemampuan pribadi dapat dikembangkan dengan baik, kesiapan sebagai anggota kelompok atau masyarakat dapat dikembangkan dengan baik pula.
f. Sosiodrama
Teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari di masyarakat.
Maka dari itu sosiodrama dipergunakan dalam pemecahan masalah- masalah sosial yang mengganggu belajar dengan kegiatan drama sosial.
Tujuan penggunaan sosiodrama dalam teknik bimbingan adalah sebagai berikut.
l. Menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang dalam menghadapi situasi sosial.
2. Bagaimana menggambarkan cara memecahkan suatu masalah sosial.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku yang harus atau jangan sampai diambil dalam situasi sosial tertentu saja.
4. Memberikan pengalaman atau penghayatan situasi tertentu.
5. Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari berbagai sudut pandang.
g. Upacara
Upacara bendera merupakan kesempatan yang sangat baik bagi anak-anak dalam melatih disiplin, melatih keterampilan, membentuk diri untuk dapat menghormati pahlawan, cinta bangsa dan tanah air. Upacara bendera merupakan rangkaian kegiatan sekolah untuk menanamkan, membina dan meningkatkan penghayatan serta mengamalkan nilai-nilai dan cita-cita bangsa Indonesia.
h. Papan bimbingan
Papan bimbingan adalah papan tulis yang dipasang di luar ruang kelas dapat menjadi suatu teknik bimbingan dan menjadi tempat persinggahan murid-murid di waktu senggang. Pada bimbingan tersebut secara berkala dapat dilukiskan atau ditempelkan banyak hal misalnya, pengumuman penting, peristiwa yang hangat, berita Keluarga, tugas atau bahan latihan, berita daerah, berita pembangunan, dan lain-lain.





BAB VII
PENGAJARAN REMEDIAL DALAM
PROSES BELAJAR
l. Pengertian tentang Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.
Sekarang timbul pertanyaan, apakah belajar itu sebenarnya? Samakah belajar dengan latihan, dengan menghafal, dengan mengumpulkan fakta, dengan studi? Tentu saja terhadap pertanyaan pertanyaan tersebut banyak pendapat-pendapat yang mungkin satu sama lain berbeda.
Misalnya ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta.Sejalan dengan pendapat ini, maka searang yang telah belajar akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan. Guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika murid-muridnya telah sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala. Pendapat lain mengatakan, bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan sehingga hasil belajar akan tampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu. Sebagai hasil latihan, untuk banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih dalamberbagai aspek tingkah laku sehingga diperoleh suatu pola tingkah laku yang otomatis. Seperti misalnya agar searang anak mahir dalam
matematika maka ia harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal
latihan.
Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap  orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya, seorang guru yang mengartikan sebagai kegiatan Menghafalkan fakta, akan lain cara mengerjakan dengan guru lain Yang mengartikan bahwa belajar sebagai suatu proses penetapan Prinsip, Memang kalau kita bertanya kepada seseorang tentang apakah diajar itu, akan memperoleh jawaban yang bermacam-macam. pendapat orang tentang arti belajar itu disebabkan karena kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam.
l. Banyak jenis kegiatan yang oleh kebanyakan orang dapat
sebagai perbuatan belajar misalnya menirukan ucapan
Umat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta, menghafalkan lagu, menghitung dan mengerjakan soal-soal sistematika, dan sebagainya. Tidak semua kegiatan dapat tergolong kegiatan belajar misalnya melamun, marah, menjiplak, dan menikmati hiburan.
Dengan kenyataan di atas, terdapatlah banyak definisi belajar. Berikut ini dikemukakan beberapa definici menurut para ahli.
Menurut  James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience.
Dengan demikian perubahan-pembahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.
Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu Prosesperubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengenian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: "Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu pembahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan".
Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap pembahan dalam diri individu merupakan pembahan dalam arti belajar. Kalau tangan searang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, dapatkah perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikianlah perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, pembahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Jika demikian, apakah ciri-ciri pembahan tingkah laku dalam Pengertian belajar?
1.Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa individu yang belajar, akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telat
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk pembahan dalam pengertian belajar, karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2.Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, pembahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar meni lis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan Iain misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal, dan sebagainya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tenuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4. Perubahan dalam belajar bukan bcrsifat scmentara
Perubahan yang bersifat semcntara atau temporer yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkansebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap, Misalnya kecakapan searang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan teras dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau teras dlpergunakan atau dilatih.
5. Perubahan dalam belajar, bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Pembahan belajar terarah pembahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar, meliputi pembahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Sebagai contoh misalnya, jika searang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naikk sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya sepeni pemahaman tentang cara kerja sepeda
2. Beberapa Aktivitas Belajar
Sebelum dikemukakan jenis-jenis aktivitas belajar, baiklah lebih dulu dikemukakan gambaran tentang set belajar.
a. Gambaran tentang Set Belajar
Suatu set adalah arah atau sikap terhadap pekerjaan. Di dalam suatu set terdapat berbagai alternatif objek atau materi. Terhadap beberapa alternatif objek atau materi set ditolak atau dihindari, sedangkan beberapa objek atau materi yang lainnya dipilih sebagai set yang akan direalisasi dalam belajar. Apabila tidak ada set belajar, maka tidak akan banyak yang diperoleh dari belajar. Manfaat dari set belajar adalah membuat si pelajar mempunyai kepekaan terhadap ketepatan berbagai alternatif  mencapai tujuan. Set belajar mengarahkan perhatian hal-hal relevan denean kebutuhan dan motivasi si pelajar serta menemukan tujuan atau alternatif tindakan yang paling baik. Ketika kita menginginkan untuk memakai sepatu baru, kita mengadakan pengamatan terhadap berbagai jenis sepatu baru pada setiap jendela etalase toko sambil di dalam benak kita terdapat set pilihan (yang begini atau begitu bentuknya, yang bahannya kulit unta, yang harganya terjangkauoleh saku, dan sebagainya). Dengan set itu kita menjadi sensitif terhadap model atau bentuk sepatu yang sedang kita cari. Dengan adanya set, hal itu memudahkan kita dalam mendapatkan sepasang sepatu baru yang kita idam-idamkan tadi.
Dalam setiap saat, kita senantiasa memerlukan suatu set kegiatan untuk mempermudah atau mempercepat pekerjaan mencapai tujuan.
B. Aktivitas-Aktivitas Belajar
Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Oleh karena itulah, berikut ini dibahas beberapa aktivitas belajar, sebagai berikut.
1. Mendengarkan                       
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan.  Tidak dapat disangkal bahwa aktivitas mendengarkan adalah aktivitas belajar yang diakui kebenarannya dalam dunia pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan formal persekolahan, ataupun non-formal.
2. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting. Dalam pendidikan, aktivitas memandang terrnasuk dalam kategori aktivitas belajar.
Tapi perlu diingat bahwa tidak semua aktivitas memandang berarti belajar. Aktivitas memandang dalam arti belajar di sini adalah aktivitas memandang yang bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif. Aktivitas memandang tanpa tujuan bukanlah termasuk perbuatan belajar. Meski pandangan tertuju pada suatu objek, tetapi tidak adanya tujuan yang ingin dicapai, maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.
3. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba, membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Tentu saja aktivitasnya harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian, aktivitas-aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas mengecap dapat dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.
4. Menulis atau Mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Tetapi tidak setiap mencatat adalah belajar. Aktivitas mencatat yang bersifat menurut, menciplak atau mengcopy tidak dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk sebagai aktivitas belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Dalam mencatat tidak sekadar mencatat, tetapi mencatat yang dapat menunjang pencapaian tujuan belajar.
Catatan sangat berguna untuk menampung sejumlah informasi, yang tidak hanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas materi hasil analisis dari bahan bacaan.
5. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti membaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan studi.
Kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan. Ini berarti untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak ada cara lain yang harus dilakukan kecuali memperbanyak membaca.
Cara dan teknik seseorang dalam membaca selalu menunjukkan perbedaan pada hal-hal tertentu. Oleh karena itu, wajarlah bila belajar itu suatu seni, sama halnya mengajar adalah seni (teaching as an art). Ada orang yang membaca buku sambil tidur-tiduran dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku sambil mendengarkan radio dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku tanpa suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku dengan suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku di antara keributan dapat belajar dengan baik, dan sebagainya. Pendek kata, orang membaca buku dengan berbagai cara agar dapat belajar. Dengan demikian, pemahaman atas diri sendiri sangat penting, sehingga dapat memilih teknik yang mana yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadi, dengan tidak mengabaikan pola-pola umum dalam belajar.
6. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi
Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari, bila diperlukan.

7. Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan-Bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai table-tabel, diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman seseorang tentang sesuatu hal.
Semua tabel, diagram, dan bagan dihadirkan di buku tidak lain adalah dalam rangka memperjelas penjelasan yang penulis uraikan. Dengan menghadirkan tabel, diagram, atau bagan dapat menumbuhkan pengertian dalam waktu yang relatif singkat.
8. Menyusun Paper atau Kertas Kerja
Dalam menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis dan sistematis. Metodologis artinya menggunakan metode¬metode tertentu dalam penggarapannya. Sistematis artinya menggunakan kerangka berpikir yang logis dan kronologis.
9. Mengingat
Mengingat adalah salah satu aktivitas. Ingatan adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau. Jadi, mengenai ingatan tersebut ada tiga fungsi, yaitu: memasukkan, menyimpan, dan mengangkat kembali ke alam sadar.
Ingatan (memory) seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat seseorang, alam sekitar, keadaan jasmani, keadaan rohani (jiwa), dan umur seseorang.
10. Berpikir
Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang meniadi tahu tentang hubungan antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.
11. Latihan atau Praktek
Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Misalnya, seseorang yang mempelajari rumus matematika atau rumus bahasa Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah terlupakan bila tidak didukung dengan latihan. Di sinilah diperlukan latihan sebanyak-banyaknya. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal.
Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap  faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu:
A. Faktor-faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu anak itu sendiri yang meliputi :
1.   Faktor Jasmaniah (fisiologis)
Yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
2.   Faktor Psikologis
Yang termasuk faktor psikologis antara lain:
– Intelektul (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar).
– Non Intelektual (motifasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, dan kondisi akibat keadaan sosiokultur).
– Faktor kondisi fisik.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
b. Faktor eksternal, antara lain:
1) Faktor sosial yang terdiri dari:
a) Lingkungan keluarga.
b) Lingkungan sekolah.
c) Lingkungan masyarakat.
d) Lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya, antara lain: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik, antara lain: fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
Menurut Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2008: 139), faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut:
a. Faktor-faktor stimulus belajar
Yang diimaksud dengan stimulus belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dipelajari oleh pelajar. Faktor-faktor stimulus yang dimaksud, antara lain:
1) Panjangnya bahan pelajaran
Semakin panjang bahan pelajaran, maka semakin panjang waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya. Bahan yang panjang menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan belajar individu disebabkan karena faktor kelelahan yang disebabkan menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak.
2) Kesulitan bahan pelajaran
Setiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan pelajaran dan mempengaruhi kecepatan belajar. Bahan pelajaran yang sulit memerlukan aktivitas belajar yang intensif, sebaliknya bahan yang sederhana mengurangi intensitas belajar seseorang.
3) Berartinya bahan pelajaran
Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar waktu sebelumnya. Bahan yang berarti bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memungkinkan individu untuk belajar, karena individu dapat mengenalnya.
4) Berat ringannya tugas
Berat atau ringannya suatu tugas berkaitan dengan tingkat kemampuan individu. Pada tugas yang sama tetapi tingkat kesulitannya berbeda bagi individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual dan pengalaman yang berbeda. Selain itu kamatangan individu dapat menjadi indikator dari berat ringannya tugas.
5) Suasana lingkungan eksternal
Suasana lingkungan eksternal, antara lain: cuaca (suhu udara, hujan, kelembaban), waktu (pagi, siang, sore, malam), kondisi tempat (kebersihan), letak sekolah, penerangan, dan sebagainya. Faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya.
b. Faktor-faktor metode belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh pelajar.
Metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut, antara lain:
1) Kegiatan berlatih atau praktek
Latihan yang dilakukan secara marathon (non-stop) dapat melelahkan dan membosankan. Sebaliknya latihan yang terdistribusi menjamin terpeliharanya stamina dalam belajar. Waktu belajar yang terlalu panjang adalah kurang efektif, sedangankan semakin pendek waktu belajar, maka pekerjaan semakin efektif.
2) Overlearning dan drill
Overlearning yang terlalu lama menjadi kurang efektif bagi kegiatan anak. Drill diperlukan untuk kegiatan berlatih abstraksi. Mekanisme drill adalah sama dengan overlearning. Drill dan overlearning berguna untuk memantapkan reaksi dalam belajar.
3) Resitasi selama belajar
Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca, maupun untuk menghafal bahan pelajaran. Resitasi lebih cocok untuk menerapkan pada belajar membaca atau menghafal.
4) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar
Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Individu penting mengetahui hasil-hasil yang dicapai karena dapat berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.
5) Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian
Belajar dari keseluruhan ke bagian-bagian lebih menguntungkan daripada belajar mulai dari bagian-bagian. Karena dengan mulai dari keseluruhan individu menemukan cara yang tepat untuk belajar. Kelemahan dari metode keseluruhan adalah membutuhkan banyak waktu dan pemikiran sebelum belajar yang sesungguhnya berlangsung.
6) Penggunaan modalitas indra
Modalitas indra yang digunakan individu berbeda. Dalam hal itu ada tiga impresi yang penting dalam belajar, yaitu oral, visual, dan kinestetik. Setiap individu dalam menggunakan impresi tersebut berbeda-beda.
7) Bimbingan dalam belajar
Intensitas bimbingan yang diberikan guru cenderung membuat pelajar menjadi tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalam batas-batas yang diperlukan oleh individu. Hal terpenting yaitu perlunya pemberian modal kecakapan pada individu sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas yang dibebankan dengan sedikit bantuan dari pihak lain.
8) Kondisi-kondisi insentif
Insentif adalah objek atau situasi eksternal yang dapat memenuhi motif individu. Insentif adalah bukan tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan. Insentif-insentif dapat digolongkan menjadi sua macam, yaitu:
a) Insentif intrinsik, yaitu situasi yang mempunyai hubungan fungsional dengan tugas dan tujuan.
b) Insentif ekstrinsik, yaitu objek atau situasi yang tidak mempunyai hubungan fungsional dengan tugas.
c. Faktor-faktor individual
Selain faktor stimulus dan metode belajar, faktor individu dapat berpengaruh terhadap belajar seseorang. Faktor-faktor individu menyangkut hal-hal, antara lain:
1) Kematangan
Kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Dengan berkembangnya fungsi otak dan system syaraf, akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang. Kapasitas mental seseorang mempengaruhi belajar seseorang.
2) Faktor usia kronologis
Semakin tua usia individu, maka kematangan berbagai fungsi fisiologisnya juga meningkat. Usia kronologis merupakan faktor penentu daripada tingkat kemampuan belajar individu.
3) Faktor perbedaan jenis kelamin
Perbedaan tingkah laku antara laki-laki dan wanita merupakan hasil dari perbedaan tradisi kehidupan. Peranan dan perhatian terhadap suatu pekerjaan berbeda antara laki-laki dan wanita. Ini disebabkan oleh pengaruh kultural.
4) Pengalaman sebelumnya
Lingkungan mempengaruhi perkembangan dan memberikan pengalaman bagi individu. Pengalaman yang diperoleh individu mempengaruhi belajar, terutama transfer belajar.
5) Kapasitas mental
Dalam tahap perkembangan tertentu, individu mempunyai kapasitas-kapasitas mental yang berkembang akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisiologis pada system syaraf dan jaringan otak. Dalam hal ini, inteligensi menentukan prestasi belajar seseorang.
6) Kondisi kesehatan jasmani
Orang yang belajar membutuhkan kondisi kesehatan. Orang yang sakit mengakibatkan tidak dapat belajar dengan efektif.
7) Kondisi kesehatan rohani
Gangguan mental pada seseorang dapat mengganggu belajar seseorang. Orang yang mengalami cacat mental tidak dapat belajar dengan baik.
8) Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan, mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Motivasi penting dalam belajar karena motivasi dapat menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang paling berguna bagi kehidupan individu.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor tersebut seperti stimulus belajar, metode belajar maupun dari individu itu sendiri. Dalam dunia pendidikan faktor tersebut dapat berpengaruh positif maupun negatif. Seorang individu harus dapat memahami faktor-faktor tersebut sehingga mampu meningkatkan prestasi dalam belajarnya.
4. Beberapa Sifat Murid dalam Belajar
Di atas telah dibahas bahwa murid sebagai pelajar merupakan subjek yang terlibat dalam proses belajar. Karena setiap individu memiliki keunikan sehingga dalam proses belajarnya pun terdapat keunikan pula. Ada murid yang cepat dalam belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif. Semua itu terjadi karena keunikan individu masing-masing.









BAB VIII
PENGERTIAN DASAR PENGAJARAN PERBAIKAN (REMEDIAL TEACHING)

1.Hubungan Pengajaran Perbaikan dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam kurikulum sekolah-sekolah dewasa ini metode dan sistem penyampaiannya dipergunakan pendekatan dengan Prosedur pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Pendekatan ini dianggap merupakan salah satu sistem yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang optimal dengan melalui satuan pelajaran. Satuan pelajaran adalah kegiatan belajar mengajar guna membahas suatu bahan atau satuan bahasan, dalam rangka pencapaian tujuan yang lebih khusus (tujuan instruksional khusus). Tujuan instruksional khusus ini hendaknya dirumuskan dengan jelas, dapat diukur, serta dalam bentuk tingkah laku murid.
Dengan rumusan dan tujuan yang jelas akan memudahkan menyusun dan mengembangkan bahan pengajaran, alat pengajaran serta rencana dan pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar. Secara garis besar proses kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan PPSI itu sebagai berikut. 1 1.Rencana mengajar yang meliputi:
·        PerumusanTIK atau Tujuan Khusus Pengajaran (TKP).
·        Penyusunan alat evaluasi.
·        Penentuan materi pengajaran.
·        Penentuan kegiatan belajar mengajar.
2.Melaksanakan pengajaran dengan satuan pelajaran dengan kerangka:
·        Bidang pengajaran.
·        Mata pelajaran/sub bidang *pengajaran.
·        Satuan bahasan.
·        Kelas/tingkat.
·        Catur wulan/semester.
·        Waktu.
1         Tujuan Instruksional Umum/Tujuan Umum Pengajaran (TUP).
2. Tujuan Instruksional Khusus/Tujuan Khusus Pengajaran (TKP).
3.  Materi pelajaran.
4. Kegiatan belajar mengajar.
5. Alat dan sumber pelajaran.
6. Evaluasi.
3. Evaluasi yang merupakan umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar:
·        Bagi guru bila TIK bisa tercapai dipcrgunakan untuk merevisi program.
·        Bagi siswa bila TIK tidak tercapai diadakan remedial atau pengajaran perbaikan.
Dengan demikian proses belajar mengajar dengan pendekatan PPSI langkah-langkahnya meliputi:
1. Merumuskan TIK.
2. Menyusun alat evaluasi.
3. Menentukan:
- materi pembelajaran
- kegiatan belajar mengajar (metode, alat, dan sumber)
4. Melaksanakan pengajaran dan evaluasi.
5. Umpan balik:
 - Revisi program.
-  Remedial.
Dengan melihat kerangka dasar kegiatan-kegiatan program belajar mengajar dengan pendekatan PPSI tersebut maka pengajaran perbaikan atau remedial teaching memegang peranan, khususnya dalam rangka mencapai hasil belajar yang optimal (belajar tuntas).
2. Perlunya Pengajaran Perbaikan
Seperti pada uraian tersebut, dalam hubungannya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar maka pengajaran perbaikan ini merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan. Karena itu, pengajaran perbaikan ini perlu dikuasai setidak-tidaknya dikenal oleh guru bidang studi dan petugas bimbingan yang menyuluh. 'Dengan demikian pengajaran perbaikan ini perlu dapat dilihat dari segi:
a. Siswa
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap siswa dalam proses belajar mengajar mempunyai hasil yang berbeda-beda. Dalam pedagogik perbedaan individual ini harus diterima/merupakan prinsip dalam setiap situasi pendidikan. Pendidik atau guru selalu berhadapan dengan anak yang konkret yang tidak ada bandingannya dengan anak lain. (Dr.H.J. Langeveld menyebut prinsip individualisasi). Kenyataan menunjukkan dalam proses belajar mengajar selalu dijumpai adanya anak yang berbakat, kemampuan tinggi, ada yang kurang berbakat, ada yang cepat, ada yang lambat disamping latar belakang mereka yang berupa pengalaman berbeda-beda. Atas dasar ini perlu ada pelayanan yang bersifat individual dalam proses belajar mengajar yang menyangkut masalah bahan, metode, alat,evaluasi, dan sebagainya. Ada beberapa perbedaan individual yang menjadi dasar perhatian antara lain sebagai berikut.
o   Perbedaan kecerdasan (inteligensi).
o   Perbedaan hasil belajar (achievement),
o   Perbedaan bakat (aptitude).
o   Perbedaan sikap (atiitude)
o   Perbedaan kebiasaan (habbit).
o   Perbedaan pengetahuan (knowledge).
o   Perbedaan kepribadian (personality).
o   Perbedaan kebutuhan (need).
o   Perbedaan cita-cita (ideal).
o   Perbedaan minat (interest).
o   Perbedaan fisik (phisically).
o   Perbedaan lingkungan (environment).
Mursell dalam bukunya: Succesfull Teaching dikelompokkan menjadi dua yaitu secara vertikal dan perbedaan kualitatif.
Perbedaan vertikal menyangkut tinggi rendahnya kecerdasan sedangkan, perbedaan kualitatif menyangkut bakat, minat, cara kerja, tempat bekerja, dan sebagainya.

Atas dasar perbedaan individual ini guru dalam proses belajar mengajar harus menggunakan berbagai pendekatan dengan menggunakan suatu anggapan: bila siswa mendapat kesempatan belajar sesuai dengan pribadinya dapat diharapkan mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya.

Untuk membantu setiap pribadi dalam mencapai prestasi yang optimal digunakan pendekatan pengajaran perbaikan (remedial teaching).

b.Guru
Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai instruktur, konselor, petugas psikologis, sebagai media, sebagai sumber, dan sebagainya.
Dalam fungsinya yang ganda ini guru bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pengajaran khususnya peningkatan prestasi belajar.
Dalam rangka ini pengajaran perbaikan merupakan peluang yang besar bagi setiap siswa untuk mencapai prestasi belajar secara optimal.
c. Proses Pendidikan
Dalam proses pendidikan, bimbingan dan penyuluhan merupakan kelengkapan dari keseluruhan proses atau pelaksanaan program. Melalui pelayanan bimbingan dan penyuluhan diharapkan siswa mencapai perkembangan pribadi yang integral. Untuk melaksanakan pelayanan bimbingan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar diperlukan pelayanan khusus (salah satubentuk pelayanan BP yang pengajaran perbaikan (remedial teaching).
Dengan demikian perlunya/pentingnya pengajaran perbaikan atau remedial teaching itu dapat dilihat dari berbagai segi yaitu atas dasar pertimbangan:
1.      pedagogis;
2.      psikologis;
3.      didaktis;
4.      melodis;
       5.moral, dan lain-lain.
3. Pengertian Pengajaran Perbaikan
a. Pengertian
Remedial teaching atau pengajaran perbaikan adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, atau dengan singkat pengajaran yang membuat menjadi baik. Maka pengajaran perbaikan atau remedial teaching itu adalahbentuk khusus pengajaran yang bersifat menyembuhkan, membetulkan atau membuat menjadi baik. Seperti telah kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan dapat mencapai hasil sebaik-baiknya sehingga bila ternyata ada siswa yang belum berhasil sesuai dengan harapan maka diperlukan suatu proses pengajaran yang membantu agar tercapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan pribadi siswa.
Dapat dikatakan pula bahwa pengajaran perbaikan itu berfungsi terapis untuk (penyembuhan). Yang disembuhkan adalah beberapa hambatan (gangguan) kepribadian yang berkailan dengan kesulilan belajar sehingga dapat timbal balik dalam arti perbaikan belajar juga perbaikan pribadi dan sebaliknya. Remedial teaching berasal dari kata remedy (Inggris) yang artinya incnyembuhkan. Istilah pengajaran remedial pada mulanya adalah kegiatan mengajar untuk anak luar biasa yang mengalami berbagai hambatan (sakit). Dewasa ini pengertian itu sudah berkembang sepeni uraian tersebut. Sehingga anak yang normal pun memerlukan pelayanan pengajaran remedial (remedial teaching).
B. Perbandingan Pengajaran Biasa dengan Pengajaran Perbaikan
1. Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi. Pengajaran perbaikan diadakan selelah diketahui kesulitan belajar kemudian diadakan pelayanan khusus.
2. Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semaa siswa. Pengajaran perbaikan tujuannya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.
3. Metode dalam pengajaran biasa sama buat semua siswa,sedang metode dalam pengajaran perbaikan berdeferensial (sesuai dengan sifat, jenis, dan latarbelakang kesulitan)
4. Pengajaran biasa dilakukan oleh guru. sedangkan pengajaranperbaikan oleh team (kerja sama).
5. Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi (penggunaan tes diagnostik, sosiometri, alat-alat laboratorium, dan lan-lain).
6. Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekatan individual.
7. Pengajaran perbaikan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitanbelajar yang dialami oleh siswa.
C.Tujuan Pengajaran Perbaikan
Secara umum tujuan pengajaran perbaikan tidak berbeda dengan pengajaran biasa yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran perbaikaii bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan sekolah melalui proses, perbaikan.
Secara terperinci tujuan pengajaran perbaikan. yaitu:
1.      Agar siswa dapat memahami dirinya khususnya prestasi belajarnya.
2.      Dapat memperbaiki/mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik.
3.      Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4.      Dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik.
5.      Dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya.
D. Fungsi Pengajaran Perbaikan
Dalam keseluruhan proses belajar mengajar, pengajaran perbaikan mempunyai fungsi :
1.Korektif
Artinya dalam fungsi ini pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan atau perbaikan antara lain:
1.      Perumusan tujuan.
2.      Penggunaan metode.
3.      Cara-cara belajar.
4.      Materi dan alat pelajaran.
5.      Evaluasi.
6.      Segi-segi pribadi, dan lain-lain.
2.Pemahaman
Artinya  dari pihak guru. siswa atau pihak Iain dapat memahami siswa.
3.Penyesuaian
Penyesuaian pengajaran perbaikan terjadi  antara siswa dengan tuntutan dalam proses belajarnya. Aninya siswa dapat belajar sesuai dengan, kemampuannya sehingga peluang untuk Mencapai  hasil lebih baik lebih besar. Tuntutan disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan sehingga mendorong untuk lebih belajar.
4.Pengayaan
Maksudnya pengajaran perbaikan itu dapat memperkayaproses belajar mengajar. Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang dipergunakan dalam
pengajaran perbaikan sehingga hasil  yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau dengan singkat prestasi belajarnya lebih kaya.
5.Akselerasi
Maksudnya pengajaran perbaikan  dapat mempercepat proses belajar baik dan segi waktu maupun materi.
6.Terapsutik
Secara langsung ataupun tidak pengajaran perbaikan dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi pribadi yang menyimpang.
Penyembuhan ini dapat menunjang pencapaian prestasi belajar dan pencapaian prestasi yang baik dapat mempengaruhi pribadi (timbal balik).
4. Sifat Khusus Pengajaran Perbaikan dengan Masalahnya
Kekuasaan pengajaran perbaikan disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang diderita siswa. Tekanannya pada usaha perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar menyangkut masalah cara belajar,metode belajar, materi, alat, lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar mengajar.
Sehubungan dengan masalah ini maka perlu kiranya dipahami oleh para guru atau petugas bimbingan , setidak-tidaknya diketahui prinsipnya masalah-masalah yang menyangkut:
a. Cara belajar siswa.
b. Kondisi belajar.
c. Strategi pengajaran.
d. Hubungan guru siswa.
e. Pengelolaan kelas.
f. Bidang studi.
A.  Cara Siswa Belajar
Pada dasarnya siswa belajar melalui cara-cara sebagai berikut.
l. Eksplorasi.
2. Coba-coba.
3. Rasa tidak senang.
4. Rasa gembira.
5 Imitasi.
6. Panisipasi.
7. Komunikasi.
1. Eksplotttsi
Siswa mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan tentang sesuatu melalui seluruh indranya, kemudian dikembangkan melalui berbagai usaha, melakukan sendiri dengan macam-macam kemungkinan.
2. Coba-coba
Melalui trial and error siswa belajar memecahkan sesuatu.
3. Rasa tidak senang
Dengan merasakan tidak senang/penderitaan ia akan belajar menghindari kesalahan.
4. Rasa gembira
Sesuatu yang menyenangkan cenderung untuk mengulang, dan sebaliknya sesuatu yang tidak enak cenderung untuk dihindari.
5. Imitasi
Belajar melalui peniruan atau pengamatan paling sering dilakukan.
6. Partisipasi
Belajar melalui peniruan, berarti anak berpartisipasi secara aktif (leani by Joing) itulah prinsip pedagogik dewasa ini.
7. Komunikasi
Makin mudah komunikatif, makin menarik sesualu hal untuk dipelajari.
b. Kondisi Belajar
Dalam setiap situasi belajar terutama dalam merancang kegiatan belajar perlu diketahui prinsip-prinsip yang mempengaruhi proses belajar yaitu kondisi belajar yang secara khusus berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan belajar.Kondisi yang mempengaruhi proses belajar itu baik kondisi umum maupun kondisi khusus untuk mempelajari segi-segi tertentu dalam kegiatan belajar.
1.Kondisi umum
Dalam setiap situasi belajar setidak-tidaknya ada enam kondisi umum belajar yang harus diketahui guru atau pembimbing yaitu sebagai berikut.
a) stimulasi belajar;
b) perhatian dan motivasi;
c) respons yang dipelajari;
d) penguatan dan umpan balik;
e) pemakaian dan pemindahan;
f) kemampuan belajar.
b. Kondisi Khusus
Ada lima jenis belajar khusus yang berlaku untuk kegiatan belajar tertentu yang berlainan, yaitu sebagai berikut. 1.Kondisi belajar informasi.
2.Kondisi belajar konsep.
3.Kondisi belajar prinsip.
4.Kondisi belajar keterampilan.
5.Kondisi belajar sikap.
3. Strategi Pengajaran
Strategi pengajaran berhubungan dengan pemilihan kegiatan belajar mengajar yang paling efektif dalam memberikan pengalama belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan, telah ditetapkan mengingat kekhususan dalam tujuan pengajaran yang ingin dicapai.
Dengan kata lain strategi pengajaran adalah kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar yang dapat memberi kemudahan (fasilitas) kepada siswa menuju tercapainya tujuan. Secara umum pemilihan strategi pengajaran dipengaruhi oleh:
1.      Penerimaan pengetahuan.
2.      Aplikasi pengetahuan.
3.      Tujuan yang bersifat pembahan sikap (perasaan).
Dalam memilih kegiatan pengajaran harus dipertimbangkan:
1.      Masalah efisiensi yang bertalian dengan penggunaan waktu dan fasilitas yang tersedia.
2.      Perbedaan individual siswa.
3.      Metode penyampaian yang dapat mengembangkan interaksi siswa atau guru dengan siswa.
Pemilihan strategi pengajaran tidak hanya ditentukan oleh kemampuan guru semata-mata dalam menggunakan metode. melainkan juga oleh sifat dan karakteristik masing-masing metode yang dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
4. Hubungan  Guru - Siswa
Hubungan guru-siswa dalam proses belajar mcngajar yang diharapkan adalah hubungan manusiawi. Menjelang berakhirnya tahun 1940 muncul psikologi baru yaitu psikologi humanistik  yang digunakan dalam klinis pekerjaan sosial dan konselor.
Lewat tokoh-tokohnya misalnya sebagai berikut.
-Arthur Combs, berpendapat tentang tingkah laku manusia yaitu:
Untuk memahami tingkah laku manusia kita harus memahami apa yang diketahuinya (dipahaminya) mengenai segala sesuatu itu dan bukan memahami hal-hal yang berada di luar dirinya.
Jadi pusat perhatiannya terletak pada tingkah laku di dalam atau inner beliaviour yang membuat orang satu dengan lainnya berbeda dalam hal cara memandang, perasaan, keyakinan, tujuan, dan lain-lain. Karena itu, tiap orang bebas menentukan pilihannya sendiri bentuk dan kualitas kehidupan dan penghidupannya.
- Maslow: menyatakan bahwa tujuan hidup manusia berpusat di sekitar apa yang dirasa kurang atau dibutuhkan, dan tujuan ini merupakan prasyarat untuk aktualisasi diri. Sebelum mengembangkan individualitasnya manusia harus terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Ada beberapa cara yang digunakan orang untuk mencapai aktualisasi diri.
Menurut aliran Humanistik itu dua aspek dalam belajar yang perlu mendapatkan perhatlan guru yaitu:
a. Memperoleh infonriasi baru.
b. Personalisasi individual terhadap informasi yang diterimanya.
Maka yang penting bagi guru ialah bagaimana membawa siswa memperoleh pengertian sesuai dengan pribadinya. Karena itu kelainan anak dalam tingkah laku (misbechaviour) adalah merupakan akibat ketidakmauan anak mengerjakan sesuatu atas kehendak orang lain, karena yang dikehendaki orang lain itu tidak memuaskan baginya.
Mengenai tujuan pendidikan yang penting menurut aliran Humanistik itu ialah menyadarkankemampuan anak sendiri (bakat, minat, kebutuhan, dan lain-lain), membantu mereka bagaimanamemahami pribadi orang lain, menyiapkan mereka masa mendatang, melatih, mereka berpikir dan mengambil keputusan sendiri.
Atas dasar itu guru tidak lagi sebagai pusat kegiatan/perhatian melainkan sebagai fasilitator, yang membantu siswa mengembangkan kemampuannya.
Untuk ini guru perlu mengusahakan iklim yang menunjang efektivitas belajar misalnya:
1.      Memberi kebebasan siswa dalam menyelesaikan tugas.
2.      Mengusahakan suasana yang hangat.
3.      Menghargai siswa.
4.      Memberikan tugas-tugas yang menantang.
5.      Mengontrol disiplin siswa.
6.      Menilai keberhasilan, dan sebagainya.
Berikut ini dikemukakan beberapa tugas dan kualifikasi guru sebagai fasilitator:
1.      Guru hendaknya selalu mengusahakan adanya gairah belajar dan iklim yang memungkinkan siswa atau kelompok untuk berinisiatif dan segera mulai bekerja.
2.      Guru hendaknya memberikan kesempatan dan membantu setiap siswa untuk merealisasikan maksud dan tujuan. karena tujuan merupakan pendorong untuk belajar secara berarti.
3.      Guru hendaknya mengusahakan dan mengorganisasi sebaik-baiknya sumber-sumber belajar agar sesuai dan bermanfaat bagi tiap-tiap siswa mencapai tujuannya.
4.      Guru hendaknya menempatkan diri sebagai salah satu sumber belajar, yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan oleh siswa atau kelas.
5.      Berdasarkan pengalamannya, guru harus mampu memahami ungkapan perasaan siswa. Ini berarti guru hendaknya terus mengamati ungkapan perasaan dan sikap misalnya persaingan pengelompokan (klik) dominasi, apatisme, frustrasi, dan sebagainya.
6.      Dalam hal seperti keadaan tersebut guru hendaknya segera bertindak menetralisasi suasana menuju saling pengertian yang konslruktif.
7.      Sebagai fasilitator setiap guru hendaknya berusaha mengenal dirinya lebih banyak lagi, berusaha mengetahui kelemahan-kelemahannya, sifat, dan tingkah lakunya sendiri. Hal ini sangat tergantung pada dirinya sendiri, dan guru hanya dapat memberi kesempatan dan kebebasan, bantuan dan dorongan, saran dan penjelasan. Sehingga kehadiran guru dengan segala,kelebihan dan kekurangannya itu diharapkan memberi manfaat siswanya dalam belajar mandiri.
Berdasarkan penelitian dalam bidang Pendidikan adabeberapa siifat guru yang disukai/disenangi oleh siswa-siswanya yaitu:
1.      Memiliki rasa gembira dan humor.
2.      Menganggap dirinya sebagai manusia biasa, sebagai salah satu anggota kelas khususnya anggota sekolah secara keseluruhan.
3.      Memiliki rasa kasih sayang, memperhatikan dan memahami setiap sifat murid.
4.      Berusaha selalu membangkitkan minat untuk belajar dan berusaha agar pelajaran merupakan sesuatu yang menyenangkan.
5.      Memiliki sikap tegas, dapat memimpin kelas dan menimbulkan rasa hormat.
6.      Adil dalam bertindak.
7.      Tidak suka marah, memiliki pribadi yang menyenangkan sehingga merupakan salah satu daya penarik siswanya.
Selanjutnya ada beberapa prinsip belajar yang menunjang dan memudahkan siswa belajar.
Menurut psikologi humanistik yaitu:
1.      Setiap orang mempunyai kemampuan bawaan untuk belajar.
2.      Belajar akan bermanfaat bila siswa menyadari manfaatnya (relevan dengan dirinya).
3.      Belajar akan sia-sia kalau bertentangan dengan atau harus mengubah kebulatan (integritas) pribadi.
4.      Proses belajar yang mengganggu integritas dapat dihilangkan, atau dlkurangi dengan menghilangkan faktor- faktor luar yang mengganggu integntas.
5.      Belajar akan berarti bila dilakukan lewat pengalaman sendiri dan diuji coba sendiri.
6.      Belajar akan berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktifdan disiplin (tanggung jawab) dalam setiap kegiatan belajar.
7.      Belajar dengan prakarsa sendiri penuh kesadaran dan kemampuan dapat berlangsung lama dan tuntas.
8.       Kreativitas dan kepercayaan dari orang lain. Ini bisa tumbuh hanya dalam suasana kebebasan.
5. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas menunjukkan kepada berbagai jenis kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengun tujuan unluk mempertahankan/menciptakan kondisi yung optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas meliputi pengaturan tingkah laku antara ruang sehingga tercipta kemudah-kemudahan dalam mengajar.
Masalah-masalah yang berkenaandengan pengelolaan ini meliputi:
a.Kondisi dan situasi..
b. Administrasi teknik.
c. Dimensi pengelolaan.
d. Disiplin.
a. Kondisidan Situasi Belajar Mengajar
Kondisi dan situasi berupa kondisi fisik dan kondisi emosional:
1. Kondisi fisik
Lingkungan fisik tempatbelajar yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya identitas proses perbuatan belajar dan berpengaruh terhadap pencapaian lujuan.
Kondisi fisik meliputi: besarnya ruangan, tata letak, ventilasi.
2. Kondisi emosional
Suasana emosional dalam kelas belar pengaruhnya terhadap proses belajar mengajar. Kondisi ini berganlung kepada:
1.      kepemimpinan guru;
2.      sikap guru;
3.      suara guru;
4.      pembinaan rapor.
b. Administrasi Teknik
Yang termasuk administrasi teknik yaitu absensi, tempat bimbingan, ruang baca, catatan pribadi, tempat sampah. Catatan pribadi berfungsi sebagai:
1.      alat checking efektivitas program;
2.      sarana memahami siswa;
3.      alat pengenal diri bagi siswa;
4.      alat bantu orang tua dalam membimbing putra-putrinya.
c. Dimensi Pengelolaan Kelas
Dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif guru mengadakan tindakan yang berupa:
1.      Pencegahan.
2.       Korektif
1. Dimensi Pencegahan
Dimensi ini merupakan tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan (format belajar mengajar) yang tepat agar menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Wujud dari dimensi ini berupa kegiatan. contoh ataupun informasi.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan yaitu:
- Meningkatkan kesadaran diri baik dari siswa maupun guru. Masalah yang kadang kadang timbul yaitu adanya jurang pemisah apa yang harus dilakukan menurut guru dan apa yang sebenarnya terjadi dan dilakukan oleh siswa.
- Sikapyangtulus dari pihak guru dalam memberi pelajaran siswa.
- Membuat kontrak sosial yaitu tata terlib dengan sanksi dibicarakan dan disetujui bersama.
2. Dimensi Korektif
Dimensi ini dapat dibedakan menjadl dua, yaitu tindakan yang segera diambil pada saat terjadi gangguan dan kedua yaitu tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang agar tidak berlarut-Iarut (tindakuii kuratif).
Beberapa usaha yang dapat dilakukan pada dimensi tindakan:
-Pesan-pesan non-verbal (isyarat) biasanya dapat membantu.
-Melakukan kontrol sosial.
-Hindarkan siswa mendapatmalu di hadapan kawan-kawannya.
Karena sikap guru dalam berbagai hal adalah unik maka setiap tindakan harus dipertimbangkansampai pada pilihan yang terbaik. Untuk itu perlu diperhatikan petunjuk-petunjuk sebagai berikut.
-Hindarkan konsekuensi yang paling berat yang berupa hukuman.
-Bila alternatifyang dipilih tidak efektif pindah ke alternatif lain yang diperkirakan memberi hasil lebih baik.
-Tidak menutup kemungkinan siswa memilih allernatifkonsekuensi pelanggaran pada kontrak sosial.
- Suatu konsekuensi hanya berlaku pada hari ini dan saat ini.
Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam usaha penyembuhan mengatasi masalah) yaitu:
1.      Mengidentifikasi kesulitan siswa untuk menerima dan mengikuti kontrak sosial.
2.      Menetapkan waktu penemuan dengan siswa yang disetujui bersama.
3.      Menjelaskan manfaat yang mungkin diperoleh bagi siswa dan sekolah.
4.      Tunjukkan kepada siswa bahwa guru bukan orang sempurna.
5.      Bila dalam pertemuan siswa tidak responsif guru dapat mengajak diskusi pada saat lain.
6.      Pertemuan guru-siswa harus sampai pada pemecahan masalah yang diterima siswa dalam rangka memperbaiki tingkah lakunya (kontrak individual).
D. Disiplin
Disiplin berasal dan bahasa Yunani, disciplus yang artinya murid pengikut guru. Dengan disiplin inidiharapkan siswa bersedia untuk mengikuti peraturan tertentu serta menjauhi larangan-larangannya.
Disiplin di sekolah digunakan untuk mengontrol tugas- tugas agar berjalan optimal. Sil:ap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi tertibnya ketertiban ke arah siasat.
Karena sikap ini akan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat dalam menegakkan disiplin di sekolah, maka kerja sama dengan orang tua periu agar kebiasaan di sekolah ditunjang oleh kebiasaan yang baik di rumah.
Masalah pelanggaran disiplin itu sangat unik, bersifat pribadi, kompleks dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mendalam.
Meskipun demikian adajuga sebab-sebab yang bersifat umum, yaitu sebagai berikut.
1. Kebosanan di kelas. Anak tidak tahu apa yang harus dikerjakan karena yang dikerjakan itu-itu saja.
2. Perasaan kecewa dan'tertekan karena tuntutan yang tidak sesuai.
3. Tidak terpenuhinya kcbutuh.in akan perhatian, pengenalan atau status.
Usaha yang dapat ditempuh dalammenanggulangi pelanggaran disiplin, yaitu sebagai berikut.
1. Pengenalan siswa, pada dasarnya siswa mempunyaidaya atau tenaga untuk mengontrol dirinya.
2. Memberikan penyaluran sehat lerhadap berbagai perasaan
tertekan misalnya:
-          Menguji pikiran yang mcndu.san suulu perasaan individu.
-          Disediakan kotak masalah.
-          Penurunan suasana emosional dengan cara diam memejamkan mata.
-          Role playing merupakan cara yang cukup efektif untuk memahami orang lain sekaligus memahami dirinya.
6. Bidang studi
Pengetahuan tentang psikologi bidang studi periu diketahui bagi guru maupun konselor yaitu:
a. Bahasa
Efektivitas dalam bidang studi banyak bergantung dari penguasaan bahasa. Faktor-faktor psikis yang mempengaruhi perkembangan dan kemampuan bahasa yaitu lingkungan anak, intelegensi, emosi, dan alat bicara. Karena itu guru diharapkan dapat melihat hambatan bahasa baik jasmani maupun psikis. Hambatan itu misalnya salah ucap, salah ejaan, selain tata bahasa kesalahan membaca.
Membaca perlu atau mencakup membaca keras dan membaca dalam hati. Penghambat terbesar datangnya dari segi psikologis, misalnya:
Takut kemungkinan gagal dalam pelajaran, gangguan emosional karena pengalaman tidak menyenangkan baik di rumah maupun di sekolah, adanya shock yang menimpa dirinya dan sebagainya. Karena itu, dalam remedial teaching bahasa dalam arti bantuan pengajaran untuk membetulkan kesalahan yang sudah terjadi harus didahului dengan menghilangkan hambatannya.
Mengenai membaca secara metodologis harus menekankan pengertian melalui membaca dalam hati, baru kemudian membaca keras (lancar).
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar membaca meliputi:
-          Usia.
-          Inteligensi.
-          Pengertian dan kecepatan saling berkaitan.
-          Keterampilan dipengaruhi oleh minat dan bakat.
Keterampilan tiap individu tidak sama, maka tidak tercapai bila hanya diberikan secara klasikal.
Di samping itu, penguasaan anak laki-laki berbeda dengan penguasaan anak perempuan.
Berhitung/matematika
Pengertian bilangan dimulai dari pengertian banyak anak biasa minta suatu lebih dari apa yang diberikan kepadanya.
Di samping itu pengertian bilangan pada anak-anak masih terikat pada benda-benda konkret misalnya dua permen lebih disukai pada satu permen.
Kegagalan dalam penguasaan dan penggunaan angka dengan kombinasinya sering terjadi karena anak belum/kurang memahami pengertian tentang angka.
Bila keadaan ini tidak diketahui guru dan tidak segera mengadakan perbaikan akibatnya adalah kegagalan.
Beberapa ahli seperti Brownwell, Kuechner, dan Rein berdasarkan pengalamannya, menyatakan bahwa remedial teuching berhitung diartikan penyusunan kembuli pengalaman yang telah diperoleh terlebih dahulu. Karena ilu usahu guru harus direncanakan secara matang dan dilakukan dengan ketekunan.
C. Pengetahuan alam/pengetahuan sosial
Pengamatan dan pengalaman adalah dasar dari mendapatkan pengertian dalam bidang pengeiahuan alam dan pengetahuan sosial.
Pengetahuan alam mencakup pengetahuan tentang semua kejadian, dan gejala alam yang berganlung satu sama lainnya mencakup kehidupan, planet, iklim, dan seterusnya. Pengetahuan sosial mencakup asal usul manusia, perkembangannya, saling pengaruh mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari ilmu sosial yaitu sosiologi, sejarah, polilik, ekonomi, psikologi pendidikan.
Pengetahuan alam yang terutama adalah memberikan pengetahuan tentang isi alam semesta, bagaimana aktivitas kerjanya dan mengapa demikian.
Sedang pengetahuan sosial menggunakan penemuan-penemuandalam pengetahuan alam tentang apa yang berguna, apa yang baik bagi kesejahteraan umat manusia.
Beberapa aspek psikologis yang perlu diketahuidalammengajarkan IPA dan IPS yailu:
- Guru dan siswa harus lahu dengan jelas apa yang diajarkan, dan apa yang dipelajari.
- Murid benar-benar belajar bila mempunyai arti baginya. mengenai yang sudah dipelajarisebelumnya, dan apa yang mereka dapat pelajari sekarang.
- Pelajaran berhasil karena aktivitas siswa.
- Metode yang digunakan guru hendaknya metode kombinasi disiapkan sebaik-baiknya.
- Sikap guru merupakan faktor psikologis dalam pengajaran IPA dan IPS.
- Scientific attitude (sikap ilmiah) siswa harus diusahakan dengan cara ikut serta dalam eksperimen-eksperimen.


























BAB IX
PENDEKATAN DAN METODE
DALAM PENGAJARAN REMEDIAL

1. Pendekatan yang Bersifat Kuratif
Pendekatan ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan unluk setiap pertemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu tertentu.
Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan:
1. Pengulangan.
2. Pengayaan/pengukuhan.
3. Pencepatan.
1. Pengulangan
Pengulangan ini dapat dilakukan dengan berbagai tingkatan sesuai dengan diagnostiknya, yaitu:
a. Pada setiap akhir pertemuan.
b. Pada setiap akhir unit pelajaran tertentu.
c. Pada akhir setiap satuan program studi.
Pelaksanaannya dapat secara:
1.      Individual kalau temyata yang mengalami kesulitan terbatas.
2.      Kelompok kalau temyata sejumlah siswa dalam bidang studi tertentu mempunyai jenis/sifat kesalahan atau kesulitan bersama.
Waktu dan cara pelaksanaannya:
1. Bila sebagian/seluruh kelas mengalami kesulitan sama, diadakan pertemuan kelas biasa berikutnya.
- Bahan dipresentasikan kembati.
- Diadakan latihan/penugasan/soal bentuknya sejenis.
- diadakan pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan ke arah kriteria keberhasilan.
2. Diadakan di luar jam pertemuan biasa
- Diadakan jam pelajaran tambahan bila yang mengalamikesulitan hanya sejumlah orang tertentu (waktu sore, waktu istirahat, dan sebagainya).
- Diberikan pekerjaan rumah dan dikoreksi oleh guru sendiri.
3. Diadakan kelas remedial (kelas khusus)
-Bagi siswa yang mengalami kesulitan khusus dengan bimbingan khusus.
- Diadakan pengulangan secara total kalau ternyata jauh di bawah kriteria keberhasilan minimal.
2.Pengayaan/Pengukuran
Layanan ini dikenakan pada siswa yang kelemahannya ringan secara akademik mungkin termasuk berbakat dengan cara:
-          Pemberian tugas/pekerjaan rumah.
-          Pemberian tugas/soal dikerjakan dl kelas.
3.Percepatan (Akselerasi)
Layanan ini ditujukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial (ego emosional).
Bila ternyala keseluruhan bidang studi unggul dibundingkan
kelompoknya dapat dinaikkan ke tingkat yang lebih tinggi.
Bila hanya beberapa bidang sludi untuk bidang studi ini dapat diteruskan (maju berkelanjutan/continous program).
2. Pendekatan yang Bcrsifat Preventif
Pendekatan ini ditujukan kepada siswa lertentu yang berdasarkan data/informasi diprediksikan atau patut diduga akan mcngalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Prediksi itu dikategorikan menjadi tiga, yaltu:
- Bagi yang termasuk kategori normal mampu menyelesaikan program belajar mengajar biasa sesuai dengan waktu yang disediakan.
- Bagi mereka yang diperkirakan terlambat alau tidak menyelesaikan program dengan batas waktu yang ditetapkan. Berdasarkan prediksi tersebut maka layanan pengajaran perbaikan dapat dalam bentuk:
1. Bentuk kelompok belajar homogen.
2. Bentuk individual.
3. Bentuk kelompok dengan kelas remedial.
3. Pendekatan yang Bersifat Pengembangan
Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung (during teaching diagnostic).
Sasaran pokok dari pendekatan ini ialah agar siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami selama proses belajar mengajar berlangsung. Karena itu diperlukan peranan bimbingan dan penyuluhan agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan berhasil.
4. Metode dalam Pengajaran Perbaikan (Remedial)
Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbinganbelajar mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan tindak
lanjut.
Metode yang dapat digunakan, yaitu:
1. Tanya jawab.
2. Diskusi.
3. Tugas.
4. Kerja kelompok.
5. Tutor.
6. Pengajaran individual.
1.Tanya Jawab
Metode ini digunakan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitannya.
Dalam rangka perbaikan serangkaian tanyajawab dapat membantu siswa dalam:
-          memahami dirinya;
-          mengetahui kelebihan/kekurangannya;
-          memperbaiki cara-cara belajar.
Tanya jawab dapat dilakukan secara individual maupun secara kelompok.
Kebaikan metode ini dalam rangka pengajaran perbaikan yaitu memungkinkan terbinanya hubungan guru-siswa.
-          meningkatkan motivasi belajar;
-          merupakan kondisi yang menunjang pelaksanaan penyuluhan;
                     -       menumbuhkan rasa harga diri.
2. Diskusi
Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antarindividu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok siswa.
Kebaikan metode ini dalam rungka pengajaran perbaikan, yaitu sebagai berikut.
o   Setiap individu dalam kelompok dapat mengenal diri dan kesulitannya danmenemukan jalan pemecahannya.
o   Interaksi dalam kelompok menumbuhkan sikap percaya mempercayai.
o   Mengembangkan kerja sama antar-pribadi.
o   Menumbuhkan kepercayaan diri.
o   Menumbuhkun rasa tanggung jawab.
3.Metode Tugas
Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka pemberian bantuan.
Dengan pemberian tugas-tugas tcrtentu baik secara individual maupun secara kelompok siswa yang mengalami kesulitan dapatditolong.
Dengan metode ini siswa dapat diharapkan:
-          lebih memahami dirinya;
-          dapat memperluas/memperdalam materi yang dipelajari.
-          dapat memperbaiki cara-cara belajar yang pernah dialami.
4.Kerja Kelompok
Metode ini hampir bersamaan dengan metode pemberian tugas dan metode diskusi. Yang penting adalah interaksi di antara anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar karena:
-          Adanya pengaruh anggota kelompok yang cakap dan berpengalaman.
-          Kehidupan kelompok dapat meningkatkan minat belajar. Kehidupan kelompok memupuk tanggung jawab, saling memahami diri.
5.Metode Tutor
Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk/ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru siswa.
Dengan petunjuk-petunjuk dari guru tutor ini membantu temannya yang mengalami kesulitan.
Pemilihan tutor ini didasarkan atas prestasi, punya hubungan sosial baik dan bukup disenangi oleh teman-temannya.
Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru.
Dengan tutor ini ada kebaikannya, yaitu sebagaiseberikut.
1.      Adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab.
2.      Tutor sendiri kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar.
3.      Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.
6.Pengajaran Individual
Pengajaran individual adalah interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses belajar mengajar Pendekatan metode ini bersifat individual sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswaMateri yang diberikan mungkin pengulangan mungkin materi baru dan mungkin pengayaan apa yang telah dimiliki siswa.

5. Prosedur Pelaksanaan Remedial Teaching
Remedial teaching yang merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar dapat dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut.
1. Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan- kegiatan berikutnya. Tujuan penelitian kembali kasus ini adalah agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai kasus tersebut, serta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan atas penelitian kasus akan dapat ditentukan murid-murid yang perlu mendapatkan remedial teaching. Kemudian ditentukanbesarnyakelemahan yang dialami dan dalam bidang studi apa saja mengalami kelemahan.
Selanjutnya meneliti dalamdomain apa mengalami kesulitan apa-kah kognitifnya seperti hafalan, pemahaman ataukah aplikasinya: efektif seperti penganggapan, sikap maupun penghargaan, ataukah psikomotomya: keterampilan, kemampuan ekspresinya dan lain-lainnya.
Dalam langkah pertama ini juga dibahas mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan murid, baik yang berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya. Yang berasal dari dalam diri misalnya:
-          tingkat kecerdasannya;
-          motivasi untuk berprestasi;
-          sikap dalam belajar;
-          kebiasaan belajar;
-          penguasaan pengetahuan dasar.
Sedang penyebab yang berasal dari luar:
-          keterbatasan sumber belajar
-          kecocokannya dengan program yang diambil;
-          kurang tepat cara mengajar;
-          fasilitas yang terbatas;
-          kurang serasi hubungan guru dan murid;





BAB X
EVALUASI DALAM
PSIKOLOGI BELAJAR

1.      Pengertiandan objek Evaluasi
        Aktivitas belajar, perlu diadakan evaluasi. Hal ini pentingkarena dciigan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapal tercapai atau tidak. Melalui evaluasi, dapat diketahui kemajuan-kemajuan belajar yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusanpenting mengenai apa yang telah diperoleh dan diketahui anak. serta dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya.
Istilah evaluasi sering dikacaukan deugan pengukuran. Keduanyamemang ada kaitan yang erat, tetapi sebenarnya mengandung titik beda. Menurut Sumadi Suryabrata, pengertian pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan, baik dengan tes maupun dengan cara-cara lain. Sedangkan pengertian evaluasi menekankan pengguhaan informasi yang diperoleh dengar pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan.
Kaitan antara evaluasi dan pengukuran, dijelaskan oleh NasrunHarahap, dan kawan-kawan sebagai berikut.
Pengukuran dan evaluasi mempunyai hubungan yang erat. Evaluasi memberikan petunjuk pada bidang-bidang mana diperlukanme-asurement (pengukuran), sebaliknya evaluasi tidak mungkin dilakukan tanpa pengukuran Pengukuran dilukukaii atas keicrampilan, kesanggupan dan achievement tiap individu atau kelompok.
Evaluasi dilaksanakan berkenaan dengun siluasi sesuatu aspek dibandingkan dengan situasi aspek lain akhimya terjadilahsuatu gambaran yang menyeluruh yang dapat dipandang dari berbagai segi. Evaluasijuga dilakukan dengan cara membanding-bandingkan situasi sekarang dengan situasi yang lampau atau situasi yang sudah lewat.
Apa yang menjadi objek evaluasi? Evaluasi yang sempurna tidak hanya berobjekkan pada aspek kecerdasan, akan tetapi mencakup seluruh pribadi anak dalam seluruh situasi pendidikan yang dialaininya.
Adapun aspek-aspek kepribadiannya yang harus diperlihatkandan merupakan objek di dalam pelaksanaan evaluasi tersebut, menurut Nasrun Harahap, dkk. adalah berikut ini.
1. Aspek-aspek tentang berpikir. meliputi: inteligensi, ingatan, cara menginterpretasi data, pokok-pokok pengerjaan, pemikiran yang logis, dan lain-lain.
2. Dari segi perasaan sosialnya, meliputi: kerjasama dengan kawan sekelasnya, cara bergaul, cara pemecahan masalah sena nilai-nilai sosial, cara mengatasi dan menghadapi sena cara berpanisipasi dalam kehidupan sosial.
3. Dari kekayaan sosial dan kewarganegaraan meliputi: pandangan hidup atau pendapatnya terhadap masalah-masalah sosial, politik, dan ekonomi. Aspek-aspek tersebut masih dapat dirinci ke dalam hal-hal yang lebih khusus yang disesuaikan dengan keperluan atau tujuan penilaian.

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu dan Simanjuntak, menegaskan bahwa:
1.      Tujuan umum dari evaluasi adalah sebagai berikut.
-          Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
-          Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
-          Menilai metode mengajar yang dipergunakan.
2.  Tujuan khusus dari evaluasi adalah berikut ini.
-          Merangsang kegiatan siswa.
-          Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
-          Memberikan bimbingang yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
-          Memperoleh bahwa laporan tentang perkembangan siswa yang 'diperlakukan orang tua dan lembaga pendidikan
-          Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode belajar.
Selanjutnya dilihat dari pelaksanaannya evaluasi mempunyai tiga prinsip pokok. yaitu berikut ini.
a.Prinsip Keseluruhan
b. Prinsip kontinuitas
c. Prinsip objektivitas
3. Jenis-Jenis Evaluasi
Biasanya evaluasi dapat dibagi menjadi 4 jenis, yailu evaluasi formatif, sumatif, placement, dan diagnostik. Keempat jenis evaluasi tersebut, secara singkat akan dibahas dari segi fungsi. tujuan aspek yang dinilai dan waktu pelaksanaannya.
1. Evaluasi Formatif
- Fungsi: unluk memperbaiki proses belajafmcngajar ke arah yang lebih baik, ata i mcmpcrbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan.
- Tujuan: untuk mengetahui hingga di mana penguasaan murid tentang bahan yang telah diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran.
- Aspek-aspek yang dinilai: yang berkenaan dengan hasil kemajuan belajar murid, meliputi: pengetahuan, keterampilan. sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah disajikan.
- Waktu pelaksanaan: setiap akhir pelaksanaan saluan program belajar mengajar.
2 Evaluasi Sumatif
-Fungsi: untuk menentukan angka/nilai murid seielah mengikuti program pengajaran dalam satu caturwulan, semester, akhir tahun alau akhir dari sualu program bahan pengajaran dan suatu unit pendidikan. Di samping itu, untuk memperbaiki situasi proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik serta untuk kepentingan penilaian selanjutnya.
- Tujuan: untuk mengetahui taraf hasil bclajar yang dicapai oleh murid setelah menyelesaikan program bahan pengajarandalam satu caturwuian, semester, akhir tahun atau akhir suatu program bahan pengajaran pada sualu unit pendidikan tertentu.
- Aspek-aspek yang dinilai: aspck yang dinilai ialah kemajuan belajar, meliputi: pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi pclajaran yang sudah diberikan.
- waktu pelaksanaan: akhir caturwulan, semester, atau akhir tahun.
3.Evaluasi Placement (Penempatan)
- Fungsi: untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak tersebut dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat.
- Tujuan: untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya. berdasarkan bakat, minat. Kemampuan kesanggupan sena keadaan-keadaan lainnya, sehingga anak tidak mengalami hambatan dalam mengikuti seliap program/bahan yang disajikan guru.
- Aspek-aspek yang dinilai: meliputi: keadaan fisik, psikis, bakat, kemampuan/pengetahuan, keterampilan, sikap dan lain-lain aspek yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan anak selanjutnya.

- Waktu pelaksanaan: penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum anak mengikuti proses belajar-mengajar yang permulaan. Atau anak tersebut barn akan mengikuti pendidikan di suatu tingkat tertentu.